Merdeka.com - Setiap ajang Piala Dunia selalu memiliki momen-momen yang diingat banyak penggemar bola seperti mereka mengingat ketika pertama kali bertemu sosok yang dicintai atau peristiwa pembunuhan Kennedy.
Orang rasanya tidak akan pernah lupa bagaimana Zinedine Zidane menanduk dada Marco Materazzi hingga dia terjengkang pada laga final Piala Dunia 2006 antara Italia melawan Prancis.
Tapi pada Piala Dunia Qatar kali ini, kita belum yakin ada peristiwa apa yang lebih orang ingat ketimbang kejadian pada 2 Desember 2010 silam, tepat sepuluh tahun lalu di hari ini, jauh ketika turnamen sepak bola ini belum dimulai.
Kala itu Sepp Blater, presiden FIFA, berdiri di auditorium Zurich dan mengumumkan Qatar memenangkan seleksi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Meski saat itu semua orang tahu negara di tengah gurun Arab ini tidak punya infrastruktur pendukung untuk menjadi tuan rumah ajang sebesar Piala Dunia, seperti pariwisata yang memadai, stadion sepak bola, serta cuaca musim panas yang tidak nyaman untuk bertanding bola. Itulah momen ketika mata dunia melihat Piala Dunia kali ini semerbak dengan aroma korupsi.
Mengutip the New York Times, Rabu (30/11), pengumuman saat itu menjadi sejarah penentu bagi Qatar di panggung dunia. Tapi justru karena negara kecil itu memang jelas tidak layak menjadi tuan rumah, maka kemenangan Qatar menjadi penanda sebuah era baru tentang betapa korupnya badan sepak bola dunia FIFA. Para pejabat FIFA yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu di kemudian hari didakwa, dikenakan sanksi oleh badan sepak bola karena melanggar aturan atau dituduh korupsi.
Tapi korupsi sejatinya adalah soal sistem, bukan hanya individu yang bermental korup saja.
Semua kembali pada masa ketika Juni 2009. Qatar, sebuah negara kecil di tengah gurun, memutuskan untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia. Tapi mereka harus meyakinkan mayoritas pejabat di dewan FIFA, yang saat itu beranggotakan laki-laki dan perempuan dari enam badan sepak bola di masing-masing benua.
Seharusnya ada 24 anggota dewan, tapi dua di antaranya dikeluarkan setelah ada laporan dari koran London, Sunday Times, tentang mereka yang berencana menjual suaranya.
2 Desember 2010. Semua mata tertuju ke ruang auditorium Zurich. Pemungutan suara digelar dan sesaat kemudian Sepp Blater, presiden FIFA kala itu, membuka amplop berisi nama negara. Qatar menang jadi tuan rumah.
Qatar punya semua alasan untuk tidak layak menjadi tuan rumah. Negara itu bukan saja tidak punya stadion bola, tapi infrastruktur pendukung seperti kereta, hotel, stasiun transit dan sebagainya juga tidak ada.
Dan Qatar mengajukan diri turnamen ini digelar pada Juni dan Juli. Sementara inspektur teknis FIFA mengatakan cuaca di bulan itu berisiko bagi kesehatan para pemain, penonton dan panitia.
Tapi FIFA tetap memilih Qatar.
Satu dasawarsa kemudian, hampir semua anggota dewan FIFA yang memilih Qatar
terindikasi korupsi atau dilarang oleh badan sepak bola karena melanggar kode etik aturan atau menghadapi tuntutan korupsi. Semua dakwaan dan sanksi itu adalah hasil dari penyelidikan di sejumlah negara.
Prancis menyoroti sebuah pertemuan pada November 2010, sembilan hari sebelum pemungutan suara, di Elysee Palace, kantor kepresidenan Prancis.
