Tokoh nasional berkumpul di Yogyakarta serukan persatuan
Merdeka.com - Sejumlah tokoh nasional berkumpul dan menuangkan gagasannya di Yogyakarta, Jumat (26/5). Di antaranya adalah Buya Ahmad Syafii Maarif, KH Ahmad Mustofa Bisri, Kardinal Julius Dharmaatmadja, Prof M Quraish Shihab, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Bhikku Nyana Suryanadi, Mohamad Sobary, Pendeta Gomar Gultom, Prof Abdul Munir Mulkan dan KH Imam Azis. Para tokoh ini juga mengkritisi kondisi Indonesia yang belakangan ini tengah mengalami berbagai macam gejolak.
Para tokoh lintas agama ini menilai bahwa kondisi Indonesia saat ini berada dalam tantangan yang berat. Selama beberapa bulan belakangan ini, rakyat disuguhi dengan situasi politik yang panas dan bisa berujung pada disintegrasi bangsa.
Kondisi dan situasi Indonesia saat ini dianggap oleh para tokoh tersebut harus segera diselamatkan. Jika berlarut-larut dikhawatirkan akan berpengaruh pada kebhinekaan dan keberlangsungan Indonesia.
Buya Syafii Maarif mengatakan bahwa Indonesia tak boleh larut dan hanyut dalam kondisi seperti saat ini. Masyarakat harus bersatu dan tak boleh menyerah pada kondisi Indonesia saat ini.
"Masyarakat dan para tokoh harus berani bersuara. Harus berani menyampaikan suara itu kepada pemerintah dan politisi di Indonesia untuk mencintai bangsa ini," kata Buya di UC UGM.
Alissa Wahid sebagai salah satu penggagas acara menerangkan bahwa sejumlah permasalahan timbul di Indonesia belakangan ini. Alissa mencontohkan bahwa Pilkada DKI yang belum lama ini diselenggarakan getarannya terasa hingga ke ujung Indonesia. Bahkan belum lama ini konflik terjadi di Pontianak.
"Kami menggagas acara karena kami merasa kami yang masih muda perlu bertanya ke para sesepuh. Para sesepuh yang kami hadirkan ini kredibilitasnya sudah tak lagi diragukan. Mereka tokoh yang sudah tak lagi mengejar duniawi dan kekuasaan," jelas Alissa.
Para sesepuh ini pernah muda. Mereka telah mengikuti proses perjalanan bangsa. Sehingga para pemuda bertanya kepada para sesepuh tentang kondisi Indonesia saat ini. Pasalnya sejarah Indonesia menunjukkan bahwa banyak letupan sejarah yang terjadi.
"Kami berharap wejangan dari para sesepuh untuk menghadapi situasi Indonesia yang seperti hari ini. Kearifan dan kedewasaan para tokoh ini akan membantu para pemuda dalam bersikap," tutur Alissa.
Menanggapi hal tersebut, Buya Syafii Maarif mengatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini jangan ditanggapi dengan pesimisme. Masyarakat Indonesia jangan sampai hanyut dalam pesimisme melihat kondisi Indonesia saat ini.
"Kita jangan menyerah. Kita harus bangkit untuk menyelamatkan bangsa ini demi ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang. Demi anak dan cucu kita," urai Buya.
Buya menambahkan bahwa masyarakat dan para tokoh harus berani bersuara. Harus berani menyampaikan suara itu kepada pemerintah maupun politisi di Indonesia.
"Sampaikan ke Pemerintah dan politisi untuk mencintai bangsa ini," pungkas Buya.
Dari diskusi yang dilakukan Jumat (26/5) tersebut, sejumlah masukan terhadap pemerintah pun dirumuskan. Masukan dari para tokoh ini dibacakan oleh Abdul Munir Mulkan. Masukan dari para tokoh ini berisi lima poin yaitu:
1. Semua elemen bangsa, khususnya pemerintah, harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang Bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi.
2. Pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan, dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara.
3. Pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup berbangsa dan bernegara.
4. Pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa.
5. Perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, bahkan semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan kepada orang lain.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kumpulkan Menteri di Istana, Jokowi Minta Jaga Kondisi Jelang Pemilu 2024
Jokowi meminta pembantunya harus teliti menjaga kondisi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaJokowi Diisukan Masuk Golkar, Airlangga: Bagus-Bagus Saja, Beliau Tokoh Nasional
Menurut dia, Presiden Jokowi merupakan tokoh nasional.
Baca SelengkapnyaIzin Desak Anies di Yogyakarta Dibatalkan Mendadak, Anies Singgung Perintah Jokowi
Anies Baswedan merespons acara Desak Anies di Yogyakarta dibatalkan mendadak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca SelengkapnyaJokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaIstana soal Jokowi Gowes Bareng AHY dan Temui Sri Sultan HB X: Biasa Presiden Bertemu Tokoh Politik
Jokowi bersepeda bersama AHY di Yogyakarta, Minggu (28/1), sambil menyapa masyarakat.
Baca SelengkapnyaAHY Bantah Ditawari Jokowi Jadi Menko Polhukam
Setiap tugas yang diberikan oleh negara harus dijaga dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Baca SelengkapnyaPengalaman Eks Panglima TNI Hadapi Situasi Genting saat Tugas di Istana Dampingi Jokowi
Bukan hal yang mudah, situasi genting kerap dihadapi oleh mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Baca SelengkapnyaPenuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca Selengkapnya