Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dikepung Massa Masyumi di Malang, DN Aidit Akhirnya Minta Maaf

Dikepung Massa Masyumi di Malang, DN Aidit Akhirnya Minta Maaf Aidit dalam sebuah kampanye PKI menjelang Pemilu 1955. Wikipedia©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Menjelang Pemilu 1955, dua musuh bebuyutan saling menyerang dengan kata-kata yang pedas. Tak jarang menimbulkan potensi amuk massa.

Penulis: Hendi Jo

Suasana panas sangat terasa menjelang dilaksanakannya Pemilu 1955. Beberapa partai politik besar terlibat saling serang lewat juru kampanyenya masing-masing. 'Peperangan politik' yang paling menonjol terjadi antara dua musuh bebuyutan: Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Di tengah situasi panas tersebut, bertiuplah isu yang menyebut Masyumi bermain mata dengan AS (Amerika Serikat). Soal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Masyumi. Sebaliknya bagi PKI, isu tersebut menjadi amunisi yang andal untuk menghajar Masyumi sebagai partai politik yang didukung oleh kaum imperialis.

Masyumi Serang PKI

Para pemimpin Masyumi sangat sadar bahwa isu yang ditiupkan PKI cukup mengganggu. Dalam sebuah pertemuan Masyumi di Jember pada 21 Juli 1954, Ketua Pengurus Masyumi Cabang Sukabumi Muchtar Chazaly bertanya kepada hadirin.

"Apakah di sini ada yang memiliki potret (Dwight D.) Eisenhower (Presiden AS saat itu)?"

Pertanyaan itu dijawab secara serempak oleh sekira 10.000 massa Masyumi.

"Tidak!"

Sang politisi Masyumi itu lantas menyimpulkan, itulah buktinya bahwa Masyumi bukan agen AS, seperti yang dituduhkan oleh orang-orang komunis. Muchtar justru menyebut PKI merupakan agen-agen Uni Sovyet dan Tiongkok. Karena mereka kerap memajang foto para pemimpin komunis seperti Malenkov, Mao Tse Tung dan lain-lain.

Masyumi juga kerap menyerang PKI partai anti-agama. Dalam surat kabar Abadi, 30 Maret 1954, tokoh Masyumi Jusuf Wibisono menyatakan, adalah suatu kemustahilan bagi pihak-pihak yang akan menyatukan kalangan agama dengan kalangan komunis. Terlebih kaum komunis tidak mengenal Tuhan dan agama.

Itu pula yang diyakini para pemimpin Masyumi yang melihat 'niat jelek' PKI kala mengusulkan mengganti sila 'Ketuhanan yang Maha Esa' dalam Pancasila dengan prinsip kebebasan beragama.

"Suatu langkah pertama menuju peresmian 'kebebasan propaganda antiagama'," demikian pernyataan sikap yang dikeluarkan BKOI (Badan Koordinasi Organisasi Islam) dalam Abadi, 18 Januari 1955.

Dicap Membenci Agama

Isu yang menempatkan PKI sebagai lawan kaum beragama, disantap habis oleh masyarakat kebanyakan. Terutama di daerah-daerah. Di Cianjur, Atikah masih ingat, saat remaja dirinya berkawan akrab dengan seorang putri dari tokoh PKI setempat. Namun menjelang Pemilu 1955 berlangsung tiba-tiba orangtuanya yang merupakan pengikut Masyumi fanatik melarang Atikah untuk berkawan lagi dengan karibnya itu.

"Alasannya dia orang kafir yang membenci agama," kenang perempuan kelahiran Cianjur 78 tahun lalu tersebut.

Menghadapi serangan politik itu, tentu saja PKI tak tinggal diam. Remy Madinier dalam bukunya Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral menyatakan, sebagai upaya untuk menampik isu tersebut, PKI berupaya keras menampilkan wajah yang lebih toleran terhadap agama.

"D.N. Aidit mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia harus menjadi 'taman di mana semua agama dan keyakinan politik hidup secara harmonis dan sama-sama berjuang bahu membahu untuk menghancurkan imperialisme'," ujar peneliti sejarah Maysumi dari Prancis itu.

