Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sepak Terjang Pejuang Asing Ukraina: Di Sini Bukan Tempat Bagi Turis Perang

Sepak Terjang Pejuang Asing Ukraina: Di Sini Bukan Tempat Bagi Turis Perang Intip perempuan dan anak-anak Ukraina latihan menembak. ©DANIEL LEAL/AFP

Merdeka.com - Michael Ferkol, yang pernah bertugas sebagai spesialis perbekalan bersama batalion insinyur di Angkatan Darat AS, berada di Roma untuk kuliah arkeologi ketika dia mendengar permintaan Presiden Ukraina soal pejuang asing.

Dalam beberapa hari, Ferkol mengatakan, dia datang sendiri ke kantor perekrutan militer di kota Lviv, Ukraina barat, berharap dapat diangkat menjadi paramedis di garda depan pertempuran.

"Saya mengatakan kepada mereka saya ingin ke triase keperawatan," jelas pria 29 tahun ini, yang tidak memiliki pengalaman bertempur.

"Ada seorang pria Finlandia juga di sana, dan dia seperti, 'Saya hanya ingin membunuh Rusia,'" lanjutnya, dikutip dari Reuters, Selasa (8/3).

Ukraina telah membentuk pasukan "internasional" untuk orang-orang dari luar negeri dan Presiden Volodymyr Zelenskiy mendesak orang asing untuk bertempur bersama orang Ukraina melawan Rusia sebagai bentuk dukungan untuk negaranya.

Beberapa pejuang asing yang datang ke Ukraina mengatakan mereka tertarik karena tujuannya: untuk menghentikan apa yang mereka pandang sebagai serangan yang tidak beralasan dalam pertikaian antara kekuatan demokrasi dan kediktatoran.

Bagi pejuang asing lainnya, banyak dari mereka veteran perang di Irak dan Afghanistan, Ukraina juga memberikan kesempatan untuk menggunakan kemampuan tempur yang tidak lagi diapresiasi pemerintah mereka.

Reuters mewawancarai 20 pejuang asing atau lainnya yang terlibat dalam perang ini.

Seorang pejabat senior Ukraina di Lviv yang terlibat dalam pemrosesan sukarelawan asing yang baru tiba, Roman Shepelyak, mengatakan sistem untuk menerima, melatih, dan mengerahkan pejuang asing masih dalam tahap awal, dan prosesnya akan menjadi lebih lancar dalam beberapa hari mendatang. Kementerian pertahanan Ukraina menolak berkomentar.

Di antara mereka yang telah tiba di Ukraina adalah puluhan mantan tentara dari Resimen Parasut elit Angkatan Darat Inggris, kata seorang mantan tentara dari resimen tersebut. Dia mengatakan ratusan orang akan segera menyusul.

Resimen ini kerap disebut sebagai Paras dan pernah bertugas di Irak dan Afghanistan.

"Mereka semua sangat, sangat terlatih, dan bertugas aktif di berbagai kesempatan," ujar mantan tentara tersebut.

Krisis Ukraina akan memberikan mereka tujuan, persahabatan, dan "kesempatan untuk melakukan apa yang mereka kuasai: bertarung."

Michael Ferkol mengatakan banyak orang keturunan Ukraina di kota asalnya, Chicago. Ferkol ingin ke Kiev, ibu kota Ukraina, untuk menolong.

"Saya sedikit gugup, jujur saja," ujarnya saat berada di stasiun kereta di Lviv pad Sabtu, berharap bisa naik kereta menuju garda depan pertempuran.

"Tapi di saat bersamaan, ini bukan tentang saya. Ini tentang orang-orang yang menderita."

Proses menjadi pejuang asing

Banyak pejuang asing datang tanpa pelindung tubuh, helm, dan peralatan lainnya saat ini sedang berjuang untuk mendapatkannya di Ukraina, menurut beberapa pejuang yang diwawancarai Reuters.

Beberapa veteran berbagi informasi tentang peralatan dan logistik melalui grup Facebook atau WhatsApp dengan nama seperti "Have Gun Will Travel."

