Rawan pelecehan, wanita dilarang tampil seksi di Festival Songkran Thailand

Merdeka.com - Perayaan Hari Tahun Baru Thailand atau Festival Songkran akan digelar di Thailand pada 13-15 April mendatang. Festival yang selalu menarik perhatian wisatawan asing itu biasanya dimeriahkan dengan perang air. Para partisipan akan saling menyiram air dengan ember atau tembakan air sebagai senjatanya.

Kebanyakan perempuan di Thailand, khususnya wisatawan, mengenakan pakaian terbuka selama berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Namun tahun ini, para perempuan diimbau untuk tidak berpakaian seksi selama perang air. Sebabnya, banyak dari mereka yang mengalami pelecehan akibat memakai pakaian minim.

"Pihak berwenang kami akan meluncurkan kampanye khususnya ditujukan kepada para wisatawan. Kami akan mendorong mereka untuk berpakaian pantas agar terhindar dari pelecehan seksual," kata Direktur Jenderal Departemen Pemerintahan Daerah, Sutthipong Chulcharoen, dikutip dari laman Asia Correspondent, Jumat (23/3).

Chulcharoen pun menambahkan bahwa zona bebas alkohol akan ditentukan selama perayaan Songkran.

Imbauan dari Chulcharoen dibuat menyusul laporan yang diterbitkan Kementerian Dalam Negeri baru-baru ini. Menurut laporan tersebut, separuh dari perempuan yang berpartisipasi dalam festival mendapat perlakukan tidak senonoh dari para pria mabuk.

Pemerintah sebelumnya pernah menghukum wisatawan karena melanggar larangan untuk tidak berpakaian seksi, salah satunya adalah warga negara Inggris yang didenda pada 2016 lalu karena memperlihatkan dadanya saat perayaan tersebut di Chiang Mei.

Berdasarkan survei tahun 2016, 85,9 persen dari 1.793 perempuan usia 10-40 setuju bahwa pemerintah harus mengambil tindakan untuk melindungi keselamatan mereka dari tangan-tangan jahil selama Festival Songkran berlangsung.

Mereka berharap tindakan tegas pemerintah bisa membuat mereka menikmati momen tersebut tanpa dirusak oleh kekerasan seksual terhadap perempuan.