Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah Tugu Muda dan pertempuran 5 hari di Semarang

Sejarah Tugu Muda dan pertempuran 5 hari di Semarang Tugu Muda Semarang. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Memperingati pertempuran 5 hari di Semarang, Pemerintah Kota Semarang pada 10 November 1950, membangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan. Monumen Tugu Muda ini oleh Presiden Soekarno diresmikan 20 Mei 1953. Bangunan bersejarah ini, terletak di pertemuan jalan protokoler Kota Semarang yang banyak merekam peristiwa penting selama lima hari pertempuran.

Jalan-jalan protokoler itu adalah Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan Dr. Soetomo, dan Jalan Pandanaran, serta bangunan bersejarah Gedung Lawang Sewu yang dikenal dengan wisata misterinya. Selain pembangunan Tugu Muda, Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di Semarang yang menjadi tempat awal perjuangan pemuda dalam insiden pertempuran 5 hari di Semarang.

Tugu Muda Semarang terletak di tengah persimpangan Jalan Pandanaran, Jalan Mgr Soegijapranata, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pemuda dan Jalan Dr. Sutomo. Sebelah Utara tugu ini ini terdapat Gedung Pandanaran yang kini menjadi perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Di sebelah Timur terdapat Lawangsewu, di sebelah selatan berhadapan dengan Museum Mandala Bhakti, dan sebelah barat terdapat Wisma Perdamaian yang merupakan rumah dinas gubernur Jawa Tengah.

Tugu Muda merupakan sebuah monumen bersejarah kota Semarang yang dibangun untuk mengenang pertempuran 5 hari di Semarang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi. Lawangsewu menjadi saksi bisu perjuangan anak-anak muda Semarang yang dimulai pada 15 Oktober 1945, hingga kemudian berakhir 20 Oktober 1945 itu.

Pertempuran sengit selama 5 hari ini dipicu kaburnya tawanan Jepang pada 14 Oktober 1945. Pada pukul 06.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu (sekarang LP Wanita Bulu, Kota Semarang).

Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Semarang yakni Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota polisi istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu juga tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu.

Rakyat pun menjadi gelisah. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.

Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Istri Dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi, namun gagal.

Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang mensopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.

Pada 28 Oktober 1945, Gubernur Jateng Mr Wongsonegoro meletakkan batu pertama pembangunan monumen ini di dekat alun-alun. Namun karena pada November 1945 meletus perang melawan sekutu dan Jepang, proyek ini terbengkalai. Kemudian tahun 1949, Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI) memprakarsai pembangunannya kembali. Namun upaya ini pun gagal karena kesulitan dalam hal pendanaan.

Pembangunan baru berjalan lancar ketika pada 1951 Wali Kota Semarang Hadi Soebeno Sosro Werdoyo membentuk panitia Tugumuda. Lokasi pun dipindah dari alun-alun ke lokasi sekarang. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada bagian bawah digarap seniman Hendro. Batu-batu didatangkan dari Kaliurang dan Pakem Yogyakarta. Tanggal 10 November 1951 diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jateng Boediono dan pada tanggal 1953 bertepatan dengan Hari Kebangkitan nasional Tugu Muda diresmikan oleh Presiden Soekarno.

Tugu Muda sempat mengalami beberapa penambahan, terutama pada kolam dan taman. Kini kawasan Tugu Muda ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Penetapan itu berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2031. Di kawasan ini terdapat bangunan bersejarah seperti Gedung Lawangsewu, Wisma Perdamaian, Gereja Katedral, Museum Mandala Bhakti, dan bangunan Pasar Bulu.

(mdk/did)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pemilu Pertama di Indonesia, Perlu Diketahui

Sejarah Pemilu Pertama di Indonesia, Perlu Diketahui

Pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955.

Baca Selengkapnya
Sejarah PO ALS, Armada Bus dengan Trayek Terjauh dan Tertua di Sumatera

Sejarah PO ALS, Armada Bus dengan Trayek Terjauh dan Tertua di Sumatera

Siapa yang tidak tahu PO. Antar Lintas Sumatera atau disingkat ALS? Perusahaan Bus asal Sumatera ini melayani trayek hingga Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai

Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai

Stasiun itu merupakan salah satu stasiun penting di jalur kereta api Jogja-Magelang.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia, dari Pelarangan hingga Penetapan Hari Libur Nasional

Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia, dari Pelarangan hingga Penetapan Hari Libur Nasional

Perayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.

Baca Selengkapnya