Isolasi Sejumlah Kota di China Dapat Hentikan Penyebaran Virus Corona?
Merdeka.com - Spesialis kesehatan masyarakat mengatakan masih terlalu dini menyimpulkan isolasi beberapa kota di China tengah dapat memperlambat penyebaran wabah virus corona yang mematikan itu.
Beberapa ahli virologi menyampaikan, berdasarkan studi awal, virus corona tampaknya memiliki masa inkubasi dua pekan, menunjukkan tingkat infeksi harusnya mulai melambat dari hari Rabu, dua pekan setelah pembatasan perjalanan utama di kota tersebut diberlakukan.
Tetapi para ahli lain mengatakan data ini hanya memperlihatkan gambaran campuran.
Untuk mengekang penyebaran virus, pihak berwenang menutup Wuhan yang merupakan ibukota Provinsi Hubei, dengan menghentikan pesawat, kereta api dan bus keluar dan masuk wilayah tersebut sejak 23 Januari. Semua angkutan umum dan kendaraan pribadi juga dilarang beroperasi di kota itu. Wuhan sendiri merupakan rumah bagi lebih dari 11 juta penduduk.
Kendati demikian, Wali Kota Wuhan, Zhou Xianwang, pada 26 Januari mengatakan sekitar 5 juta penduduknya telah meninggalkan Wuhan sebelum kota itu diisolasi.
Pejabat China setidaknya memperluas pembatasan akses transportasi ke 15 kota di sekitar Wuhan, jika ditotalkan memiliki populasi lebih dari 50 juta orang.
Raina MacIntyre, profesor biosecurity global di Universitas New South Wales Sydney, mengatakan secara teori,“setiap intervensi yang mengurangi perjalanan harus efektif dari penyebaran infeksi di luar area yang terkena dampak. Meski begitu, banyak orang dari Wuhan telah pergi ke Tahun Baru [Imlek] sebelum dikunci, yang dapat menjelaskan kasus-kasus di bagian lain China."
"Kita harus melihat apakah pertumbuhan wabah melambat di Hubei dan di luar Hubei dalam beberapa pekan ke depan. Masa inkubasi hingga dua pekan, jadi kami mungkin akan melihat dampak lebih besar dari penutupan ini dalam beberapa pekan ke depan," lanjutnya, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (5/2).
Joseph Tsang Kay-yan, seorang spesialis penyakit menular di Hong Kong, mengatakan isolasi akan membantu upaya penanggulangan wabah tetapi jumlahnya akan terus meningkat untuk sekitar bulan berikutnya.
"Para ahli (Universitas Hong Kong) telah memperkirakan bahwa puncak kenaikan jumlah kasus akan terjadi sekitar akhir April. Saya pikir jumlah kasus akan terus naik dalam waktu empat hingga delapan pekan ke depan," kata Tsang.
"Saya pikir isolasi ini adalah ukuran penting dari perspektif global, karena itu membantu (meminimalisir) penyebaran kasus di seluruh dunia," tambahnya.
Tak Efektif
Lawrence Gostin, seorang profesor hukum kesehatan masyarakat di Universitas Georgetown Washington, mengatakan karantina massal seperti yang ada di Provinsi Hubei adalah paling tidak efektif dan paling buruk serta kontraproduktif.
"Dengan mengurung orang di zona panas padat penularan aktif, akan terjadi kontaminasi silang di antara keluarga, teman, dan tetangga. Kemudian, China akan kehilangan kepercayaan dan kerja sama penduduk," kata Gostin.
"Saya percaya China harus mengadopsi pengujian, perawatan, isolasi, dan pelacakan kontak yang ketat, termasuk penyaringan yang ditingkatkan untuk penduduk yang meninggalkan Hubei," lanjutnya.
Virus ini pertama kali muncul pada akhir Desember. Hingga saat ini telah membunuh hampir 500 orang dan membuat lebih dari 24.000 orang sakit, termasuk di Thailand, Australia, Jerman dan Amerika Serikat.
Kasus infeksi telah dikonfirmasi di 31 provinsi, kotamadya dan daerah otonom di China.
"Jumlah kasus meningkat dengan cepat. Sulit untuk memprediksi kapan mereka akan turun mengingat besarnya populasi. Tetapi saya berharap bahwa kita akan mencapai masa stabil dalam beberapa pekan mendatang," kata Gostin.
"Jika langkah-langkah kesehatan masyarakat yang aktif diadopsi, saya berharap melihat penurunan level kasus dalam beberapa pekan ke depan. Tetapi kita perlu bersiap untuk kemungkinan bahwa virus di China ini akan menjadi wabah musiman. Kita harus melakukan segala upaya untuk menghindari skenario itu."
Reporter Magang : Roy Ridho
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Fakta di Balik Ganasnya Penularan DBD di Jepara, Kemenkes Sampai Terjunkan Tim Khusus Amati Jenis Virus
Virus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaSatu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh
Viral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.
Baca SelengkapnyaViral Tenda Hajatan Berdiri di Tengah Rel Kereta Api Tanjung Priok, Ini Respons KAI
Viral panggung hajatan berdiri di tengah-tengah rel kereta api kawasan Tanjung, Priok Jakarta Utara
Baca SelengkapnyaApa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?
Istilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.
Baca SelengkapnyaKisah Cinta saat Pandemi Covid-19 Berlatar Belakang Tiga Negara Berbeda
Sineas dari tiga negara yakni Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia bersatu dalam film bertajuk LOOK AT ME TOUCH ME KISS ME.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Naik Lagi, Penumpang Pesawat di Bandara Diimbau untuk Pakai Masker
Bandara sebagai pintu masuk pertama perlu melakukan persiapan terkait mitigasi Covid-19.
Baca Selengkapnya