Pelaut Vietnam tewas saat militer Filipina serbu markas Abu Sayyaf
Merdeka.com - Pelaut asal Vietnam disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf kembali dikabarkan tewas di Filipina. Menurut informasi dari Kementerian Dalam Negeri Filipina, warganya terjebak dalam baku tembak antara pasukan pemerintah Filipina dan kelompok bersenjata dalam sepekan terakhir.
Menurut Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Filipina, Le Thi Thu Hang, jasad pelaut bernama Tran Viet Van ditemukan di antara jenazah lain. Sejak Sabtu pekan lalu, pasukan Filipina menggempur kelompok Abu Sayyaf di Provinsi Kepulauan Sulu.
"Saya membenarkan kalau warga Vietnam, Tran Viet Van, tewas dalam serangan pasukan Filipina kepada Abu Sayyaf. Kami berduka cita dan turut berbela sungkawa terhadap keluarga mendiang. Semoga mereka bisa segera melalui saat-saat yang menyedihkan ini dan kembali melanjutkan kehidupan," kata Hang, seperti dilansir dari laman RFA, Kamis (13/7).
Hang menyatakan, mereka belum mengetahui apakah Van dibunuh oleh kelompok Abu Sayyaf, atau justru malah terkena tembakan pasukan Filipina. Kedutaan Besar Vietnam kini berusaha mengurus segala persyaratan administrasi dan melakukan forensik, buat segera memulangkan jasad Van. Sepekan sebelumnya, dua pelaut Vietnam lain, Hoang Trung Thong dan Hoang Va Hai, tewas dipancung di Basilan, selatan Filipina.
Menurut Komandan Satgas Gabungan Sulu militer Filipina, Brigjen. Cirilito Sobejana, jasad Tran ditemukan oleh para prajurit pada Senin lalu. Kemudian jenazahnya dibawa buat dilakukan proses forensik, serta mencocokkan catatan sidik jari. Dalam laporan, tubuh Van disebut tertembak berkali-kali.
Van adalah bagian dari enam awak kapal Giang Hai milik International Shipping Co., yang dirompak kelompok Abu Sayyaf pad Februari lalu. Mereka saat itu sedang mengirim semen dari Indonesia ke Filipina. Satu rekannya tewas ditembak saat di atas kapal. Kini pelaut kapal Giang Hai masih disekap Abu Sayyaf tersisa empat orang.
Sedangkan Hoang Trung Thong dan Hoang Va Hai dan empat rekannya merupakan awak kapal kargo MV Royal 16 yang dirompak kelompok Abu Sayyaf pada November tahun lalu. Juni lalu, pasukan Filipina berhasil membebaskan seorang awak kapal itu, Hoang Vo. Kini, tiga awak kapal itu masih berada di tangan Abu Sayyaf.
Menurut paman mendiang Hoang Van Hai, Trung, Abu Sayyaf memutuskan memancung keponakannya karena menganggap duit tebusan tak kunjung cair. Dia juga menyalahkan negara yang seperti mengabaikan nasib warga Vietnam ditawan Abu Sayyaf.
Abu Sayyaf terbentuk sekitar 17 tahun lalu di selatan Filipina. Ada yang menyatakan mereka merupakan sempalan dari kelompok Front Pembebasan Nasional Moro dan Front Pembebasan Islam Moro. Kelompok itu berhasil menjalin kontak dengan Al-Qaidah dan mendapat bantuan uang. Namun, mereka kini juga terbelah menjadi beberapa faksi, dengan jumlah anggota konon mencapai 400 orang. Segelintir di antaranya, termasuk yang dipimpin Isnilon Totoni Hapilon, memilih mendukung Negara Islam Irak dan Suriah.
Di samping bantuan Al-Qaidah, Abu Sayyaf kerap menculik warga asing dan merompak kapal. 'Bisnis' itu terbukti menghasilkan banyak uang buat mereka, yang kemudian dipakai membeli senjata, kapal, dan peralatan komunikasi. Menurut militer Filipina, masih ada 21, termasuk 15 warga asing, sandera ditawan Abu Sayyaf.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaWarga merasa muak karena jalan berlubang tersebut tak kunjung diperbaiki.
Baca SelengkapnyaDebat ini pada intinya dapat memaparkan visi dan misi perubahan yang digagasnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Viral pelajar ini kejar mobil yang ditabraknya untuk minta maaf. Momen saat keduanya bertemu curi perhatian.
Baca SelengkapnyaKAI juga telah menyiapkan armada kereta tambahan yang difokuskan untuk mengangkut para pemudik
Baca SelengkapnyaDari kasus ini polisi juga mendalami informasi peredaran sabu di salah satu lapas di Sumatera Utara.
Baca SelengkapnyaPenduduk di Perbatasan Skouw RI-PNG ada suku dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBea Cukai Riau kembali menangkap kapal pembawa pakai bekas impor yang masuk ke wilayah Indonesia
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca Selengkapnya