Grup WA ini bertujuan untuk meminta peralatan, seperti pelindung tubuh dan kacamata goggle untuk malam hari, atau berisi para veteran asing yang merupakan penembak jitu atau yang dapat melatih tentara Ukraina tentang cara menggunakan senjata canggih yang dikirim oleh negara-negara Barat.

Dengan mobilisasi besar-besaran pria Ukraina negara ini memiliki banyak pejuang sukarelawan. Tetapi mengalami kekurangan spesialis yang memahami cara menggunakan rudal anti-tank Javelin dan NLAW, yang dilatih tentara profesional selama berbulan-bulan untuk digunakan dengan benar.

Bahkan mereka yang memiliki pengalaman tempur mungkin berjuang di zona perang Ukraina, memperingatkan seorang mantan tentara Inggris, yang meminta untuk diidentifikasi dengan nama panggilannya, Kruger. Dia mengatakan dia pernah bertugas di Afghanistan dan melatih tentara lainnya.

"Jika Anda berada di sini sebagai turis perang, ini bukan tempat untuk Anda," ujarnya.

"Realitas perang, jika Anda menuju ke garis depan, akan sangat luar biasa."

Banyak dari mereka yang tiba di Lviv berakhir di kantor administrasi regional Lviv, di mana dokumen mereka diperiksa oleh Shepelyak. Dia mengepalai departemen wilayah untuk bantuan teknis dan kerjasama internasional. Dia mengakui sistem untuk memproses usulan mereka untuk ikut bertarung masih dalam tahap awal.

Pada Jumat, ketika Reuters berkunjung, enam warga asing muncul di kantor Shepelyak, termasuk seorang veteran militer Polandia bernama Michal, dan seorang asal Belanda bernama Bert. Kedua pria itu menolak memberikan nama lengkap mereka.

Shepelyak mengatakan kepada Reuters, semakin banyak orang yang datang setiap hari.

Shepelyak mengatakan dia memeriksa dokumen mereka, tetapi bukan pengalaman tempur mereka, yang dievaluasi di pangkalan militer di luar Lviv tempat mereka akan dikirim selanjutnya. Dia menambahkan, mereka yang direkrut menjadi tentara Ukraina akan dibayar sesuai dengan tentara lainnya.

Pejuang asing lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka melewati proses formal dan langsung menuju front timur, berharap mendapatkan senjata dan perintah dari militer Ukraina pada saat kedatangan mereka.

Tunda keberangkatan

Masalah logistik membuat beberapa pejuang menunda keberangkatan mereka ke Ukraina.

Anthony Capone, seorang pengusaha bidang kesehatan di New York City, mengatakan dia menyediakan dana untuk ratusan mantan tentara dan paramedis yang ingin pergi ke Ukraina. Tetapi dia menunda keberangkatan mereka karena menunggu tentara Ukraina memperbaiki proses pendaftaran bagi mereka yang memasuki korps sukarelawan.

Sejauh ini, menurut Capone, hanya "sejumlah kecil" yang tiba di negara tetangga Polandia. Capone mengunggah pesannya di LinkedIn yang menawarkan pendanaan, memperkirakan 10 atau 15 orang akan membalas.

"Saat ini, sekitar 1.000," ujarnya.

Capone menambahkan, dia hanya mendanai mantan tentara yang kredensial militernya dapat dia verifikasi, atau paramedis yang saat ini bekerja di lingkungan trauma darurat.

Sekitar 60 persen dari mereka adalah orang Amerika dan 30 persen Eropa, dan sisanya berasal dari setidaknya 25 negara seperti Kolombia, Jepang dan Jamaika.

Sebagian besar adalah mantan tentara; sisanya adalah petugas medis darurat atau perawat perawatan kritis. Capone mengatakan mereka bersedia untuk "membela negara yang belum pernah mereka kunjungi."

Pemerintah AS melarang warganya bepergian ke Ukraina untuk memerangi pasukan Rusia. Beberapa negara mengeluarkan peringatan yang lebih keras, termasuk Inggris. Lainnya, seperti Kanada atau Jerman, memberi lampu hijau.

