Intip Perjuangan Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19, Sempat Takut dan Tak Dapat APD
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia tak kunjung usai. Jumlah kasus positif Covid-19 justru terus menunjukkan peningkatan. Hal ini dibersamai dengan terus meningkatnya pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Dalam hal ini, para relawan pemakaman jenazah pasien Covid-19 yang menjadi garda terakhir tak pernah tidak sibuk. Di tengah situasi sulit tersebut, mereka memiliki sejumlah kisah mengharukan selama menjalankan tugas kemanusiaan itu.
Khawatir Ikut Terpapar
©2020 Merdeka.com
Para relawan itu diliputi rasa khawatir turut terpapar virus corona penyebab Covid-19. Meski demikian, kekhawatiran itu tak menyurutkan langkah mereka membantu sesama, seperti dilansir Antara, Selasa (5/1).
Suhartono, salah seorang petugas pemakaman mengaku prihatin sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Satu per satu pasien mulai berjatuhan. Di antara mereka ada yang dirawat, berhasil sembuh, namun tidak jarang yang meninggal dunia.
Ketika awal bergabung menjadi relawan pemakaman jenazah pasien Covid-19, tak dipungkiri ada rasa takut dalam benak Suhartono. Ia dibayangi oleh kenyataan belum adanya obat Covid-19, hingga ancaman turut terpapar virus corona jenis baru itu.
Pakai Baju Seadanya
Bahkan, saat awal-awal pemakaman ia hanya mengenakan baju seadanya. Tanpa perlindungan baju sesuai standar protokol Covid-19, ia dan rekan-rekannya nekat memakamkan jenazah pasien.
Dulu, Suhartono membalut tubuhnya dengan jas hujan. Ia memanfaatkan lem isolasi untuk merekatkan jas hujan supaya tidak kendor. Dengan demikian, ia dan rekan-rekannya berharap bisa terlindungi dari paparan virus corona.
Ia dan keempat rekannya, Kusmaji, Pujiono, Ari Yuana, dan Jemiki Tianto, direkrut menjadi petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 di Kediri sejak awal pandemi. Tak ada kesempatan untuk kalut dalam ketakutan di mana saat itu alat pelindung diri (APD) atau baju hazmat masih langka.
Makamkan Lebih dari 50 Jenazah
Sampai berita ini ditulis, setidaknya sudah lebih dari 50 jenazah warga Kota Kediri dimakamkan Suhartono dan rekan-rekannya. Pada Selasa (5/1), kelima relawan kemanusiaan itu mempersiapkan pemakaman jenazah di Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Ada empat jenazah yang dimakamkan pada hari itu. Sementara itu, ia mengaku, dalam sehari pernah memakamkan jenazah hingga 5 orang.
Suhartono mengungkapkan, ada banyak cerita ketika dirinya bertugas menjadi relawan pemakaman jenazah pasien Covid-19. Selain ancaman terpapar virus, jumlah jenazah yang dimakamkan, hingga minimnya alat pelindung diri menjadi hal-hal yang tak akan bisa hilang dari ingatannya.
Ia pun turut sedih lantaran banyaknya warga yang meninggal dan dimakamkan dengan protokol khusus. Sehingga proses pemakamannya tidak bisa dihadiri anggota keluarga.
Sudah Pakai APD
©2020 Merdeka.com/safetysign.co.id
Kini, kekhawatiran petugas pemakaman di Kediri tak sebesar masa-masa awal pandemi. Kini, mereka bekerja dibekali alat pelindung khusus atau baju hazmat.
Baju hazmat itu hanya diperbolehkan dipakai satu kali. Saat mereka hendak pindah lokasi, baju hazmatnya juga harus diganti dengan yang baru demi menjaga keamanan dan kesehatan.
“Alhamdulillah, sekarang sudah dapat APD lengkap dari Pemkot Kediri,” ujar Kusmaji, salah satu petugas pemakaman.
Sistem Pengupahan
©©2014 Merdeka.com
Kendatipun kelima petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 itu berstatus relawan, mereka tetap mendapatkan upah. Mereka mengaku, upah yang diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama di tengah situasi yang menghimpit seperti sekarang. Upah yang diberikan Pemkot Kediri itu sangat berarti bagi Suhartono dan rekan-rekannya.
Sistem pengupahan dilakukan dengan cara dihitung setiap kali ada pekerjaan dan segera dibayarkan setelah pemakaman selesai. Sementara itu, saat tidak ada perintah pemakaman, Suhartono dengan rekan-rekannya yang lain kembali pada pekerjaan masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai tukang las, pemilik bengkel, dan lainnya.
Kepala Bidang Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri Moch Syaifudin menjelaskan, pihaknya selalu koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) terkait pelaksanaan pemakaman pasien diduga terpapar Covid-19. Tanpa ada permintaan dari Dinkes, pihaknya tidak bisa melayani karena harus menunggu kepastian jenazah terpapar atau tidak.
Sementara itu, Kasi Pengelolaan Pemakaman Dinas Permukiman Kota Kediri Lingga Gunawan menjelaskan, tugas para petugas pemakaman ialah mengangkat peti jenazah dari mobil hingga memakamkan dengan protokol Covid-19.
Sedangkan untuk menggali liang lahat biasanya dilakukan oleh penduduk setempat. Terdapat upah tersendiri untuk penduduk yang membantu melakukan penggalian liang.
Tim penggali kubur mendapat upah Rp2 juta untuk satu titik makam, menggali, dan mengubur. Tim penggali makam mendapatkan upah Rp1 juta, kemudian tim petugas pemakaman mendapatkan upah Rp1 juta rupiah.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaPetugas kepolisian sudah selesai melakukan pemeriksaan terhadap jasad keempat korban untuk kebutuhan penyidikan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaIa membagikan kisahnya berjuang dengan kondisi sakit. Untungnya keluarganya tetap setia mendampingi.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca Selengkapnya