China
Direktur Operasional Penerbangan Martin Aircraft Company yang berbasis di Selandia Baru, Michael Read terbang dengan Martin Jetpack selama demonstrasi di sebuah taman di Shenzhen, China, Minggu (6/12). KuangChi Sains Ltd, sebuah perusahaan China terdaftar di Hong Kong dan investor dari Martin pesawat, akan menjual jetpack tersebut di daratan China.
Direktur Eksekutif KuangChi Sains Ltd, Liu Ruopeng mempresentasikan Martin Jetpack selama demonstrasi di sebuah taman di Shenzhen, China, Minggu (6/12).
Martin Jetpack rencananya akan dibanderol dengan harga 1,6 juta yuan, atau sekitar Rp 3,5 miliar.
Martin Jetpack dilengkapi joystick yang digunakan pengendara untuk mengemudikannya. Joystick tersebut diposisikan di sebelah kedua tangan.
Lebih canggih lagi, Martin Jetpack juga dapat dikemudikan menggunakan pengendali jarak jauh atau remote control.
Jetpack yang mampu membawa beban hingga 120 kg ini sanggup terbang dengan ketinggian mencapai 1.000 meter. Selain itu, Martin Jetpack juga bisa melaju dengan kecepatan 74 km per jam dalam 30 menit masa pemakaian.
Muncul Wacana Hidupkan Kembali Dewan Pertimbangan Agung, Begini Reaksi JK
Saat JK Bingung Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan jadi Terdakwa Korupsi: Dia Jalankan Tugas
Terungkap Tujuan Revisi UU Kementerian Negara: Memudahkan Prabowo Susun Kabinet
Sebuah video memperlihatkan seorang guru yang curhat karena disalahkan buntut dari kecelakaan study tour di Subang.
Ruben Onsu, sosok yang dikenal sebagai pribadi yang ceria dan penuh kebahagiaan, tiba-tiba terlihat menangis.
Ada dua alasan mengapa orang-orang di China enggan pakai Apple.
Sebuah makam kuno ditemukan di Provinsi Anhui, China sebelah timur. Makam di situs Wuwangdun ini dibangun pada periode Negara-negara Berperang (475 SM-221 SM).
Para peneliti mengajukan berbagai hipotesis untuk menjelaskan perbedaan tersebut.
Berikut kisah WNI yang divonis dokter di Indonesia sakit jantung dan harus operasi namun ternyata kolesterol.
Tiongkok tak ingin punya ketergantungan dengan teknologi AI besutan AS.
Badai Matahari ekstrem yang melanda Bumi pada Jumat (10/5) disebut-sebut sebagai yang paling dahsyat dalam 20 tahun terakhir.
Meski permintaan domestik sudah mulai pulih, industri manufaktur China masih tertekan.
Follow