Potret prostitusi di Zimbabwe yang disebut paling murah di dunia

Merdeka.com - Hampir tengah malam di dekat pusat perbelanjaan Hoopley, salah satu sudut kota Harare yang miskin. Seorang bocah yatim piatu berusia 15 tahun berdiri di sudut jalan yang gelap. Masceline namanya. Dia terpaksa menjajakan diri karena terdesak kesulitan ekonomi di Zimbabwe yang morat marit.

Masceline harus waspada, para pekerja seks komersial yang lebih senior tak segan-segan memukuli saingan mereka yang lebih belia. Namun tak ada pilihan lain, dia harus melakukannya agar makanan bisa tetap terhidang di meja makan keluarganya.

"Saya melakukan ini demi bayi kakak perempuan saya," kata Masceline.

Masceline tak sendiri, diperkirakan ribuan gadis muda seperti dirinya juga terjun ke dunia prostitusi setelah ekonomi negara ini hancur lebur selama bertahun-tahun di bawah diktator Robert Mugabe. Demikian ditulis Zimbabwe Today tahun 2017 lalu.

Kedatangan para PSK yang belia ini juga disambut protes para 'senior' mereka di jalan. Para PSK yang sudah berumur terpaksa membanting harga hingga USD 2 sekali kencan. Atau cuma Rp 26.000 jika dikurs ke rupiah. Tarif ini disebut salah satu yang termurah di dunia.

"Padahal dulu kami mendapat 10 USD (sekitar Rp 135.000) sekali kencan," keluh Malaika, seorang PSK berusia 37 tahun.

Kini untuk mendapat 10 USD mereka harus bekerja sepanjang malam. Seringnya malah mereka mendapat jauh lebih kecil dari itu.

Undang-undang Zimbabwe tahun 2015 melarang polisi untuk menangkap para PSK yang berkeliaran di jalan. Awalnya para PSK ini senang, namun kemudian mereka kecewa karena jumlah wanita yang turun ke jalan terus bertambah setiap hari. Saingan mereka pun makin banyak.

"Situasinya makin memburuk. Para wanita muda membuat bisnis ini makin sulit," keluh Malaika.

Talent Jumo, aktivis sosial dari LSM Kastwe Sistahood menilai jumlah gadis muda yang turun ke lembah hitam ini akan makin banyak seiring ekonomi Zimbabwe yang makin memburuk. Tanpa bekal pendidikan, kemampuan dan pengalaman kerja, satu-satunya jalan untuk bertahan hidup adalah menjanjakan diri di jalan.

"Banyak bocah di bawah umur dan wanita muda terpaksa melakukan ini karena terdesak kebutuhan dasar untuk mendapatkan makanan," kata Jumo.

Prostitusi di sekolah

Prostitusi di Harare tak cuma soal para PSK di jalan. Yang mengejutkan praktik ini juga terjadi di beberapa sekolah asrama di ibukota Zimbabwe ini.

Para sopir taksi berperan sebagai muncikari untuk para gadis belia ini. Menjelang tengah malam, sopir akan datang ke gerbang asrama. Sejumlah siswi sudah siap di sana. Para pria hidung belang akan memilih wanita yang mereka mau kemudian pergi ke hotel.

Berbeda dengan para PSK yang menjajakan diri di jalan, kebanyakan para pelajar putri ini selektif dalam memilih klien mereka. Hanya orang-orang kaya dan berpengaruh di Zimbabwe yang bisa berkencan dengan mereka. Tentu tarifnya juga berkali-kali lipat dari PSK di jalan.

"Para gadis ini punya muncikari yang mencarikan mereka klien. Mengenalkan mereka dengan orang-orang berduit," kata seorang muncikari seperti ditulis situs allafrica tahun 2016 lalu.

Kadang para 'bos' ini bahkan meminta kencan dilakukan di kamar hotel yang gelap gulita agar para wanita ini tak mengenali mereka. Tentu para pria ini malu jika suatu hari mereka tampil di TV dan di media massa dan dikenali oleh para PSK yang mereka sewa.

Lalu apa motif para gadis muda terpelajar ini menjajakan diri?

"Mereka melakukan itu untuk mendapatkan sesuatu yang tak bisa dibelikan orang tua mereka, seperti ponsel atau pakaian bermerek. Tapi kebanyakan mereka melakukan ini karena uang," kata si Muncikari.

"Ya, ini semua soal uang," tutupnya.