Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto membantah adanya praktik jual beli rekomendasi dokter. Hal ini menanggapi pernyataan Menkes Budi Gunadi Sadikin soal penerbitan rekomendasi izin praktik dokter di Indonesia.
"Tidak ada. Buktikan saja kalau ada," kata Slamet kepada merdeka.com, Rabu (1/2).
Menurut Slamet, IDI hanya menetapkan iuran kepada seluruh anggotanya. Iuran itu akan digunakan untuk keperluan organisasi profesi.
"Enggak masuk kantong pribadi," tegasnya.
Slamet mengatakan, iuran yang diterapkan di IDI sama seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai organisasi yang tidak dibiayai pemerintah, sangat wajar meminta iuran kepada anggotanya.
Dia menyebut, IDI tidak pernah mendapatkan bantuan sepeser pun dari pemerintah selama 18 tahun terakhir. Padahal, IDI membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Lumrah sebuah organisasi membebani iuran kepada anggota karena organisasinya tidak dibantu oleh negara," ujarnya.
"Bahwa setiap biaya IDI dapat dipertanggungjawabkan semua," sambungnya.
Slamet kemudian menyinggung Konsil Kedokteran Indonesia atau KKI yang mematok biaya penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR) kepada tenaga kesehatan sebesar Rp300.000. Padahal, KKI merupakan lembaga yang dibiayai pemerintah.
"Lembaga negara saja narik duit STR gimana? Apalagi organisasi yang tidak punya uang," ucapnya.
Slamet meminta Budi mengungkap temuan praktik jual beli rekomendasi dokter. Dia juga meminta Budi memperhatikan masalah kematian ibu dan anak di Indonesia yang tergolong tinggi.
"Sebaiknya Menteri Kesehatan berkonsentrasi meningkatkan derajat kesehatan. Mengingat Indonesia berada pada urutan kedua untuk angka kematian ibu dan anak, stunting," tandasnya.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkap praktik penerbitan rekomendasi izin praktik dokter di Indonesia. Menurut Budi, ada beberapa dokter yang merasa risih lantaran adanya uang setoran yang harus diberikan kepada pihak yang dia sebut sebagai atasan.
"Ada beberapa dokter yang tidak nyaman karena kalau mau dikasih rekomendasi, ada janji setoran ke atas, yang masuk ke grup," ujar Budi dalam webinar bertajuk 'Polemik Kewenangan Rekomendasi Izin Praktik Dokter' di YouTube Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Riau pada Senin (30/1).
Budi menyebut, pemberian setoran ini dialami sejumlah dokter spesialis. Menurut Budi, beberapa dokter spesialis sulit mendapatkan rekomendasi ke daerah jika tak mengeluarkan uang.
"Padahal rumah sakitnya dan dinas kesehatan butuh," kata dia.
Hanya saja, menurut Budi, rumah sakit dan dinas kesehatan tak bisa berbuat banyak dengan adanya praktik ini. Karenanya, menurut Budi dalam praktik ini sudah terjadi penyalahgunaan kekuasaan.
"Jadi ada abuse of power," kata Budi.
Budi mengamini pelaku jual beli rekomendasi dokter ini sulit dicari. Pasalnya para pelaku biasanya mengancam jangan sampai fakta ini tersebar, sementara korban hanya diam karena takut.
"Jadi kayak kentut. Bau tapi enggak tahu (siapa) karena orang akan takut ketika dia mengaku akan terancam kariernya atau rekomendasinya ke depan," kata Budi.
Selain jual beli rekomendasi, Budi juga mengaku kerap mendapat cerita adanya nepotisme dalam proses ini dari para dokter di Indonesia.
"Beberapa teman merasa sulit masuk rekomendasi kalau misalnya saingan dengan anaknya yang memberikan rekomendasi di sana. Kedua beberapa spesialis sulit mendapat rekomendasi untuk masuk ke daerah tertentu walaupun dokter spesialisnya kurang karena sangat dijaga di sana," tambah Budi.
Advertisement
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyarankan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melaporkan dugaan jual beli rekomendasi dokter. Lembaga antirasuah memastikan akan menindaklanjuti setiap laporan yang masuk.
