Dapat Dukungan Publik, Novel Baswedan Senang Masyarakat Semakin Kritis
Merdeka.com - Teror fisik dialami penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah menyita perhatian publik. Banjir dukungan terhadap kasus ini pun turut disampaikan masyarakat untuk mendesak proses hukum berjalan secara adil.
Novel melihat dukungan publik itu adalah suatu hal luar biasa. Menurut dia, dukungan itu lantaran publik melihat bagaimana menghilangkan tindakan kesewenangan-wenangan dan perbuatan tidak adil dalam proses hukum terhadap kasus dialaminya.
"Saya senang ternyata masyarakat Indonesia sedemikian kritis dengan hal ini. Bisa dibayangkan perbuatan dengan arogansi hukum seperti ini jika tidak diprotes, maka apakah kita punya harapan hukum yang lebih baik ke depan. Saya kira itu angan-angan," ujar Novel saat diskusi daring diadakan Pukat UGM, Rabu (17/6).
Novel mengatakan, kasusnya menunjukan adanya arogansi hukum yang bisa menghancurkan wajah hukum dengan berbagai kejanggalan mulai dari tuntutan satu tahun, alat bukti yang dihilangkan, hingga saksi yang tak dipertimbangkan. Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat untuk membenahi kerusakan pada hukum, dengan berbagai kritik dan masukan yang lugas.
Selain itu, dia menegaskan dukungan itu bukanlah untuk ditunjukan kepada korban yaitu dirinya, melainkan demi kepentingan hukum Indonesia yang lebih baik kedepannya.
"Tetapi respon publik yang semakin baik harus ditingkatkan, karena tidak boleh kita ini diam, memaklumi atau membiarkan kejanggalan dengan beragam alasannya,” tutur Novel.
Kemudian terhadap prediksi putusan hakim nanti, Novel menilai seharusnya hakim bisa melihat kejanggalan dan menjadi pertimbangan dalam tentukan putusan. Bukan malah sebaliknya melihat kasus penyiraman air keras sebagai pemakluman.
"Bahkan advokat yang mendampingi terdakwa itu mengatakan, serangan air ini adalah hal yang biasa. Menyiram air ke muka saya itu hal yang biasa? ini menyedihkan sekali. Ada anggota Polri yang terikat dengan kode etik Polri menyiram muka orang dengan air keras adalah suatu yang biasa, walaupun dia menyebutnya air aki. Bagaimana kita melihat seolah perbuatan kerasan seperti ini dimaklumi. Bukannya perbuatan itu dengan fakta-fakta yang banyak sekali, seharusnya tidak bisa dimaklumi," kata Novel.
Kemudian, dia menegaskan tujuan dari penegakan hukum yang adil adalah menghukum seadil-adilnya secara objektif. Karena tujuannya bukan sekedar menghukum orang bukan melainkan proses penegakan hukum.
"Maka saya menilai sepertinya bukan sekedar hanya ingin menghukum orang berat, tetapi yang terpenting adalah proses yang objektif. Kalau dia lah Pelakunya layak mendapatkan hukuman berat. Tapi, kalau dia bukan pelakunya haruslah dibebaskan,” ucapnya.
“Tertarik, untuk berbicara soal proses bukan sekedar hasil, semisal nanti, karena protes orang banyak baru dijatuhkan hukuman berat. Kalau itu yang terjadi rusaklah hukum kita,” pungkas Novel.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mantan orang nomor satu di BUMN kini alih profesi jadi tukang batu dan gali parit. Siapa sosoknya?
Baca SelengkapnyaMunculnya bau badan merupakan persoalan yang sering dialami oleh banyak orang dan bisa mengganggu kepercayaan diri serta interaksi sosial.
Baca SelengkapnyaCerita komedi lucu memiliki peran penting dalam masyarakat karena mampu menyediakan hiburan yang menggembirakan dan meringankan beban emosional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Setiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah tiga bersaudara yang dibesarkan oleh sang nenek dan kini jadi orang sukses.
Baca SelengkapnyaAlih-alih dengan kekerasan, cara penangkapan yang dilakukan sungguh tak biasa. Warga menakut-nakuti maling tersebut dengan seekor ular.
Baca SelengkapnyaTenggang rasa bentuk penghargaan terhadap perasaan, pemikiran, dan kepentingan orang lain.
Baca SelengkapnyaSurat suara bukan hanya secarik kertas, melainkan sebuah instrumen demokratis yang menggambarkan kehendak rakyat.
Baca SelengkapnyaAnies juga memeluk sambil menenangkan salah satu warga yang menangis mengeluhkan nasib mereka.
Baca Selengkapnya