Penyebab Wanita Terlibat Jaringan Teroris
Merdeka.com - Beberapa kasus terorisme di Indonesia melibatkan perempuan, seperti bom bunuh diri di Surabaya dan Sibolga. Fakta ini menjadi bukti jika sekarang kelompok teroris memanfaatkan perempuan bukan hanya di belakang layar.
Komisioner Komnas Perempuan Riri Khariroh mengatakan, dalam kurun 10 tahun terakhir peran perempuan dalam jaringan terorisme mengalami pergeseran. Kini perempuan disiapkan menjadi martir dan pengantin bom.
"Saya melihat ada proses penggunaan perempuan untuk tujuan terorisme sehingga perempuan menjadi pelaku," ujar Khariroh dalam keterangannya, Jumat (22/3).
Menurut Khariroh, ada hal-hal yang menyebabkan perempuan kemudian digunakan dalam aksi terorisme. Dia mencontohkan, Umi Delima, istri Santoso. Sejak dinikahi usia 16 tahun terus dicekoki ideologi radikal.
"Dari situ perempuan-perempuan itu mengubah konsep diri mereka, kemudian terjebak, dan ditambah doktrin dari suami dan kelompoknya. Intinya, meski berada di garda terdepan, perempuan adalah korban dari struktur di jaringan terorisme," ungkapnya.
Menurutnya, dari survei yang pernah dilakukan, 90 persen istri narapidana terorisme (napiter) awalnya tidak tahu tentang terorisme. Mereka baru tahu ketika ada proses penangkapan. Namun kondisi itu berubah setelah kejadian bom Sibolga, di mana sang istri tidak bersedia menyerah dan memilih meledakkan diri di dalam rumah bersama anaknya. Khariroh menilai fakta ini harus terus dikaji.
"Banyak dari perempuan itu kemudian terpapar di media sosial, tertipu dengan janji dan propaganda ISIS. Dia yang aktif mencari informasi di internet, padahal dia sebenarnya terpedaya propaganda ISIS bahwa kehidupan lebih baik, rumah sakit gratis, hidup lebih enak," jelasnya.
Ia menilai, terlalu mudahnya perempuan 'termakan' janji kelompok radikal karena memang propaganda di media sosial (medsos) sangat canggih. Kondisi itu ditambah para perempuan pengguna internet literasi digitalnya sangat kurang.
Meski saat ini propaganda itu semakin berkurang, perempuan tetap harus diberikan perlindungan. Salah satunya dengan mengoptimalkan peran perempuan sebagai penggerak dan agen perdamaian.
"Perempuan dengan bakat alamiahnya untuk jaga perdamaian itu harus terus ditingkatkan, termasuk juga peran perempuan dalam masyarakat. Kalau perempuan sangat aktif di kegiatan sosial, mereka akan lebih dekat keluarga atau anak, sehingga perempuan bisa digunakan sebagai agen melakukan deteksi dini," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenurut Kemenkumham, saat ini ada sebanyak 135.823 orang yang mendekam di lapas se-Indonesia, terdiri atas 21.198 orang tahanan dan 114.625 orang narapidana.
Baca SelengkapnyaPenangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang perempuan asal Turki baru-baru ini membawa kasus hukum terhadap suaminya karena suaminya tidak menjaga kebersihan.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Antiteror Polri menangkap DE (28) di Bekasi, Senin (14/8). Tersangka tindak pidana terorisme ini merupakan karyawan BUMN.
Baca SelengkapnyaMenjadi jurnalis perempuan yang meliput sepak bola bak dua mata pisau berlawanan. Pada satu sisi bisa memperoleh kemudahan, tapi bisa juga jadi korban kekerasan
Baca SelengkapnyaPihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaMotif pembunuhan belum diketahui. Usai membunuh, pelaku melapor ke polisi.
Baca SelengkapnyaPolres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca Selengkapnya