4 Fakta Ambrolnya Atap SD di Gunungkidul, Seorang Siswa Meninggal
Merdeka.com - Pada Selasa (8/10), atap salah satu bangunan di SD Muhammadiyah Bogor, Kecamatan Playen, Gunungkidul, ambrol. Robohnya atap bangunan sekolah itu terjadi saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Akibat kejadian itu, sejumlah pelajar menjadi korban. Para pelajar ini tertimpa atap bangunan yang rubuh. Dari 12 pelajar yang menjadi korban, satu siswa yaitu FA (12) meninggal dunia.
Sebelumnya, korban sempat dirawat di rumah sakit. Hingga kini, polisi masih memeriksa sejumlah saksi untuk mengetahui penyebab ambrolnya atap bangunan itu. Berikut fakta-faktanya:
Antara Pidana atau Bukan
©Instagram/@ceritagunungkidul
Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Irjen Pol Suwondo Nainggolan memastikan kalau kejadian ambrolnya atap SD Muhammadiyah Bagor tengah diselidiki.
“Setiap peristiwa pasti ada proses pencarian informasi. Dikemas dengan bahasa penyelidikan untuk mengetahui peristiwanya seperti apa. Pasti itu akan dicari,” kata Suwondo dikutip dari ANTARA pada Rabu (9/11).
Menurut Suwono, saat ini penyelidikan kasus tersebut diserahkan pada jajaran Polres Gunungkidul. Ia mengatakan, apabila tidak terpenuhi unsur pidana, maka kasus itu tidak akan dilanjutkan ke tahap penyidikan.
Analisis Bahan Bangunan
©Instagram/@ceritagunungkidul
Terkait penyebab ambrolnya gedung SD Muhammadiyah Bagor, Polres Gunungkidul menggandeng tenaga ahli UGM. Dosen Teknik Sipil UGM, Muslikh, mengatakan bahwa pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan. Saat datang ke lokasi, pihaknya mengambil sampel berupa material kuda-kuda seperti genting.
Material itu dibawa ke laboratorium untuk diamati terkait ketebalan, ukuran, dan diolah dalam bentuk informasi data. Ia mengatakan, material SD terbuat dari rangka baja ringan, sementara genting yang digunakan adalah genting press.
“Memang lebih aman kalau genting metal yang ringan. Kalau pakai genting bahan tanah liat ya perlu pemilihan dimensi yang memadai, tebal material, kan banyak parameternya,” kata Muslikh.
Trauma Healing untuk Korban
Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Dinsos P3A Gunungkidul Aris Winata mengatakan bahwa siswa yang terkena atap ambruk masih trauma sehingga perlu pendampingan.
“Berdasarkan pertemuan dengan orang tua siswa korban atap ambruk bahwa mereka sampai terganggu pola tidur dan kesehariannya,” kata Aris dikutip dari ANTARA.
Menurut Aris, trauma healing perlu dilakukan untuk mengembalikan kondisi psikis anak-anak. Namun ia menjelaskan bahwa proses itu harus menunggu hingga penanganan medis terhadap seluruh siswa dilakukan.
©Instagram/@ceritagunungkidul
Karena peristiwa ini, Kepala SD Muhammadiyah Bogor, Indah Suryani memutuskan aktivitas pembelajaran akan dihentikan sementara waktu. Ia mengatakan, keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi pelajar, khususnya bagi mereka yang menjadi korban dalam peristiwa itu.
“Kalau situasi sudah kondusif, aktivitas sekolah baru akan kami lakukan lagi,” kata Indah dikutip dari ANTARA.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBangunan ambruk karena kayu atap digerogoti rayap sehingga lama-lama rapuh.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
SDN yang ruang kelasnya ambruk akibat goncangan gempa berada di Kampung Cilangiri, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi.
Baca SelengkapnyaAtap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaNP baru menceritakan apa yang dialaminya belakangan ini saat ia duduk di bangku kelas 4.
Baca SelengkapnyaModusnya masuk dengan merusak pintu dengan mencongkel jendela ruangan.
Baca SelengkapnyaSeorang siswi kelas 2 SMK melahirkan lalu menyembunyikan bayinya dalam koper hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaSeorang siswi SMP di Lampung inisial NA, disekap dan diperkosa secara bergilir oleh 10 pria selama tiga hari.
Baca Selengkapnya