Di ruangan itu ada Putra Mahkota Pangeran Sheikh Tamim dari Qatar, saat ini adalah Emir; perdana menteri Qatar, dua pejabat pemerintah Prancis, dan Michel Platini, kepala badan sepak bola Eropa. Beberapa bulan kemudian, Platini mengatakan dia berharap negara lain jadi tuan rumah tapi Qatar yang akan menang dan dia kemudian mengatakan kepada Nicolas Sarkozy, presiden Prancis waktu itu, bahwa dia sudah memilih Qatar.
Platini punya pengaruh besar dalam pemungutan suara anggota badan sepak bola Eropa di komite eksekutif FIFA.
Dan kemudian Qatar sepakat membeli Paris Saint-Germain, klub sepak bola Prancis itu levelnya biasa-biasa saja pada saat itu, tapi kini PSG menjadi kumpulan para bintang. BeIn sports, kala itu masih berupa stasiun televisi daerah di Timur Tengah, mulai menjangkau hingga Eropa dan menggelontorkan jutaan euro ke liga Prancis dan negara Eropa lainnya.
Tak lama setelah itu Prancis menjual miliaran dolar pesawat militer Rafale dan Airbus ke Qatar. Hubungan bisnis kedua negara kian melesat sejak itu.
Dan contoh kejadian lain yaitu dakwaan dari Amerika Serikat pada 2019. Tidak terkait dengan pertemuan di Prancis memang. AS menyebut tiga pejabat badan sepak bola Amerika, dari Brasil, Argentina, dan Paraguay, menerima sejumlah uang untuk memilih Qatar. Tidak disebut berapa besar uang itu dan dari siapa. Qatar kemudian membantah tudingan ini.
Korupsi sebetulnya bukan sesuatu yang terjadi karena hanya sosok yang buruk mengambil keputusan. Korupsi terjadi karena sistem yang korup menuntut terjadinya korupsi, mendorong perbuatan kotor itu. Kondisi membuat orang berpikir mereka harus ikut korupsi karena itu satu-satunya pilihan.
Sistem FIFA menciptakan kondisi itu. Dan itu sudah berlangsung selama empat dasawarsa.
Sistem itu mengatakan hanya 211 anggota FIFA dan sang presiden FIFA yang dipilih yang punya suara menentukan. Sebagian besar dari mereka mewakili negara yang bukan saja kecil tapi tidak punya pengaruh besar dalam sepak bola dunia. Tapi satu anggota punya satu suara. Dan itu adalah kekuasaan yang luar biasa besar bagi setia negara kecil.
Kemudian setiap negara itu bisa bergabung. Karibia punya banyak negara pulau kecil dan 37 dari mereka bergabung dalam Serikat Sepak Bola Karibia. Jika mereka memilih dalam satu blok gabungan maka itu menjadikan mereka salah satu suara paling banyak.
Dan sistem satu anggota satu suara itu masih berlaku sampai sekarang. Meski AS sudah mengeluarkan dakwaan tapi FIFA belum berubah.
Sang presiden yang berkuasa penuh masih bertahan. Sistem satu anggota satu suara masih berlaku, Sistem komite masih ada. Dan AS kelihatannya sudah tidak tertarik lagi mengajukan gugatan. Karena apa? Tebak saja siapa yang akan jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 berikutnya.
