Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Faisal Basri

Profil Faisal Basri | Merdeka.com

Faisal Batubara atau yang lebih dikenal dengan nama Faisal Basri adalah seorang ekonom dan politikus asal Indonesia. Faisal Basri lahir di Bandung tanggal 6 November 1959. Nama belakangnya, Basri diambil dari nama ayahnya, Hasan Basri Batubara, sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ayahnya. Pria berdarah Batak yang juga merupakan salah seorang keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik ini turut menjadi salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) yang nantinya akan berkembang menjadi Partai Amanat Nasional hingga akhirnya dia dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal yang pertama dan pasca Kongres I di Yogyakarta dipercayakan sebagai salah satu Ketua.

Dia juga menjadi pendiri beberapa organisasi nirlaba lainnya seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia. Sejak mahasiswa, Faisal sudah aktif di berbagai organisasi. Dia masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada tahun 1978 tatkala kampus sedang bergejolak. Gejolak politik membawanya kian larut dalam berbagai gerakan organisasi. Setelah menyelesaikan studinya di sana, Faisal kemudian diangkat menjadi dosen mata kuliah baru yakni Ekonomi Politik yang baru diperkenalkan di FEUI pada akhir 1980-an. Pada tahun 2000, Faisal ditunjuk untuk menjadi anggota Tim Asistensi Ekonomi Presiden RI.

Setelah mundur dari PAN pada awal 2001, dia tetap aktif dalam kehidupan politik. Faisal mendirikan organisasi politik Pergerakan Indonesia (PI) dan menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional sejak Kongres I tahun 2004 sampai 2010. Kini ia dipercaya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasional. Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb dan sepakat untuk tetap berjuang di jalur independen dalam pencalonan Gubernur DKI dalam pemilukada 2012, kalaupun di perjalanan ada partai politik yang meminang salah satu atau keduanya, tawaran tersebut akan mereka tolak.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh