Eksportir ikan laut olahan ke berbagai benua raih penghargaan
Merdeka.com - Keputusan Nurhadi untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar rupanya berbuah manis. Dirinya kini memiliki industri pengolahan hasil perikanan yang memasok produknya ke luar negeri.
Nurhadi mengatakan, awalnya dia merupakan karyawan biasa. Namun karena jeli melihat ada peluang produk olahan dari bahan baku ikan, dia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan membangun perusahaan sendiri.
Perusahaan miliknya bernama PT Parlevliet Paraba Seafood yang berlokasi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan ini awalnya hanya mengolah ikan tuna. Namun berkat kejelian Nurhadi terhadap produk perikanan, kini perusahaannya tersebut telah mampu memproduksi tuna lion fresh dan beku, tuna steak, tuna saku, kakap merah fillet, gold banded fillet dan mahi-mahi fillet.
“Saya dahulunya karyawan, saat melihat ada peluang pada 1999, saya mengundurkan diri. Dahulu saya coba kecil-kecilan suplai ke pabrik-pabrik, juga pengiriman antar pulau. Pada 2000 lalu, saya awalnya hanya tuna, sekarang macam-macam, mulai dari tuna, ikan pelagis, kakap merah, hingga kerapu,” ujarnya.
Nurhadi menjelaskan, saat memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja, dirinya hanya memiliki uang Rp 4 juta. Uang tersebut yang dia gunakan untuk memodali usaha yang baru dirintisnya kala itu.
Nurhadi mengaku saat itu kesulitan mendapatkan bantuan permodalan dari perbankan. Salah satunya karena tidak adanya jaminan untuk mengajukan kredit usaha ke bank. “Keluar dari perusahaan hanya punya uang Rp 4 juta. Jadi usaha itu dari modal sendiri. Baru pada 2012 kami dibantu oleh bank swasta, karena kami sudah miliki tempat, juga investasi untuk jaminan,” kata dia.
Nurhadi mengaku, selama ini dirinya tidak pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku ikan segar. Hal ini karena Indonesia punya laut yang luas sehingga banyak sumber daya perikanan yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal. “Pembelian bahan baku dari Gorontalo, Palu, Ternate sampai Irian (Papua),” lanjutnya.
Kini jerih payah Nurhadi yang merintis usaha dari bawah telah membuahkan hasil. Dari awalnya omzet usahanya hanya Rp 5 juta-Rp 10 juta per bulan, kini meningkat hingga menembus Rp 40 miliar per tahun. “Omzet perkembangan bagus, awalnya karena masih untuk pasar lokal penghasilan waktu itu Rp 5 juta-10 juta, sekarang satu tahun bisa dapat Rp 40 miliar,” ulasnya.
Omzet yang terbilang fantastis tersebut lantaran produk-produk tidak lagi ditujukan untuk pasar lokal tetapi dirinya telah menyasar ke negara-negara maju seperti di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Australia hingga Jepang. “100 persen kami ekspor. Ada yang ke Eropa, Amerika Serikat, juga pasar Asia. Padahal dahulu saya melayani pembelian antar pulau,” jelasnya.
Selain soal materi, usaha yang digelutinya juga membawa dampak yang besar lantaran mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. “Karyawan sekarang mencapai 60 orang, ada yang tetap dan ada juga yang harian,” tandasnya.
Berkat kegigihannya, Nurhadi pun berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari (AMB) 2015 dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai Juara I untuk kategori UKM Pengolahan Hasil Perikanan Terbaik Skala Menengah.
(mdk/hrs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bila sebelumnya paling banyak menghasilkan Rp1,5 juta, dia mengaku kali ini ada puluhan ikan peliharaannya itu diborong pembeli.
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Kota Pariaman begitu kaya dengan sajian olahan kuliner berbagan dasar hasil laut.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menjelang Idulfitri, pedagang ikan asap Tuban bisa mengantongi omzet penjualan lebih dari Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaWalau ikan dianggap sebagai bahan yang cocok menjadi Makanan Pendamping ASI (MPASI) bayi, namun terdapat sejumlah ikan yang sebaiknya dihindari.
Baca SelengkapnyaArdiyansyah atau yang akrab disapa Ardi, mulai merintis usaha kerajinan tangan dari kulit pada 2013 dengan bekal ilmu yang didapat saat kuliah.
Baca SelengkapnyaPenampakan ikan mas terbesar yang pernah ditangkap, beratnya mencapai 50 kg lebih.
Baca SelengkapnyaWalaupun tinggal di dalam air, apakah ikan bisa kehausan?
Baca SelengkapnyaDi sana telah dibangun sebuah jembatan gantung yang menghubungkan antara pasar dengan desa di sebelahnya.
Baca Selengkapnya