Pidato Aidit Picu Kemarahan

Aidit juga pernah 'menyiratkan' bahwa Nabi Muhammad bukan hanya milik golongan tertentu dan PKI tidak anti-agama. Pada 28 April 1954 saat sebagai Sekretaris I PKI ia berpidato di depan kader PKI Malang:

"Nabi Muhammad Saw bukanlah milik Masyumi sendiri, iman Islamnya jauh lebih baik daripada Masyumi. Memilih Masyumi sama dengan mendoakan agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi itu haram dan masuk PKI itu halal!" ujarnya.

Menurut Remy, kata-kata Aidit sontak mendapat respons keras dari para aktivis Masyumi setempat yang langsung mengepung podium tempat Aidit berpidato. Setelah dipaksa oleh Hasan Aidid (Ketua Masyumi Cabang Surabaya), untuk menarik perkataannya, Aidit pun meminta maaf.

"Apabila diantara saudara ada yang tersinggung oleh ucapan-ucapan saya, maka saya meminta maaf. Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti-agama," ungkapnya.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sadis! Pedagang Kramatjati Disiram Air Keras-Dibacok hingga Tewas di Tengah Keramaian Pasar

Sadis! Pedagang Kramatjati Disiram Air Keras-Dibacok hingga Tewas di Tengah Keramaian Pasar

Saat peristiwa tersebut, tidak ada satu orang pun yang membantu korban dari amukan pelaku.

Baca Selengkapnya
Melelehnya Es di Pegunungan Ungkap Temuan Ribuan Artefak Berburu Berusia 6.000 Tahun, Ada Mata Panah dan Tongkat

Melelehnya Es di Pegunungan Ungkap Temuan Ribuan Artefak Berburu Berusia 6.000 Tahun, Ada Mata Panah dan Tongkat

Melelehnya Es di Pegunungan Ungkap Temuan Ribuan Artefak Berburu Berusia 6.000 Tahun, Ada Mata Panah dan Tongkat

Baca Selengkapnya
Massa pendukung Anies-Cak Imin Mulai Berdatangan ke JIS, Rela Kamping di Pinggir Jalan

Massa pendukung Anies-Cak Imin Mulai Berdatangan ke JIS, Rela Kamping di Pinggir Jalan

Kampanye akbar Anies-Cak Imin baru dilaksanakan besok. Namun massa pendukung mulai berdatangan ke JIS sejak Jumat Sore

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Masjid 10 Lantai di Malang Berdiri Megah tanpa Arsitek, Dibangun Malam Hari Didesain Seorang Kiai

Masjid 10 Lantai di Malang Berdiri Megah tanpa Arsitek, Dibangun Malam Hari Didesain Seorang Kiai

Ada anggapan bahwa masjid ini tiba-tiba ada dan pembangunannya dibantu jin

Baca Selengkapnya
Perjalanan Kasus Penemuan 5 Mayat di UNPRI, Mulai dari Dugaan Manekin hingga Cadaver

Perjalanan Kasus Penemuan 5 Mayat di UNPRI, Mulai dari Dugaan Manekin hingga Cadaver

Polisi masih menyelidiki temuan lima mayat di UNPRI tersebut.

Baca Selengkapnya
Airlangga Minta Mahfud Buka Menteri Pakai Fasilitas Negara untuk Kampanye: Harus Jelas Siapa?

Airlangga Minta Mahfud Buka Menteri Pakai Fasilitas Negara untuk Kampanye: Harus Jelas Siapa?

Airlangga Hartarto merespons pernyataan Mahfud MD soal menteri pakai fasilitas negara untuk kampanye.

Baca Selengkapnya
Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya

Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya

Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya

Baca Selengkapnya
Hidupnya Mengais Makanan dari Tong Sampah Mirip Gelandangan, Tapi Ternyata Miliuner yang Punya 10 Rumah

Hidupnya Mengais Makanan dari Tong Sampah Mirip Gelandangan, Tapi Ternyata Miliuner yang Punya 10 Rumah

Hidupnya Mengais Makanan dari Tong Sampah Mirip Gelandangan, Tapi Ternyata Miliuner yang Punya 10 Rumah

Baca Selengkapnya
Antusias Masyarakat Ikuti Kompetisi 'Joget Gemoy', 50 Juta Kali Ditonton

Antusias Masyarakat Ikuti Kompetisi 'Joget Gemoy', 50 Juta Kali Ditonton

Relawan Gemoy menggelar telah menggelar kompetisi 'Joget Gemoy'.

Baca Selengkapnya