Selama Ramadan, hotel di Yogyakarta dilarang perang tarif
Merdeka.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingatkan pengelola perhotelan di daerah itu agar menghindari perang tarif selama Ramadan.
"Pertengahan bulan puasa biasanya terjadi penurunan okupansi hotel sehingga rentan terjadi persaingan tidak sehat atau perang tarif," kata Ketua PHRI DIY, Istijab Danunagoro di Yogyakarta, Minggu (28/6).
Menurut Istijab, saat ini okupansi rata-rata hotel di DIY baik berbintang maupun nonbintang menurun 20 persen dari bulan-bulan biasanya.
Penurunan itu, kata dia, antara lain disebabkan berkurangnya aktivitas masyarakat di luar kota sehingga berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Yogyakarta yang tentu terkait erat dengan tingkat hunian hotel.
Kondisi itu, menurut Istijab, dapat memicu munculnya persaingan hotel dengan cara yang tidak sehat antara lain dengan melakukan perang tarif atau penurunan tarif di bawah batas bawah tarif yang disepakati.
Apalagi, kini ditambah pula dengan jumlah pembangunan hotel di Yogyakarta yang terus meningkat setiap tahun.
"Seluruhnya tentu membutuhkan kunjungan untuk mendongkrak okupansi, sehingga berbagai cara akan dilakukan," kata dia seperti dilansir Antara.
Dia mengungkapkan seharusnya untuk menarik minat kunjungan, masing-masing pengelola hotel cukup mempromosikan program-program yang menarik bagi calon pengunjung, misalnya dengan menyediakan paket Ramadan seperti buka puasa, takjil, serta sahur secara gratis.
"Seharusnya mereka tidak perlu menurunkan harga terlalu rendah," kata dia.
Menurut dia, okupansi hotel akan kembali normal atau mengalami lonjakan pada H-7 hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah. "Sekitar sepekan menjelang Lebaran," kata dia.
Pengelola hotel, khususnya yang tergabung dalam keanggotaan PHRI DIY, menurut dia, seharusnya menaati harga atau tarif batas bawah yang telah disepakati bersama. Sesuai kesepakatan anggota PHRI DIY, hotel bintang lima dibatasi dengan tarif paling rendah Rp 500 ribu, bintang empat Rp 400 ribu, bintang tiga Rp 300 ribu, bintang dua Rp 250 ribu dan bintang satu Rp 200 ribu.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Singgih mengaku telah mengumpulkan para pelaku pariwisata agar memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung dengan menerapkan harga sesuai standar.
Baca SelengkapnyaAda banyak pasar ramadan yang bisa dikunjungi sambil menunggu bedug magrib
Baca SelengkapnyaMuhadjir menyebut, pemudik memiliki waktu untuk memanfaatkan diskon tarif tol ini dari malam ini sampai esok pagi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Harga hotel maupun makanan di Yogyakarta terkenal murah dibandingkan kota wisata lainnya.
Baca SelengkapnyaLaporan tren perjalanan Expedia menunjukkan peningkatan harga penginapan hotel bintang tiga yang lebih terjangkau.
Baca SelengkapnyaSejumlah kritikan itu lantas ramai diperbincangkan serta ditanggapi beragam komentar oleh warganet Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan tidak hanya sekadar berorientasi pada profit, tetapi juga dampak positif bagi masyarakat luas, terkhusus di bulan Ramadan
Baca SelengkapnyaKendaraan pribadi cukup banyak memakan biaya baik sebelum maupun saat melakukan perjalanan mudik Lebaran.
Baca SelengkapnyaJika diperhatikan dari kejauhan, penjual es dawet sampai tidak bisa terlihat lantaran tertutup para pembeli.
Baca Selengkapnya