Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dari Pistol Hingga Mencekik Leher, Perbandingan Aturan Polisi di Berbagai Negara

Dari Pistol Hingga Mencekik Leher, Perbandingan Aturan Polisi di Berbagai Negara Polisi Prancis bersiaga dari serangan teror. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Menindih leher dengan lutut seperti yang dilakukan terhadap pria kulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat dilarang di sebagian besar negara Eropa, kecuali Prancis. Polisi bersenjata yang menembak mati Breonna Taylor di apartemennya di Luisville, Kentucky bulan lalu tidak akan terjadi di negara seperti Islandia atau Norwegia. Petugas polisi di Minnesota yang menyetop mobil Philando Castile dan menembak mati dia pada 2016 jelas melanggar aturan di Finlandia soal penggunaan kekerasan dari aparat kepolisian.

Di negara seperti Brasil, Mesir, Kenya dan yang terbaru Hong Kong, tuduhan kekerasan polisi sudah menjadi kebiasaan dan menurut kelompok pembela hak asasi hal itu tidak separah yang terjadi di AS.

Di Eropa, tindakan polisi yang memicu kemarahan di AS sesungguhnya dilarang dan diberi aturan ketat. Profesor Sosiologi di Universitas Rutgers , Paul Hirschfield mengatakan peristiwa yang kurang lebih sama bisa dibandingkan antara AS dengan negara Amerika Latin.

"AS kurang lebih sama dengan banyak negara Amerika Latin dalam hal ketidaksetaraan, kebijakan daerah, dan sejarah diskriminasi rasial," kata Hirschfield, seperti dilansir laman the Washington Post, Minggu (7/6).

Berikut lima tindakan polisi di AS jika dibandingkan di Eropa dan beberapa negara lain:

Di negara mana saja polisi tidak harus membawa senjata api?

Petugas polisi di Norwegia, Selandia Baru, Islandia, Inggris, Irlandia, dan beberapa negara lain rata-rata tidak bersenjata. Di negara-negara itu banyak kasus soal kebrutalan polisi tapi secara umum, dengan polisi yang tidak bersenjata,ketegangan antara aparat dengan warga sipil berkurang, demikian alasan pihak yang menentang polisi bersenjata.

Pendekatan semacam ini paling tidak berjalan baik di satu negara yang relatif memiliki tingkat kepemilikan senjata yang cukup tinggi menurut standar Eropa: Islandia. Menurut data dari GunPolicy, di Islandia ada sekitar 30 senjata api yang dimiliki oleh 100 warga sipil pada 2017, bandingkan dengan Inggris yaitu 5 berbanding 100 warga. (Di AS 120,5 senjata per 100 warga pada 2017, menurut Small Arms Survey). Di Islandia polisi tetap tidak biasa membawa senjata.

Tingkat kejahatan di ISlandia lebih rendah daripada di AS--begitu pula soal ketidaksetaraan dan kemiskinan. Di Inggris dan Irlandia yang memiliki tingkat kejahatan lebih tinggi dari Islandia--penolakan aparat bersenjata berasal dari sejarah di jajaran kepolisian sendiri.

Serangan teroris di London, Manchester, dan Christchurch Selandia Baru dalam beberapa tahun terakhir semakin menguatkan dorongan sejumlah negara untuk mempersenjatai polisi untuk kegiatan rutin ketimbang operasi khusus. Setelah pria bersenjata menewaskan 51 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru Maret 2019, negara itu mulai mengubah kebijakan yang sebelumnya hanya mewajibkan sejumlah pejabat polisi yang bersenjata. Dalam masa percobaan enam bulan, kini aparat polisi yang membawa senjata di Selandia Baru sudah lebih banyak.

Norwegia menghadapi masalah yang sama dalam hal mempersenjatai atau tidak aparat kepolisian setelah seorang pria beraliran kanan ekstrem Anders Behring Breivik membunuh 77 orang pada 2011. Pada 2014, aparat polisi mulai lebih sering membawa senjata api untuk mencegah serangan serupa. Tapi setahun kemudian setelah angka kejahatan dan ancaman turun, kebijakan itu dikembalikan ke semula.

Di Negara Mana Saja Polisi Boleh Menembak atau Membunuh?

Meski di sejumlah negara Eropa polisi juga da yang dipersenjatai, tapi kasus pembunuhan oleh polisi angkanya jauh dibanding di AS. Hirschfield yang mengamati soal mengapa polisi di AS membunuh lebih banyak warga dibanding di negara Eropa, menemukan bahwa penembakan oleh polisi di AS pada 2014 18 kali lebih mematikan dibanding di Denmark dan 100 kali lebih mematikan dari di Finlandia.

Di Amerika memang polisi lebih dipersenjatai dibanding di Eropa dan itu jadi salah satu faktor mengapa pembunuhan oeh polisi di AS angkanya lebih tinggi.

Namun menurut Hirschfield ada faktor lain yang juga mempengaruhi, yaitu aturan hukum. Konvensi Eropa untuk Hak Asasi membolehkan polisi menggunakan kekerasan untuk membunuh jika situasinya "sangat-sangat diperlukan". Di AS polisi diizinkan membunuh jika menurut mereka ada alasan untuk melakukan itu seandainya nyawa mereka terancam. Dengan demikian, kata Hirschfield, penembakan oleh polisi di AS dianggap sesuai hukum jika dibanding standar Eropa.

