Hewan-hewan buas warnai perjalanan pembangunan kota Bandung
Merdeka.com - Siapa sangka Bandung yang kini disebut kota modern dulunya menjadi sarang kawanan harimau, macan tutul dan badak bercula satu. Semua hewan yang kini dilindungi itu mewarnai perjalanan sejarah pembangunan Kota Bandung.
Dalam buku-buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto (Cetakan PT Granesia, 1985), terekam bagaimana asal mula pembangunan Bandung yang masih berupa hutan belantara hingga masuknya orang-orang Eropa yang mulai membangun pondasi-pondasi rumah modern pertama.
Di sela pembangunan itu, baik orang Eropa maupun pribumi kerap 'berkonflik' dengan hewan-hewan buas. Haryoto yang juga dijuluki 'kuncen Bandung' mengungkapkan, pada 1898 di Bandung didirikan Vereeniging tot nut van Bandoeng en Omstreken (Perkumpulan Kesejahteraan Masyarakat Bandung dan Sekitarnya) dengan motor penggerak Pieter Sijthoff.
Pieter Sijthoff dan gengnyalah yang pertama mendesain Kota Bandung, peninggalan-peninggalannya masih bisa dilihat hingga kini dalam bentuk bangunan tua, gedung-gedung pemerintahan, taman-taman, hingga nama jalan.
Mereka membangun kota dengan sumber daya yang minim, transportasi darat masih menggunakan pedati kerbau. Komunikasi masih dilakukan dengan cara sangat manual, melalui petugas pos dengan kereta yang ditarik hewan.
Haryoto yang merupakan lulusan Planologi ITB menuturkan, masa itu keamanan transportasi masih sering terancam hewan-hewan buas. “Umpamanya saja, hubungan darat Cianjur-Bandung di akhir abad ke-19, masih sering dipotong jalan oleh kawanan harimau atau badak,” tulisnya.
Masa itu Ibu Kota Priangan masih disebut 'berdessa' (desa pegunungan) dengan penghuni bangsa Eropa sebanyak 600 jiwa. 'Desa' Bandung masih penuh hutan dan berpaya, sisa-sisa situ hyang alias danau purba yang menggenangi cekungan Bandung. Harimau dan badak sering memasuki pemukiman penduduk.
Pada 1866, setengah abad sejak Kota Bandung didirikan setelah pindah dari Dayeuhkolot yang kini masuk wilayah Kabupaten Bandung, orang masih melihat kawanan badak yang berkeliaran di daerah Cisitu, beberapa ratus meter dari sebelah utara Kampus ITB kini.
“Badak terakhir yang ditemukan di sekitar Bandung adalah badak yang diawetkan di Museum Zoologi Bogor. Badak itu ditembak di hutan Cililin, Kabupaten Bandung pada 1935,” tulis Haryoto.
Dengan nada bercanda, pria kelahiran Bandung tersebut menuliskan, warga Bandung kini masih bisa melihat 'badak bercula satu' yang nongkrong di Pieters Park atau Taman Merdeka (kini Taman Balaikota) Pemkot Bandung.
Malah di awal tahun 1920, ia menuturkan, seekor macan tutul sempat masuk ke Kota Bandung yang membuat geger penduduk kota. Macan tutul tersebut turun dari pegunungan Bandung utara. Seorang 'Toean Jago Tembak' yang dibantu seorang pawang pribumi, tulis Haryoto, melumpuhkan macan tersebut. Seharian bangkai macan tutul tersebut dipertontonkan di depan Pasar Baru Bandung.
Konon, lanjut dia, menurut para sesepuh kegagahan si Toean Jago Tembak yang menembak macan tutul hingga mati menjadi topik omongan orang setahun lamanya, “Jadi bisa dibayangkan, bagaimana gawatnya kota Bandung di awal abad ke-20 ,” tulis Haryoto.
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkunjung ke Jalan Braga tak afdol jika tidak menikmati keindahan arsitektur gedung dan menikmati bacang panas.
Baca SelengkapnyaKereta api Turangga adalah salah satu kereta api yang memiliki sejarah panjang, nama kereta ini diambil dari kendaraan mitologi tunggangan para bangsawan Jawa.
Baca SelengkapnyaPuting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo tak sengaja berjumpa dengan sosok tak terduga saat tengah berjalan santai.
Baca SelengkapnyaMode transportasi udara dengan pesawat terbang juga bisa menjadi pilihan berkunjung ke kota kembang.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta bakal menggelar perayaan malam tahun baru menuju 2024 di kawasan Bundaran HI
Baca SelengkapnyaDia juga menyoroti keberanian Gibran sebagai sosok pemuda yang ingin menghadirkan perubahan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaManajer Humas KAI Daop 2 Ayep membenarkan adanya kejadian tersebut yang berawal saat kedua kereta saling bertabrakan pada pukul 06.03 WIB.
Baca SelengkapnyaKabel Menjuntai Tewaskan Pengendara, Ini Langkah Pemkot Bandung
Baca Selengkapnya