GMNI Sayangkan Aksi Deklarasi KAMI, Tak Terapkan Protokol Kesehatan
Merdeka.com - Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) disayangkan sejumlah pihak. Sebab, aksi yang digelar di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat di tengah Pandemi Covid-19 mengundang kerumunan dan tidak menerapkan protokol kesehatan.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) Imanuel Cahyadi mengatakan peserta aksi saling berhimpitan. Padahal, saat ini keselamatan jiwa sendiri yang menjadi prioritas dari ancaman virus Sars-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19. Namun, diabaikan.
"Ini justru malah kontradiktif dengan protokol atau protap pemerintah yang dikeluarkan, termasuk protokol dari Gubernur DKI yang memperpanjang PSBB transisi," katanya, Kamis (20/8).
Dia menyayangkan sikap tokoh-tokoh yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat justru memperlihatkan hal sebaliknya.
"Katanya gerakan moral, tapi malah mengabaikan moral itu sendiri. Mereka tidak memprioritaskan keselamatan simpatisan-simpatisan yang hadir pada deklarasi tersebut," tutur Imanuel.
Pun, ia mengatakan punya pandangan berbeda terkait deklarasi KAMI itu. Untuk gerakan-gerakan mahasiswa saat ini, menurut dia, harus punya substansi pada situasi bangsa di tengah pandemi Covid-19.
Saat ini, menurut dia, justru yang penting ditumbuhkan adalah semangat yang positif dan optimis. Jangan membawa publik memiliki semangat yang sifatnya justru pesimis terhadap kemajuan bangsa kedepan.
"Untuk itu, kami dari DPP GMNI menilai bahwa jangan sampai ada gerakan-gerakan yang sifatnya malah membawa pada polarisasi sisa-sisa residu dari Pilpres 2019."
"Jadi, kita melihat di tengah situasi ini, sebaiknya kita membangun semangat optimisme bangsa agar bisa lepas dari Covid-19 ini. Apalagi di momentum kemerdekaan," tegas
Tetap Menghargai Aksi
Meski demikian, Imanuel menyebut DPP GMNI menghargai KAMI yang membuat gerakan sebagai fungsi dari demokrasi. Namun, kata dia, yang menjadi catatan DPP GMNI adalah bentuk gerakannya.
"Agar ini mengarah ke aksi-aksi yang kongkret. Jangan hal-hal umum yang ujung-ujungnya hanya menghimpun kekesalan untuk diarahkan pada hal-hal tendesius di tengah Covid-19 ini," katanya.
Terkait penanganan Covid-19, Imanuel mengakui banyak catatan kritis ditujukan kepada pemerintah. Dia mencontohkan data yang amburadul dan bantuan yang tidak menyentuh masyarakat terdampak Covid-19. "Ini lebih banyak masalah teknis," tuturnya.
Menurut Imanuel, mahasiswa seharusnya membuat gerakan yang sifatnya sosial. Sehingga, mahasiswa dapat berkontribusi kepada negara di tengah Covid-19.
"Ini merupakan pandemi yang sifatnya global. Semua terdampak Covid-19. Jadi, Covid-19 ini memang ujian kemanusiaan buat kita samua untuk sama-sama berkontribusi nyata dan langsung menyentuh masyarakat yang terpuruk akibat Covid-19. Jadi, kalau memang mau membuat gerakan, buat gerakan yang konkrit," kata Imanuel.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaUntuk menjadi negara maju tak cuma mengedepankan kecerdasan sumber daya manusianya saja.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, syarat untuk mencapai generasi emas 2045 ialah harus sehat dan pintar.
Baca SelengkapnyaDi musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca Selengkapnya