"Jika Taliban Mengubah Kebijakannya Tahun Depan, Saya akan Memilih Jurnalisme"

Selasa, 18 Oktober 2022 08:04 Reporter : Merdeka
"Jika Taliban Mengubah Kebijakannya Tahun Depan, Saya akan Memilih Jurnalisme" perempuan afghanistan. ©Hoshang Hasimi/AFP

Merdeka.com - "Jika Taliban Mengubah Kebijakannya, Saya akan Memilih Jurnalisme"

Fatima namanya. Usinya masih 19 tahun. Tapi impiannya untuk menjadi jurnalis hancur karena peraturan pendidikan pemerintahan Taliban.

“Saya datang ke ujian masuk perguruan tinggi dengan banyak harapan. Tetapi ketika saya melihat kertas seleksi, Saya tidak dapat menemukan pelajaran menarik,” ujar Fatima, seperti dilansir BBC, Sabtu (15/10).

“Saya bermimpi untuk menjadi jurnalis. Saya ingin bekerja di radio dan TV. Saya ingin memperjuangkan hak-hak perempuan,” lanjutnya.

Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan Agustus 2021 lalu, pemerintahan Taliban melarang sebagian besar gadis remaja bersekolah.

Peraturan yang telah berjalan selama satu tahun itu membatasi perempuan untuk berkuliah di universitas-universitas di Afghanistan. Pemerintah Taliban juga melarang anak-anak perempuan untuk bersekolah.

Karena peraturan itu, Fatima pun tidak dapat lulus meski sudah berada di tahun terakhir sekolah.

Bagi Taliban, lingkungan Islam yang tepat harus diterapkan di dunia pendidikan sebelum perempuan dapat duduk di bangku sekolah atau perkuliahan. Namun satu tahun setelah berkuasa, perubahan pendidikan belum terjadi. Bahkan banyak dari pengikut setia Taliban setuju agar larangan pendidikan tetap berlaku.

Namun Taliban mengeluarkan peraturan jika perempuan yang sudah berada di tahun terakhir sekolah dapat mengikuti ujian masuk universitas.

Kala itu Fatima senang mendengar peraturan itu. Namun kesenangan itu tidak bertahan lama karena pemerintah Taliban membatasi mata pelajaran yang dapat dipilih perempuan. Berbeda dengan laki-laki yang diizinkan untuk mempelajari semua mata kuliah yang diinginkannya.

Universitas-universitas di Afghanistan pun harus mengikuti aturan itu. Seperti yang terjadi di Universitas Nangarhar, tempat ujian Fatima.

Dari 13 fakultas yang tersedia, perempuan hanya dapat berkuliah pada 7 fakultas tertentu. Mata kuliah seperti jurnalisme, agrikultur, kedokteran hewan, teknik mesin, dan ekonomi dilarang diambil oleh perempuan.

Fatima mengungkap semua harapan yang dimiliki perempuan Afghanistan hilang karena peraturan itu. Dia juga menjelaskan jika perempuan-perempuan lain yang mengikuti ujian masuk hanya diizinkan untuk mengambil mata kuliah seperti keperawatan, kebidanan atau sastra.

“Kertas seleksi tidak diberikan kepada kami sebelumnya. Ketika kami – sekelompok sekitar 10 gadis – melihat kertas dan tidak dapat menemukan fakultas yang kami inginkan, kami semua menangis,” jelas Fatima.

2 dari 2 halaman
"jika taliban mengubah kebijakannya tahun depan, saya akan memilih jurnalisme"

Namun tidak semua universitas menerapkan peraturan yang sama, sebab ada beberapa universitas lain yang mengizinkan perempuan mengambil mata kuliah kedokteran dan keperawatan serta pelatihan guru dan studi Islam. Bahkan di Universitas Kabul, perempuan diizinkan mengambil mata kuliah jurnalisme.

Tetapi ilmu kedokteran hewan, teknik, ekonomi, pertanian, dan jurnalisme adalah mata kuliah terlarang bagi perempuan di seluruh Afghanistan.

Fatima dan teman-teman perempuannya mengungkap jika mereka harus belajar bersama dan bekerja keras untuk persiapan ujian masuk universitas di rumah karena banyak tempat belajar yang ditutup.

Tahun ini sendiri diperkirakan sebanyak 100,000 pelajar (termasuk 30,000 perempuan) akan mengikuti ujian masuk universitas. Waktu-waktu ujian pun bervariatif karena peraturan Taliban yang menekankan jika laki-laki dan perempuan harus mengikuti ujian dalam waktu yang berbeda.

Hasil ujian juga sulit diketahui karena peraturan Taliban itu. Peraturan pendidikan pun juga dapat membuat penurunan jumlah perempuan yang berkuliah di universitas. Seperti yang terjadi di Provinsi Laghman, di mana tahun lalu hampir 1,200 siswi perempuan mengikuti ujian masuk, sementara tahun ini hanya 182 perempuan yang mengikuti ujian.

Namun pemerintah Taliban juga berusaha agar perempuan dapat bersekolah, hanya harus tetap mengikuti peraturan pendidikan.

“Kami perlu menyediakan kelas terpisah untuk perempuan. Di beberapa daerah jumlah calon perempuan rendah. Jadi kami tidak mengizinkan perempuan untuk melamar perkuliahan tertentu,” jelas kepala divisi ujian di Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan, Abdul Qadir Khamush.

Pendidikan di Afghanistan melemah sejak Taliban mengambil alih. Berbagai pengajar pun pergi meninggalkan Afghanistan. Bantuan internasional juga sudah tidak lagi mendanai pendidikan Afghanistan karena kekuasaan Taliban.

Bukan hanya itu, Taliban juga membagi Afghanistan menjadi beberapa wilayah dan menerapkan pembatasan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan tidak dapat bersekolah di luar wilayah-wilayah mereka.

Kini Fatima dengan perempuan-perempuan lainnya yang ingin bersekolah harus mengikuti peraturan Taliban.

“Saya hanya bisa mempelajari apa yang mereka tawarkan kepada saya. Saya tidak punya pilihan. Jika Taliban mengubah kebijakannya tahun depan, saya akan memilih jurnalisme,” jelas Fatima.

Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan [pan]

Baca juga:
Taliban dan Amerika Saling Tukar Tahanan
Taliban Larang TikTok dan Game PUBG
Baru Pertama Kali Terjadi, Taliban Kembalikan Uang Jemaah Haji yang Kelebihan Bayar
Taliban Sebut Islam Bolehkan Perempuan Sekolah dan Bekerja
Taliban Gelar Pesta Kembang Api Rayakan Satu Tahun AS Angkat Kaki dari Afghanistan
Taliban Tak Temukan Mayat Pemimpin Al Qaidah Ayman al-Zawahiri yang Tewas Dirudal AS

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini