Ujung Timur Kaltim Butuh Sentuhan Teknologi
Merdeka.com - Teluk Sumbang, nama kampung di ujung paling timur di Provinsi Kalimantan Timur ini mungkin belum banyak yang tahu. Kampung yang berada di bibir pantai itu menyimpan sejumlah potensi wisata. Namun sayang, desa dengan luas sekitar 15.000 hektare itu belum termasuk luasan hutan, masih saja terisolir dari sinyal selular.
Teluk Sumbang merupakan salah satu dari enam desa dan kampung di kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Kaltim. Ada 201 kepala keluarga (KK) atau sekira 726 jiwa, yang bermukim di Teluk Sumbang.
Menuju ke Teluk Sumbang, mesti menembus tidak kurang 300 kilometer jalan darat dari Tanjung Redeb, dengan kondisi jalan bisa bikin pinggang pegal. Sebab, proyek jalan masih dominan sebatas pembukaan dan pengerasan, belum pengaspalan.
"Yang sangat kami perlukan pertama adalah sinyal telekomunikasi. Tidak adanya sinyal, membuat kami seringkali miskomunikasi. Baik dengan pemerintah dan keluarga jauh," kata Kepala Kampung Teluk Sumbang Abdul Karim, Senin (5/11).
Karim menerangkan, memang enam bulan lalu tim peninjau dari Diskominfo Kalimantan Timur dan Telkomsel pernah meninjau ke Teluk Sumbang. Bahkan pemerintah kampung sudah menyiapkan lahan gratis berukuran 20x30 meter, untuk berdirinya tower telekomunikasi
"Demi sinyal selular di kampung kami," ujar Karim, sambil sesekali menyeduh kopi di hadapannya.
Masyarakat Kampung Teluk Sumbang, bukan tanpa impian. Potensi wisata begitu besar. Tidak kalah dengan pantai berpasir putih di kampung Biduk-Biduk. Sebut saja di antaranya juga memiliki pantai dan air terjun.
"Perekonomian sangat minim, karena masyarakat kami dominan berkebun. Tidak sedikit yang tidak punya pekerjaan. Nelayan hanya sambilan. Dengan adanya wisata, bisa meningkatkan giat ekonomi," ungkap Karim.
"Dahulu, jalan ke kampung kami masih jalan setapak. Mulai 2017, ramai bangun rumah karena listrik sudah ada sejak tahun itu. Air bersih pun, kami gunakan air sumber mata air perbukitan," tambah Karim.
Apa yang dikatakan Karim, tidaklah berlebihan. Teluk Sumbang memang bukan sembarang kampung. Embun pagi begitu cantik membalut perbukitan, dengan tataran pasir putih di pantai. Begitu takjub.
"Di tempat kami, suku Taili, Mandar, Bugis dan Bajau serta Dayak Basap, hidup rukun berdampingan," ungkap Karim.
Hal itu yang membuat Tim program Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) atau penurunan emisi karbon bekerja sama Kementerian LHK, menjadikan Teluk Sumbang sebagai nominasi dari 150 kampung iklim plus di Kalimantan Timur, untuk menjaga lestari hutan sebagai paru-paru dunia.
"Di Berau ada 38 kampung dari 150 kampung. Program penurunan emisi karbon ini, merupakan bentuk kepedulian Kalimantan Timur, kepedulian Indonesia terhadap hutan sebagai penghasil oksigen," kata Konsultan Development Social Program Penurunan Emisi Karbon Ahmad Wijaya.
Keberhasilan Indonesia, tentu mendapat ganjaran dari Bank Dunia. "Bagi 150 kampung yang berhasil menjaga kelestariannya, dapat insentif USD 110 juta. Syaratnya menjalankan kelestarian 6,5 juta hektare hutan di Kaltim. Di antaranya Berau dan Mahakam Ulu," demikian Wijaya.
PLTS Terangi Kampung Teluk Sumbang
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kampung Teluk Sumbang yang dibangun dari dana hibah lembaga swadaya masyarakat Amerika Serikat, berhasil memenuhi kebutuhan listrik 24 jam warga setempat dalam 2 tahun terakhir ini.
Kampung Teluk Sumbang, terpilih untuk pembangunan PLTS sebagai program Bappenas. Saat pembangunan PLTS berikut jaringan ke rumah warga, mendapatkan biaya sambungan listrik gratis 900 Watt.
Pengoperasian PLTS yang terdiri dari 1.500 panel surya berteknologi Perancis, kini dikelola sendiri oleh 6 warga Teluk Sumbang sejak 2018, setelah sebelumnya lebih dulu mendapatkan pelatihan.
"Tarif yang berlaku sama dengan tarif pada voucher listrik PLN Rp 1.460 per KWh," kata Supervisor PT Teluk Sumbang Energi Rujeham ditemui di lokasi PLTS Teluk Sumbang, Selasa (5/11).
Kapasitas PLTS 400 KWh masih berlebih. Untuk menerangi listrik 130 pelanggan, listrik yang digunakan hanya 30 KWh. "Masih bisa menambah 1.000 pelanggan lagi," ujar Rujeham.
"Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan PLN. Bahkan PLN menyatakan tidak sanggup untuk memasang jaringan listrik 35 kilometer, untuk memenuhi listrik di Desa Biduk-Biduk," tambahnya.
"Dari pengoperasian ini, 4 bulan terakhir kami bisa dapatkan Rp 13 juta per bulan. Sebelumnya hanya Rp 7 juta per bulan. Listrik memang benar-benar membantu masyarakat," terangnya lagi.
Sementara Ahmad (31), salah satu operator PLTS Teluk Sumbang mengatakan, dengan hadirnya PLTS, kini bisa menerangi kampung tinggalnya selama 24 jam. "Risiko dari PLTS ini kalau turun hujan seharian, listrik bisa drop. Tapi kami siapkan baterai yang bisa bertahan semalaman," ujar Ahmad.
"Selain itu, karena di sini masih banyak pohon, bisa patah menimpa jaringan. Yang kami syukuri, kampung kami sudah bisa menikmati listrik sepanjang hari," demikian Ahmad.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain Danau Toba, Sumatera Utara punya daya tarik wisata lainnya yang tak kalah eksotis dan indah tepatnya berada di Kota Siantar.
Baca SelengkapnyaSukabumi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, Indonesia, adalah surga tersembunyi yang menawarkan keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaDilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut ternyata menyimpan banyak surga tersembunyi.
Baca SelengkapnyaSalah satu wilayah di Sumatra Barat ini memiliki beragam tempat wisata dan ragam kuliner yang menarik untuk dicoba sekaligus penghasil beras unggulan.
Baca SelengkapnyaDi selatan Provinsi Yunnan, Tiongkok terdapat sebuah penemuan yang menarik telah menggemparkan para ilmuwan saat ular baru muncul di atas pohon setinggi 2 kaki.
Baca SelengkapnyaKaltim memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisata, baik alam, budaya, maupun sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaSemakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca Selengkapnya