"Setiap laporan masyarakat ke KPK, kami pastikan ditindaklanjuti oleh bagian pengaduan dan pelaporan masyarakat KPK," ujar Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri dalam keterangannya, Selasa (31/1).
Ali menjelaskan, setiap laporan awalnya akan diverifikasi dan ditelaah untuk memastikan kelengkapan laporan. Proses verifikasi dan telaah juga bertujuan untuk memperkaya informasi di tahap awal. Termasuk apakah masuk ke dalam ranah lembaga antirasuah atau bukan.
"Yang berikutnya tim pengaduan juga akan memperkaya informasi tersebut sebagai bagian dari verifikasi dan telaahannya," kata Ali. [tin]
Baca juga:
KPK Minta Menkes Budi Laporkan Praktik Jual Beli Rekomendasi Dokter
IDI Jawab Menkes: RUU Kesehatan Ancam Keselamatan Rakyat dan Kriminalisasi Nakes
Menkes Ungkap Tiga Penyakit Bikin Rakyat Menderita: Sakit Otak, Jantung dan Kanker
Covid-19 Kraken Masuk RI, Pemerintah Tidak Perketat Pintu Kedatangan WNA
Menkes Pastikan Booster Kedua Tidak Digunakan sebagai Syarat Perjalanan
Tak Terima Orang Tua Ditagih Utang, Anak Pukul Kepala Korban hingga Memar
Sekitar 4 Menit yang laluTerungkap, Pelaku Mutilasi di Bogor Berprofesi sebagai Sopir Taksi Online
Sekitar 9 Menit yang laluAnwar Usman di Depan Jokowi: Penegakan Hukum Tak Terhalang Hubungan Keluarga
Sekitar 19 Menit yang laluErick Thohir Ingin Bangun Buffer Zone Depo Plumpang Secepatnya
Sekitar 23 Menit yang laluCara Dapatkan Tiket Gratis Masuk Ancol Besok
Sekitar 24 Menit yang laluHendak Tawuran Disiarkan Live Instagram, 4 Remaja Bawa Sajam Ditangkap
Sekitar 27 Menit yang laluUMKM OKU Selatan Berpotensi Kembangkan Produk Olahan Kuliner
Sekitar 44 Menit yang laluSelain Syabda Perkasa, Satu Orang juga Meninggal dan Tiga Terluka dalam Kecelakaan
Sekitar 1 Jam yang laluDemokrat Tagih Jatah Cawapres ke Anies Baswedan
Sekitar 1 Jam yang laluIni Pantauan Harga Komoditas Pokok di Kota Pontianak Jelang Ramadan
Sekitar 1 Jam yang laluDemokrat Sebut Bacawapres Anies Tak Diumumkan Dalam Waktu Dekat: Biar Agak Seru
Sekitar 1 Jam yang laluPA 212 Demo Tolak Kedatangan Timnas Israel di Patung Kuda
Sekitar 2 Menit yang laluPawai Masyarakat di Kawasan KS Tubun Sempat Diadang Polisi, Ini Penjelasan Polda Metr
Sekitar 1 Jam yang laluTernyata Begini Cara Anggota Brimob Tidur di Hutan saat Hujan, Tanpa Tempat Berteduh
Sekitar 1 Jam yang laluLima Polisi Terbukti Jadi Calo Penerimaan Bintara Polri Akhirnya Dipecat
Sekitar 1 Jam yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 2 Jam yang laluTeddy Minahasa 'Boyong' Ahli Forensik Pernah Bela Eliezer Sebagai Saksi Meringankan
Sekitar 3 Hari yang lalu10 Tas Mewah Istri Para Pejabat Indonesia, Mulai Sambo sampai Rafael Alun
Sekitar 4 Hari yang laluCEK FAKTA: Ferdy Sambo Berlutut dan Mengemis Minta Ampun ke Bharada E?
Sekitar 5 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 1 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 6 Hari yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 1 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 2 Minggu yang laluLuis Milla Pompa Semangat David da Silva demi Gelar Top Scorer BRI Liga 1
Sekitar 2 Jam yang laluPersib Masih Bisa Mainkan Trio Timnas Indonesia untuk Menghadapi Dewa United di BRI Liga 1
Sekitar 3 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami