Merdeka.com - Di tengah euforia revolusi, puluhan kelompok laskar terlibat dalam penyerangan ke Depok. Suatu kenyataan yang menurut Harun Kabir justru patut disesali, karena tidak sesuai semangat revolusi Indonesia yang seharusnya menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
Penulis: Hendi Jo
Sejak terjadinya rentetan aksi kekerasan terhadap orang-orang yang dianggap pro NICA (dalam sejarah Belanda disebut sebagai Masa Bersiap), situasi di Bogor menjadi tak menentu. Hampir di seluruh kota berdiri kamp-kamp konsentrasi yang menampung para tawanan.
Penjara Paledang yang merupakan penjara terbesar di Bogor, mengalami kelebihan penghuni. Selain para narapidana, penjara itu juga dipenuhi para lelaki Eropa, Minahasa, Tionghoa, Maluku dan orang-orang yang dianggap berpihak kepada Belanda. Umumnya mayoritas berasal dari Bogor dan Depok.
Menurut informasi yang dilansir dari dokumen Kamp Comite 14e Bat Verslag van de Ongeregeldhelden en de Waderwaardigheden van de door de Indonesier Geinterneerde Europese Mannelijke Ingeztenen te Buitenzorg en Omgeving van begin October to 22 October 1945, 27 October 1945, penjara yang sejatinya memiliki kapasitas maksimum 300 orang itu, di hari-hari tersebut dijejali sampai 1.200 orang.
Satu sel yang seharusnya hanya muat untuk enam orang, dipaksakan memuat 25 orang. Ruangan lain yang hanya muat untuk 47 orang, dipaksakan menjadi 140 orang.
Bagi mereka yang tidak kebagian sel, harus tinggal di luar dengan sedikit perlindungan dari panas dan hujan. Mereka tidur beralaskan tikar rombeng, sebagian lagi di atas tanah sambil berdesakan. Jendela sel ditutup papan, hanya tersisa pintu masuk sebagai ventilasi.
"Dalam 48 jam, mereka hanya diberi waktu keluar sel tiga menit untuk mandi," tulis dokumen tersebut.
Soal makanan, jangan ditanya kelayakannya. Selain gaplek (makanan yang terbuat dari adonan singkong) yang direbus buat sarapan, mereka hanya mendapatkan jatah makan siang berupa nasi (175-200 gram) plus labu siam rebus yang dipotong-potong tanpa dikupas kulitnya. Peralatan makan pun sama sekali tak pernah dicuci (mengingat air harus dihemat) dan makanan kerap dihinggapi lalat.
Menghadapi situasi penuh kekacauan itu, kalangan para pejuang di Bogor terbelah dalam dua sikap: yang setuju dan tidak setuju terhadap aksi-aksi penggedoran tersebut. Menurut Achmad Soekarna, Harun Kabir sang pemimpin Lasjkar Tjiwaringin 33 ada di kubu yang kedua.
Harun berpendapat jika revolusi Indonesia adalah sebuah revolusi yang bertujuan menegakan keadilan dan kemanusiaan. Adalah sangat disayangkan jika kemurnian revolusi Indonesia 'dikotori' oleh tindakan-tindakan sepihak yang pantasnya dilakukan oleh para penyamun dan kaum kriminal.
Tindakan-tindakan kejam tak berperikemanusian, kata Harun, hanya akan membenarkan pendapat Belanda dan Sekutu jika bangsa Indonesia memang belum layak merdeka.
"Saya ingat suatu hari di Ciwaringin, Pak Harun berpidato di hadapan kami: jika kita berjuang dan bertempur bukan untuk kepentingan bangsa saja, tapi juga demi kemanusiaan…" ungkap Karna, yang merupakan eks anggota Lasjkar Tjiwaringin 33.
Prinsip yang dianut Harun, tidak sebatas bibir semata. Demi menyelamatkan orang tua, anak-anak dan perempuan yang tak berdosa, dia rela menjadikan rumahnya di Jalan Ciwaringin sebagai penampungan mereka. Maka berduyun-duyunlah, orang-orang Eropa, Minahasa, Ambon dan kaum Indo datang meminta perlindungan kepada Harun.
