Atlet butuh 'kail' sebelum turun gelanggang
Merdeka.com - Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Mungkin hal itu menjadi garis besar pendapat konsultan keuangan Aidil Akbar soal para atlet dan kesejahteraan. Dunia para mantan atlet Indonesia kadang membikin terenyuh. Sebab mereka mesti kepayahan saat masa jayanya telah lewat.
Aidil mengibaratkan atlet seperti artis. Hanya saja masa keemasan mereka bisa lebih singkat lantaran dipengaruhi usia dan kondisi fisik. Beda halnya dengan pesohor terkadang masih laku meski di usia senja.
Pelbagai kisah miris mantan atlet juga sampai ke telinga Aidil. Menurut dia, olahragawan semestinya dibekali kemampuan mengelola uang. Duit menjadi faktor penting supaya mereka bisa bertahan ketika mereka berprestasi dan kalau sudah tidak berlaga di arena.
Aidil mengambil contoh petinju Mike Tyson. Semasa jayanya, si tengkuk besi, julukan Tyson, bisa meraup miliaran dolar. Namun karena tidak bisa mengelolanya lantaran mendadak menjadi orang kaya baru, dia menghamburkan duitnya.
"Memang semasa mereka jaya harus menyisihkan uang," ujar Aidil saat dihubungi merdeka.com Jumat (2/9) pekan lalu.
Kebijakan pemerintah merekrut atlet berprestasi menjadi pegawai negeri sipil hanya bisa dinikmati oleh kalangan pribumi. Sedangkan bagi olahragawan keturunan Tionghoa misalnya, hal itu tak berlaku. Mereka akhirnya banting setir berbisnis ketika tak lagi berkutat di dunia olahraga.
Duit diperoleh atlet seharusnya diputar. Reksadana, emas, dan properti menurut dia menjadi pilihan investasi buat para atlet, jika memutuskan tidak berbisnis usai pensiun. Dia menyatakan risiko ketiganya minim. Namun di samping itu, paling penting adalah para atlet dibekali kemampuan mengelola keuangan, atau paling tidak didampingi konsultan atau orang dipercaya bisa mengurus duit mereka.
"Fokus mereka bertanding. Enggak boleh direcokin sama hal kaya gitu. Misal besoknya harus makan apa dan uangnya dari mana. Sebab waktu mereka habis untuk latihan, mereka enggak sempat lagi berpikir ke arah sana," ujar Aidil.
Alangkah baiknya, lanjut Aidil, bonus diberikan pemerintah kepada para atlet tak hanya berupa duit. Jasa konsultasi keuangan juga mesti diikutkan supaya mereka tidak bingung dalam mengelola fulus.
"Biarkan perencana keuangan yang mengelola atlet tadi, apakah sistemnya coaching (pendampingan) setahun sampai lima tahun atau lainnya," ucap Aidil.
Di samping itu semua, pemerintah menurut Aidil juga memiliki tanggung jawab dalam kesejahteraan atlet. Pemerintah dituntut harus mulai memilah cabang olahraga bakal diorbitkan menjadi industri. Jika menarik, pihak swasta baru berminat menjadi sponsor dalam kompetisi. Hanya saja, sayangnya sistem itu tidak berjalan semestinya. Sebab, industri olahraga bukan hanya buat meraup untung, tetapi juga buat membina atlet.
Dia sempat menyinggung soal Porkas di masa lalu dimaksudkan menghimpun dana dari masyarakat buat keperluan atlet. Namun, hal itu kembali ke kesiapan pemerintah.
"Di Indonesia belum ada industri olahraga. Kalau melibatkan swasta harus dibuatkan industri. Olahraga apa yang laku di Indonesia. Misalkan sepakbola dan badminton. Fokus itu saja," tutup Aidil.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Deretan atlet Indonesia alami sakit. Beberapa vakum hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaKepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan mengaku optimistis tim voli putri Jakarta BIN dan tim voli putra Jakarta STIN BIN juara Proliga
Baca SelengkapnyaBahlil menekankan dirinya akan maju melalui mekanisme pemilihan yang benar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Leo juga tampak memberi selamat pada kekasihnya yang sudah resmi menjadi anggota TNI.
Baca SelengkapnyaDalam berbuka puasa, salah satu cara untuk membatalkannya adalah dengan mengonsumsi takjil. Hal ini ternyata juga disarankan oleh ahli gizi.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaTernyata uang yang salah transfer dari orang lain harus dikembalikan ke pemiliknya karena jika tidak bisa dipidana dan denda Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaLebih mengenal sosoknya, berikut Merdeka rangkum deretan fakta profilnya.
Baca SelengkapnyaIlmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen.
Baca Selengkapnya