RI-Australia Gelar Operasi GANNET-7, Target Kejahatan Transnasional di Perbatasan
Merdeka.com - Pihak keamanan Indonesia dan Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) mengimplementasikan kerja sama memberantas kejahatan transnasional di kawasan perbatasan Laut Timor dan Arafura. Kedua pihak menggelar patroli bersama yang diberi nama Operasi GANNET-7.
Patroli terkoordinasi yang berlangsung selama 10 hari ke depan ini melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Kelamanan Laut (Bakamla) dan Australia Border Force (ABF).
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang terlibat dalam patroli terkoordinasi ini, khususnya kepada Pemerintah Australia yang selama ini telah mendukung upaya pemberantasan penangkapan ikan yang melanggar aturan, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUUF) di Laut Timur dan Arafura.
"Sebelum adanya Operation GANNET, KKP dan Pemerintah Australia telah menjalin kerja sama melalui patroli terkoordinasi selama kurang lebih 20 tahun lamanya dalam upaya memberantas IUU fishing. Hal ini merupakan komitmen bersama yang akan terus dilanjutkan melalui Operation GANNET setiap tahunnya," kata Adin, Jumat (19/5).
Menurutnya, dalam pelaksanaan Operasi GANNET ke-7 pada tahun 2023 ini, KKP melibatkan Kapal Pengawas Kelautan dan Perikanan Orca 01 dan Martime Patrol Aircraft ATR 42-300. Aset lainnya yang dikerahkan yakni KN Pulau Nipah milik Bakamla RI dan ADV Cape Naturaliste, serta satu Pesawat Udara Patroli dari ABF.
Patroli bersama ini akan digelar selama 10 hari hingga 27 Mei 2023 di kawasan perbatasan kedua negara di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 - Laut Timor dan Arafura.
"Selain pemberantasan IUU fishing, target operasi ini juga akan meliputi kejahatan transnasional lainnya, contohnya seperti human trafficking, serta drug smugling di kawasan perbatasan kedua negara," ungkap Adin.
Operasi GANNET-7 secara resmi telah dibuka oleh Direktur Operasi Laut Laksma Bakamla Friche Flack di Hotel Aston Kupang, Kamis (18/5) kemarin.
Friche menyampaikan bahwa meskipun dalam pelaksanaan patroli bersama ini terdapat tantangan-tantangan yang dihadapi, namun pihaknya sangat mengapresiasi semangat kerja sama dari semua pihak yang terlibat, terutama para personel kapal dan pesawat yang selama ini menjadi garda terdepan dalam mengamankan wilayah perairan perbatasan Indonesia dan Australia.
"Saya sangat mengagumi semangat kerja sama dari semua pihak yang terlibat, sehingga pelaksanaan Operation GANNET dapat terus tercapai setiap tahunnya," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan, pihaknya yakin jika penguatan pengawasan di WPPNRI dapat dilakukan melalui kerja sama dengan negara-negara tetangga dan penambahan armada kapal pengawas.
"Seperti baru-baru ini, KKP telah mengirim 24 orang awak kapal pengawas ke Hiroshima, Jepang untuk menjalani pengenalan komponen dan tata cara pengoperasian kapal pengawas baru yang akan didatangkan dari Jepang," tutupnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prajurit Angkatan Darat Australia menggeruduk Markas Komando (Mako) Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, Surabaya, Selasa (22/8). Ada apa?
Baca SelengkapnyaPanglima TNI bertemu Panglima AB Australia. Ternyata pernah terlibat di perang "Timor-Timur". Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Korban berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan sekitar pukul 08.46 Wib
Baca Selengkapnya"Ada 13-14 pertanyaan lah. Pemeriksaan paling efektif sekitar 3 jam. Lamanya karena hanya berdiskusi perkembangan situasi," ujar Ansar.
Baca SelengkapnyaTema debat berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Baca SelengkapnyaPolisi menggelar patroli siber untuk mengatasi serangan berita-berita hoaks dan fitnah selama Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan mengevakuasi tiga mayat yang telah teridentifikasi sebagai pengungsi Rohingya
Baca SelengkapnyaKapal akan mengarungi laut dan diprediksi mencapai waktu sekitar 52 hari perjalanan.
Baca Selengkapnya