Qatar hanya menjalankan permainan yang sudah dimainkan banyak orang. Siapa pun yang akan menang tidak akan menang secara bersih. Bahkan mungkin tidak pernah ada kemenangan yang benar-benar bersih. [pan]
Baca juga:
Qatar Pakai 1.500 Penonton Bayaran, Harus Apal Lagu Kebangsaan
Sejarah, Tiga Wasit Wanita Pimpin Laga Kosta Rika vs Jerman di Piala Dunia 2022
Pemain Australia Dilarang Rayakan Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022 di Media Sosial
Aksi Suporter Kibarkan Bendera Palestina di Tengah Laga Tunisia vs Prancis
Piala Dunia 2022: Akhir Tragis Pelatih Meksiko, Menang di Akhir Langsung Undur Diri
Drama Piala Dunia 2022 di Dalam dan Luar Lapangan
Advertisement
Surat Cinta Berusia 2.500 Tahun Diungkap ke Publik, Isinya Sungguh Emosional
Sekitar 51 Menit yang laluKilau Bintang Semakin Redup dan Tak Terlihat Manusia, Ini Sebabnya
Sekitar 1 Hari yang laluKotak Pos di Inggris Layani Pengiriman Surat ke 'Surga'
Sekitar 1 Hari yang laluPenemuan di Kota Tenea yang Hilang, Ada Gudang "Harta Karun"
Sekitar 1 Hari yang laluGulungan Papirus Mesir Kuno Sepanjang 16 Meter Ungkap Pesan untuk Orang Mati
Sekitar 1 Hari yang laluKota Olympia Luluh Lantak Diterjang Tsunami
Sekitar 1 Hari yang laluArkeolog Beberkan Jejak Manusia Purba di Zaman Batu Pernah Menonton Animasi
Sekitar 1 Hari yang laluGua Misterius di Iran Berisi Pesan Tertulis Hercules, Ini Bunyinya
Sekitar 1 Hari yang laluApa yang Terjadi Jika Bumi Berhenti Berputar? Ini Jawaban Sains
Sekitar 2 Hari yang laluSelain TNI, 3 Polisi Jadi Korban Jembatan Putus di Sungai Digul Papua
Sekitar 12 Jam yang laluKecelakaan Mahasiswi di Cianjur, Ini Kesaksian Istri Polisi Penumpang Mobil Audi
Sekitar 13 Jam yang laluDiduga Tabrak Mahasiswi dan Gunakan Pelat Palsu, Sopir Audi akan Diperiksa Polisi
Sekitar 14 Jam yang laluAkhir Perseteruan Kapolres Manggarai Barat & Anak Buah, Sepakat Damai hingga Pelukan
Sekitar 17 Jam yang laluJeritan Prajurit Pangkat Terendah Sadar Diperalat Jenderal
Sekitar 23 Menit yang laluMasa Penahanan Ferdy Sambo Cs Diperpanjang Selama 30 Hari
Sekitar 11 Jam yang laluHal Memberatkan Hendra Kurniawan hingga Dituntut Jaksa 3 Tahun Bui
Sekitar 1 Hari yang laluKasus Obstruction of Justice Brigadir J, JPU Tuntut Agus Nurpatria 3 Tahun Bui
Sekitar 1 Hari yang laluJeritan Prajurit Pangkat Terendah Sadar Diperalat Jenderal
Sekitar 23 Menit yang laluMasa Penahanan Ferdy Sambo Cs Diperpanjang Selama 30 Hari
Sekitar 11 Jam yang laluHal Memberatkan Hendra Kurniawan hingga Dituntut Jaksa 3 Tahun Bui
Sekitar 1 Hari yang laluKasus Obstruction of Justice Brigadir J, JPU Tuntut Agus Nurpatria 3 Tahun Bui
Sekitar 1 Hari yang laluJeritan Prajurit Pangkat Terendah Sadar Diperalat Jenderal
Sekitar 23 Menit yang laluMasa Penahanan Ferdy Sambo Cs Diperpanjang Selama 30 Hari
Sekitar 11 Jam yang laluHal Memberatkan Hendra Kurniawan hingga Dituntut Jaksa 3 Tahun Bui
Sekitar 1 Hari yang laluAntisipasi Penyakit Ngorok, Dinas Pertanian Madina Maksimalkan Penyuntikan Vaksin
Sekitar 3 Hari yang lalu5 Juta Dosis Vaksin IndoVac Sudah Disebar ke Masyarakat, 2 Juta Sudah Disuntikkan
Sekitar 4 Hari yang laluPrediksi Pertandingan BRI Liga 1, Persija Vs Persikabo 1973: Macan Ingin Kembali ke Puncak
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen NegaraMoch N. Kurniawan
Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami