NU dan Muhammadiyah sepakat Indonesia akan tetap utuh
Merdeka.com - Petinggi Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mengadakan silaturahmi di Kantor PBNU Jalan, Kramat Raya, Jakarta Timur, Jumat (23/3). Dalam pertemuannya, mereka menyinggung isu terkini salah satunya pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyinggung bubarnya Indonesia pada 2030.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyampaikan, NU bersama dengan Muhammadiyah memiliki cita-cita yang sama yakni menyelamatkan dan menjaga keutuhan NKRI.
"Indonesia itu negara yang beriman dan bertakwa. Dalam Al-quran disebutkan, bangsa yang beriman dan bertakwa akan tetap ada," tutur Said Aqil di lokasi, Jumat (23/3).
Menurut Said Aqil, kesatuan bangsa bukan hanya soal geografinya saja, tapi yang paling penting adalah keutuhan budaya. Itulah maksud dari Islam Nusantara yang dibumikan NU.
"Harus bangga dengan budaya Indonesia. Belajar ke Arab boleh, tapi pulang harus bawa ilmu. Bukan bawa jenggot. Jangan bawa gamis, bawa ilmu. Karena kalau belajar Islam belum ke Arab memang kurang. Begitu pula yang belajar di Amerika, Eropa. Dari Eropa jangan bawa anggur, dari Arab jangan bawa gamis, jenggot," beber dia.
Menurut Said Aqil, negara Timur Tengah memiliki sumber daya manusia yang termasuk kelas atas. Mereka semua terbilang pintar. Hanya saja, saat disatukan, sebagian besar pikirannya hanya memonopoli bangsa lain.
"Kalau sudah jadi satu komunitas, itu jahiliah, biadab, rajin perang nggak berakhir. Di kita enggak. Mampu hidup bersama membangun kebersamaan baik Islam dengan non muslim. Di Irak, lebih dari 1,5 juta orang konflik, bukan dengan non muslim. Suriah juga 400 ribu orang dengan sesama asli Suriah. Lagi salat Jumat dibom di Masjid Gunung Sinai. Islam apa itu," tukas Said Aqil.
Senada dengan Said Aqil, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menambahkan, soal eksistensi dan masa depan Indonesia haruslah ada jiwa optimisme.
"Indonesia akan tetap utuh dan Allah akan tetap merahmati kita hingga Yaumil Akhir (hari kiamat) karena pertama, Indonesia negara yang beriman dan bertakwa. Dasarnya itu Pancasila, sila pertama itu," kata Haedar Nashir.
Permasalahan di Tanah Air memang banyak. Namun tantangan itulah yang menjadikan pengalaman latihan yang panjang bagi bangsa untuk semakin dewasa.
"Generasi baru itu tidak boleh menyerah terhadap keadaan. Makanya kita akan tetap punya optimisme. Apalagi Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan ada di garda terdepan."
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024
Baca SelengkapnyaMenurut dia, pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi terhadap Indonesia masih sama yaitu netral dan independen dari kekuatan politik.
Baca SelengkapnyaBukan hal yang mudah, situasi genting kerap dihadapi oleh mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Salat tarawih pertama akan dilaksanakan pada Jumat (8/3) mendatang.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, dunia internasional melihat Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia menjalankan pemilu yang tidak cacat dan bermasalah.
Baca SelengkapnyaMenahan air kecil atau kencing saat perjalanan bisa memicu munculnya penyakit.
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaIstilah momen ini cukup unik dan menyita perhatian. Tak ayal jika beberapa yang belum mengetahuinya akan merasa heran dengan momen mandi lumpur tersebut.
Baca SelengkapnyaFenomena golput masih banyak ditemui dan menjadi salah satu tantangan yang serius di setiap pemilu
Baca Selengkapnya