Merdeka.com - Menjelang Pemilu 1955, dua musuh bebuyutan saling menyerang dengan kata-kata yang pedas. Tak jarang menimbulkan potensi amuk massa.
Penulis: Hendi Jo
Suasana panas sangat terasa menjelang dilaksanakannya Pemilu 1955. Beberapa partai politik besar terlibat saling serang lewat juru kampanyenya masing-masing. 'Peperangan politik' yang paling menonjol terjadi antara dua musuh bebuyutan: Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di tengah situasi panas tersebut, bertiuplah isu yang menyebut Masyumi bermain mata dengan AS (Amerika Serikat). Soal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Masyumi. Sebaliknya bagi PKI, isu tersebut menjadi amunisi yang andal untuk menghajar Masyumi sebagai partai politik yang didukung oleh kaum imperialis.
Para pemimpin Masyumi sangat sadar bahwa isu yang ditiupkan PKI cukup mengganggu. Dalam sebuah pertemuan Masyumi di Jember pada 21 Juli 1954, Ketua Pengurus Masyumi Cabang Sukabumi Muchtar Chazaly bertanya kepada hadirin.
"Apakah di sini ada yang memiliki potret (Dwight D.) Eisenhower (Presiden AS saat itu)?"
Pertanyaan itu dijawab secara serempak oleh sekira 10.000 massa Masyumi.
"Tidak!"
Sang politisi Masyumi itu lantas menyimpulkan, itulah buktinya bahwa Masyumi bukan agen AS, seperti yang dituduhkan oleh orang-orang komunis. Muchtar justru menyebut PKI merupakan agen-agen Uni Sovyet dan Tiongkok. Karena mereka kerap memajang foto para pemimpin komunis seperti Malenkov, Mao Tse Tung dan lain-lain.
Masyumi juga kerap menyerang PKI partai anti-agama. Dalam surat kabar Abadi, 30 Maret 1954, tokoh Masyumi Jusuf Wibisono menyatakan, adalah suatu kemustahilan bagi pihak-pihak yang akan menyatukan kalangan agama dengan kalangan komunis. Terlebih kaum komunis tidak mengenal Tuhan dan agama.
Itu pula yang diyakini para pemimpin Masyumi yang melihat 'niat jelek' PKI kala mengusulkan mengganti sila 'Ketuhanan yang Maha Esa' dalam Pancasila dengan prinsip kebebasan beragama.
"Suatu langkah pertama menuju peresmian 'kebebasan propaganda antiagama'," demikian pernyataan sikap yang dikeluarkan BKOI (Badan Koordinasi Organisasi Islam) dalam Abadi, 18 Januari 1955.
Advertisement
Isu yang menempatkan PKI sebagai lawan kaum beragama, disantap habis oleh masyarakat kebanyakan. Terutama di daerah-daerah. Di Cianjur, Atikah masih ingat, saat remaja dirinya berkawan akrab dengan seorang putri dari tokoh PKI setempat. Namun menjelang Pemilu 1955 berlangsung tiba-tiba orangtuanya yang merupakan pengikut Masyumi fanatik melarang Atikah untuk berkawan lagi dengan karibnya itu.
"Alasannya dia orang kafir yang membenci agama," kenang perempuan kelahiran Cianjur 78 tahun lalu tersebut.
Menghadapi serangan politik itu, tentu saja PKI tak tinggal diam. Remy Madinier dalam bukunya Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral menyatakan, sebagai upaya untuk menampik isu tersebut, PKI berupaya keras menampilkan wajah yang lebih toleran terhadap agama.
"D.N. Aidit mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia harus menjadi 'taman di mana semua agama dan keyakinan politik hidup secara harmonis dan sama-sama berjuang bahu membahu untuk menghancurkan imperialisme'," ujar peneliti sejarah Maysumi dari Prancis itu.
Aidit juga pernah 'menyiratkan' bahwa Nabi Muhammad bukan hanya milik golongan tertentu dan PKI tidak anti-agama. Pada 28 April 1954 saat sebagai Sekretaris I PKI ia berpidato di depan kader PKI Malang:
"Nabi Muhammad Saw bukanlah milik Masyumi sendiri, iman Islamnya jauh lebih baik daripada Masyumi. Memilih Masyumi sama dengan mendoakan agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi itu haram dan masuk PKI itu halal!" ujarnya.
Menurut Remy, kata-kata Aidit sontak mendapat respons keras dari para aktivis Masyumi setempat yang langsung mengepung podium tempat Aidit berpidato. Setelah dipaksa oleh Hasan Aidid (Ketua Masyumi Cabang Surabaya), untuk menarik perkataannya, Aidit pun meminta maaf.
"Apabila diantara saudara ada yang tersinggung oleh ucapan-ucapan saya, maka saya meminta maaf. Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti-agama," ungkapnya.
Advertisement
Geng Pentholans: Pelopor Kuliah Pakai Celana Jeans di UI dan Disebut Koboi Wedhok
Sekitar 11 Jam yang laluPengkhianatan 7 Perwira Polisi di Balik Pemberhentian Kapolri Soekanto
Sekitar 12 Jam yang laluPresiden Sukarno Pernah Marah Besar di Gedung Putih, ini Penyebabnya
Sekitar 13 Jam yang laluTerhalang Cerita Hoaks Belanda saat Tugas di AS, Kapolri Tunjukkan Foto Jenazah Muso
Sekitar 1 Hari yang laluLetjen TNI Tiba-Tiba Tertawa Saat Minum Teh dengan Ratu Belanda, Teringat 2 Hal ini
Sekitar 1 Hari yang laluTentara Inggris dapat Informasi Keliru dari Intelijen, Berujung Teror di Jakarta
Sekitar 1 Hari yang laluBom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 2 Hari yang laluToeti Amir Kartabrata, Pejuang Perempuan di Garis Depan Bandung Selatan
Sekitar 2 Hari yang laluDipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur
Sekitar 2 Hari yang laluKapolri Singgung Pengakuan Israel Sangat Berharga dan Sikap Dingin Wapres
Sekitar 3 Hari yang laluKisah Kedekatan Panglima Besar Soedirman dengan Anak Buah
Sekitar 3 Hari yang laluSukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'
Sekitar 3 Hari yang laluKisah Ajudan Presiden, Incar Gadis Austria Malah Ketemu Noni Belanda Kelahiran Klaten
Sekitar 4 Hari yang laluDikira Serdadu Jepang, Seorang Kadet Akademi Militer Gugur dengan Kepala Terpenggal
Sekitar 4 Hari yang laluPolisi Ingatkan Ormas Dilarang Sweeping Tempat Hiburan Malam Selama Ramadan
Sekitar 7 Jam yang laluPengkhianatan 7 Perwira Polisi di Balik Pemberhentian Kapolri Soekanto
Sekitar 12 Jam yang laluVIDEO: Heboh, Istri Kabareskrim Polri Pamer Kekayaan dan Gaya Hedon di Medsos
Sekitar 1 Hari yang laluVIDEO: "Papa Kangen" Isi Surat Sambo & Putri Candrawathi ke Anak Tercinta
Sekitar 19 Jam yang laluSepucuk Surat Ferdy Sambo & Putri untuk Si Bungsu yang Ultah, Ada Pesan Haru
Sekitar 1 Hari yang laluPutra Bungsunya Ulang Tahun, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Tulis Pesan Haru
Sekitar 2 Hari yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 5 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 2 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 2 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami