Dijanjikan hidup enak, alasan warga Palembang gabung Gafatar
Merdeka.com - Sempat enggan bertemu dengan awak media setelah tiba di Palembang dua hari lalu, sepuluh warga mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang berhasil dipulangkan dari Boyolali, Jawa Tengah, akhirnya membuka diri. Mereka bersedia menceritakan kisah perjalanan dan alasan bergabungnya dengan gerakan tersebut.
Salah satunya, Zainal Abidin (49), warga Jalan Tanjungsari II, Kelurahan Tanjung Beringin, Kecamatan Kalidoni, Palembang. Dia mengaku sudah bergabung dengan Gafatar sejak 2013 lalu.
Selama hidup di Palembang, Zainal mengaku perekonomiannya terbilang serba kekurangan. Apalagi, dia harus menghidupi lima anaknya yang membutuhkan banyak uang.
Dalam situasi keluarga seperti itu, Zainal bertemu dengan seseorang yang mengajak bergabung dengan Gafatar. Organisasi itu menjanjikan hidup yang lebih baik dan sejahtera karena anggotanya harus tolong-menolong.
"Cuma ingin hidup lebih baik saja, lebih sejahtera. Makanya ikut Gafatar dan berangkat ke Kalimantan," ungkap Zainal di Panti Sosial Karyawanita Harapan Palembang, (1/2).
Terpikat dengan iming-iming itu, Zainal memboyong istri dan lima anaknya berangkat ke Kalimantan pada November 2015 lalu.
"Kebanyakan memang anggotanya orang-orang tidak mampu. Di Kalimantan kami bertani dan berkebun, hidup lumayan enak," ujarnya.
"Sekarang kami ingin hidup dari awal, ingin beternak dan bertani di sini," sambungnya.
Hal yang sama juga dituturkan M Ainur Fahmy (30). Menurut dia, Gafatar yang diikutinya memberikan pemahaman tentang hidup saling membantu dan kerja keras. Lagi pula, Gafatar ingin membantu program pemerintah mewujudkan swasembada pangan.
"Di Kalimantan itu lebih mudah mendapatkan pangan. Banyak tawaran mengelola kebun warga sana," kata dia.
Fahmy mengaku beberapa bulan tinggal di Kabupaten Kayung Utara, Kalimantan Barat. Di sana ribuan anggota eks Gafatar lain tidak mengalami pengusiran warga seperti yang terjadi di Camp Moton Mempawah Timur, Kalbar.
"Orang-orang di sana baik-baik. Pas tahu kami mau pulang, mereka sedih," ujarnya.
Plt Kepala Dinas Sosial Sumsel Belman Karmuda mengungkapkan, dalam waktu dekat, ke sepuluh eks Gafatar tersebut akan dipulangkan ke rumah masing-masing setelah diberikan pembinaan.
"Kita bina dulu, kalau sudah cukup ya kita persilakan pulang dan menjalani hidup seperti biasa," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gaya hidup yang kita miliki sehari-hari bisa sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita. Hal ini termasuk dalam kesehatan mata.
Baca SelengkapnyaImas, ibu dari dua anak di kampung Bandung Barat membocorkan berapa biaya hidup dalam satu bulan saat hidup di kampung.
Baca SelengkapnyaAdanya waktu istirahat selama sehari di tengah hari-hari sibuk perlu dilakukan demi kesehatan secara keseluruhan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ia hidup sendirian karena ayahnya meninggal dan ibunya meninggalkannya sejak kecil.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca SelengkapnyaWarga diminta tidak terpancing berita hoaks dan SARA terkait Pemilu.
Baca SelengkapnyaAtikoh berasal dari keluarga yang tumbuh di lingkungan pesantren sederhana.
Baca SelengkapnyaGanjar juga mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan hidup.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kebersihan alam
Baca Selengkapnya