Menuju garda depan

Pada Kamis di pusat kota Lviv, seorang warga negara Kanada bertubuh kekar, berbahasa Rusia, yang mengidentifikasi dirinya hanya sebagai Sig, mengangkat tas peralatan ke bagian belakang minivan yang dibelinya di Polandia dan dibawa ke Lviv.

Dia mengenakan jaket antipeluru yang dilengkapi dengan peralatan medis, dan mengatakan dia biasanya bekerja sebagai paramedis sipil.

Satu lagi dari empat tim Sig adalah seorang Amerika yang mengatakan dia lahir di bekas republik Soviet di Georgia dan berperang melawan Rusia "dari generasi ke generasi."

Di tas Sig ada ratusan kilogram peralatan, termasuk persediaan medis dan ransum militer yang dikenal sebagai MRE, atau makanan siap saji. Sig mengatakan timnya berencana untuk membantu melatih sukarelawan Ukraina di Lviv selama sehari, sebelum langsung menuju garis depan.

"Saya memiliki koneksi di Kiev yang akan membantu kami," ujarnya.

Berdiri di luar loket tiket stasiun Lviv pada Minggu adalah sekelompok pria Inggris berseragam militer, menunggu kereta ke Kiev. Mereka sangat bersemangat, sering bersalaman dan berjabat tangan dengan para pengungsi Ukraina yang berterima kasih kepada mereka karena telah berjuang untuk negara mereka.

Mereka dipimpin oleh Ben Grant, seorang warga Inggris dari Essex, yang mengatakan dia pernah bertugas di Marinir Kerajaan Inggris dan baru saja menyelesaikan tugas sebagai penasihat keamanan di Irak. Dia tidak mengatakan dengan jelas apakah anak buahnya akan dikerahkan secara independen atau sebagai bagian dari unit Ukraina.

Tentang tentara Ukraina, Grant menambahkan: "Mereka tampak kuat - sangat kuat. Saya sangat senang untuk bertempur di sebelah mereka."

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan
Bantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan

Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

Baca Selengkapnya
Rusia Tangkap Semua Tersangka Penembakan di Gedung Konser yang Tewaskan 133 Orang, Mereka Hendak Kabur ke Ukraina
Rusia Tangkap Semua Tersangka Penembakan di Gedung Konser yang Tewaskan 133 Orang, Mereka Hendak Kabur ke Ukraina

Rusia Tangkap Semua Tersangka Pelaku Penembakan di Gedung Konser yang Tewaskan 133 Orang

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Pemain Sepak Bola Tersambar Petir di Stadion Siliwangi, Sepatu Terbakar dan Baju Robek
Detik-Detik Pemain Sepak Bola Tersambar Petir di Stadion Siliwangi, Sepatu Terbakar dan Baju Robek

Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Sariningsih, namun akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain

Ganjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan

Baca Selengkapnya
Jokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Jokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat

Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Gelapkan Pajak dan Sembunyi di Bali, Bule Rusia Dideportasi
Gelapkan Pajak dan Sembunyi di Bali, Bule Rusia Dideportasi

Petugas Imigrasi mendeportasi WN Rusia berinisial DL (36). Dia diketahui melakukan penggelapan pajak skala besar di negaranya lalu sembunyi di Bali.

Baca Selengkapnya
FOTO: Girangnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Dikasih Belasan Jet Tempur F-16 dari Denmark dan Belanda
FOTO: Girangnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Dikasih Belasan Jet Tempur F-16 dari Denmark dan Belanda

Wajah Presiden Zelenskiyy semringah saat diberikan Jet Tempur F-16 dari Denmark dan Belanda.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Doakan Timnas U-23 Cetak Banyak Gol ke Gawang Yordania
Presiden Jokowi Doakan Timnas U-23 Cetak Banyak Gol ke Gawang Yordania

Presiden Joko Widodo pun mendoakan agar timnas Indonesia bisa meraih hasil terbaik dalam laga Piala Asia U-23.

Baca Selengkapnya