Di negara Uni Eropa, mereka memiliki aturan masing-masing yang berbeda dengan kebijakan Komisi Hak Asasi. Sejumlah negara punya aturan lebih ketat dari negara lain. Di Finlandia misalnya, seorang polisi harus meminta izin atasannya lebih dulu untuk menggunakan kekerasan mematikan. Di Spanyol jika dimungkinkan polisi harus memberi tembakan peringatan sebanyak lima kali dan menembak bagian tubuh yang tidak vital sebelum mereka boleh membunuh, kata Hirscfield mengutip hasil penelitiannya.

Bagaimana dengan aturan mencekik?

Menurut aturan Kepolisian Minneapolis, tindakan petugas Derek Chauvin yang menindih leher Floyd dengan lututnya selama hampir sembilan menit untuk menghalangi aliran darah--hanya boleh dilakukan jika nyawa petugas terancam. Chauvin akhirnya dituntut kasus pembunuhan tingkat dua dan tiga temannya didakwa membantu pembunuhan tingkat dua.

Di sebagian besar negara Eropa polisi dilarang menggunakan teknik mencekik, kata Hirschfield. Polisi Jerman dibolehkan melakukan tindakan yang berbeda versinya dengan mencekik, yaitu menekan bagian kepala (bukan leher) untuk beberapa saat buat melumpuhkan seseorang. Di Belgia polisi dilarang menindih tersangka dalam kondisi apa pun, bahkan untuk waktu yang singkat sekali pun, menurut kantor berita the Associated Press.

Menurut hukum internasional, "polisi hanya boleh mengambil tindakan kekerasan jika sudah tidak ada pilihan lain dan harus dengan dampak seminimal mungkin." Mencekik leher dianggap sebagai bentuk kekerasan yang serius, kata Patrick Wilcken, peneliti kebijakan keamanan dan militer di Amnesty International yang berbasis di London.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Warga Sekitar Tidak Dengar Letusan Pistol saat Anggota Polres Manado Bunuh Diri
Warga Sekitar Tidak Dengar Letusan Pistol saat Anggota Polres Manado Bunuh Diri

Ndun bersama Enggar dan teman-temannya pada sore itu sedang mengoprek-oprek sepeda motor matic sejak siang hingga dini hari.

Baca Selengkapnya
Tepergok Curi Motor Kurir, 2 Maling di Lumajang Diamuk Massa
Tepergok Curi Motor Kurir, 2 Maling di Lumajang Diamuk Massa

Beruntung, polisi segera datang ke lokasi dan meredam amarah warga. Usai diamankan, kedua pelaku dibawa ke Mapolsek Kota untuk diinterogasi.

Baca Selengkapnya
Bukannya Melindungi Masyarakat, Dua Polisi di Garut Malah Jadi Otak Penculikan dan Pencurian
Bukannya Melindungi Masyarakat, Dua Polisi di Garut Malah Jadi Otak Penculikan dan Pencurian

Kepolisian Resor Garut menangkap enam pelaku pencurian dan penculikan terhadap salah seorang warga

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Polisi Gencar Patroli Siber Antisipasi Serangan Hoaks Terkait Pemilu
Polisi Gencar Patroli Siber Antisipasi Serangan Hoaks Terkait Pemilu

Polisi menggelar patroli siber untuk mengatasi serangan berita-berita hoaks dan fitnah selama Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Polri Ajak Masyarakat Lawan Hoaks Terkait Pemilu
Begini Cara Polri Ajak Masyarakat Lawan Hoaks Terkait Pemilu

Polisi mengajak masyarakat untuk melawan hoaks terkait Pemilu.

Baca Selengkapnya
Masih Lengkapi Berkas, Polisi Bakal Periksa SYL Usai Pemilu 14 Februari 2024
Masih Lengkapi Berkas, Polisi Bakal Periksa SYL Usai Pemilu 14 Februari 2024

Pemeriksaan diperlukan untuk melengkapi berkas perkara sesuai petunjuk jaksa penuntut umum.

Baca Selengkapnya
Polisi Terima 322 Laporan Pelanggaran Pidana Pemilu 2024, Turun Drastis dari 2019
Polisi Terima 322 Laporan Pelanggaran Pidana Pemilu 2024, Turun Drastis dari 2019

Sebanyak 65 kasus di antaranya tengah ditangani kepolisian.

Baca Selengkapnya
Polisi Ungkap Penyebab Macet di Tasik Hingga Kendaraan Tak Bergerak Berjam-jam Semalam
Polisi Ungkap Penyebab Macet di Tasik Hingga Kendaraan Tak Bergerak Berjam-jam Semalam

Kendaraan didominasi para pemudik hendak balik ke kota asalnya. Tingginya volume kendaraan juga dipicu banyaknya wisatawan.

Baca Selengkapnya
Senpi Digunakan Pencuri Motor di Palmerah Diduga Rakitan, Selongsong Peluru Ditemukan di Teras Rumah Warga
Senpi Digunakan Pencuri Motor di Palmerah Diduga Rakitan, Selongsong Peluru Ditemukan di Teras Rumah Warga

Hasil olah TKP dilakukan polisi menemukan selongsong peluru diduga dari senjata api dimuntahkan pelaku di lokasi.

Baca Selengkapnya