"Ayah saya menerima dengan baik bahkan diberikannya kepada mereka makan dan minum. Saya ingat ada seorang jurnalis perempuan berkebangsaan Swis yang juga mengungsi ke rumah kami saat itu," kenang Hetty Kabir, putri kedua dari Harun Kabir
Advertisement
Karena prinsip itu pula, Harun harus bersilang-pendapat dengan kawan-kawannya seperjuangan di Lasjkar Tjiwaringin 33. Salah satunya adalah Margonda yang memiliki pendapat radikal terkait keberadaan orang-orang Eropa dan Belanda di wilayah Bogor.
"Bung Margonda bersama beberapa anggota Lasjkar Tjiwaringin 33, akhirnya meninggalkan kami dan bergabung dengan AMRI (Angkatan Moeda Repoeblik Indonesia). Mereka ikut menyerang Depok," ungkap Karna.
Ketika terjadi Peristiwa Gedoran Depok, berduyun-duyunlah para jawara, para jagoan, anggota laskar dari Bekasi, Karawang, Tangerang dan Jakarta datang ke Depok. Mereka merasa terpanggil untuk memerangi orang-orang yang dianggap kaki tangan NICA. Hanya beberapa laskar yang tak mengirimkan pasukannya, termasuk LR33.
"Kalaupun ada orang-orang LR33 yang ikut berangkat ke Depok, itu tidak banyak dan di luar tanggung jawab komandan kami, Pak Harun Kabir," ucapnya.
[noe]Siasat Inggris Bikin Jakarta Mencekam: Siang dan Malam Terdengar Suara Tembakan
Sekitar 1 Jam yang laluGuntur Tak Berani Cium Pacarnya, Sukarno Tertawa Terbahak-bahak
Sekitar 2 Jam yang laluSantri Lawan Ribuan DI/TII: Baku Tembak Sepanjang Malam, Berhenti Jelang Salat Subuh
Sekitar 3 Jam yang laluSosok Ulama yang Melindungi Prajurit Siliwangi Ketika Diburu Anak Buah Kartosoewirjo
Sekitar 1 Hari yang laluYusuf Tauziri, Ulama Garut yang Loyal pada RI dan Beda Jalan dengan Kartosoewirjo
Sekitar 1 Hari yang laluCerita Presiden RI Pakai Sepatu Bolong saat Terima Tamu Kenegaraan
Sekitar 1 Hari yang laluGeng Pentholans: Pelopor Kuliah Pakai Celana Jeans di UI dan Disebut Koboi Wedhok
Sekitar 2 Hari yang laluPengkhianatan 7 Perwira Polisi di Balik Pemberhentian Kapolri Soekanto
Sekitar 2 Hari yang laluPresiden Sukarno Pernah Marah Besar di Gedung Putih, ini Penyebabnya
Sekitar 2 Hari yang laluTerhalang Cerita Hoaks Belanda saat Tugas di AS, Kapolri Tunjukkan Foto Jenazah Muso
Sekitar 3 Hari yang laluLetjen TNI Tiba-Tiba Tertawa Saat Minum Teh dengan Ratu Belanda, Teringat 2 Hal ini
Sekitar 3 Hari yang laluTentara Inggris dapat Informasi Keliru dari Intelijen, Berujung Teror di Jakarta
Sekitar 3 Hari yang laluBom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 4 Hari yang laluTiap Masjid di Jayapura Dijaga Lima Anggota Polri Selama Ramadan 2023
Sekitar 11 Menit yang laluSurvei: Publik Dukung Polri Usut Kasus KSP Indosurya dan Investasi Bodong
Sekitar 11 Jam yang laluVIDEO: Bikin Geger, Briptu RF Ajudan Kapolda Gorontalo Tewas dengan Luka Tembak
Sekitar 13 Jam yang laluSpripim Polda Gorontalo Ditemukan Tewas Dalam Mobil Dinas, Diduga Bunuh Diri
Sekitar 14 Jam yang laluVIDEO: "Papa Kangen" Isi Surat Sambo & Putri Candrawathi ke Anak Tercinta
Sekitar 2 Hari yang laluSepucuk Surat Ferdy Sambo & Putri untuk Si Bungsu yang Ultah, Ada Pesan Haru
Sekitar 3 Hari yang laluPutra Bungsunya Ulang Tahun, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Tulis Pesan Haru
Sekitar 3 Hari yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 2 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 2 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluPrediksi Arema FC Vs Bali United di BRI Liga 1: Batu Loncatan Menuju 5 Besar
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami