Nekat Resign dari PNS, Helmi Kini Sukses Bisnis Budidaya Jamur Tiram
Helmi sempat melakoni usaha budidaya ikan sidat yang berujung bangkrut. Akhirnya dia memutuskan resign dari PNS dan fokus usaha lainnnya.
Helmi sempat gagal dalam membangun bisnis. Namun, ini tak menghentikannya untuk menjadi pebisnis ulung.
Nekat Resign dari PNS, Helmi Kini Sukses Bisnis Budidaya Jamur Tiram
Nekat Resign dari PNS, Helmi Kini Sukses Bisnis Budidaya Jamur Tiram
Berkarir atau bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi impian sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun, di saat sudah berstatus sebagai PNS, Helmi Nurjamil malah memutuskan untuk mengundurkan diri atau resign.
Pria dengan latar belakang pendidikan bidang hukum itu beralih menjadi pebisnis sekaligus pembudidaya jamur dan cacing.
Dalam akun YouTube HaloBos, Helmi bercerita bahwa awal merintis bisnis dan budidaya jamur dan cacing karena faktor hobi. Dia gemar melakukan budidaya, entah budidaya ikan atau tanaman.
Di tahun 2012, saat masih berstatus sebagai PNS, Helmi merintis usaha budidaya ikan sidat. Bahkan, usahanya itu sampai menembus pasar ekspor ke Korea Selatan di tahun 2014.Saat menjalankan bisnis ikan sidat tersebut, fokus Helmi terpecah antara karir sebagai PNS, kuliah S2 bidang hukum di Universitas Indonesia, atau bisnis ikan sidat.
Sempat terbesit dia memilih untuk resign dari PNS. Namun, pemikiran itu urung dilakukan karena menganggap semua itu bisa dilakukan secara bersamaan.
Di tahun 2015, usaha budidaya ikan sidat yang dijalankan Helmi bangkrut. Dari kejadian itu dia berpikir bahwa harus ada yang diutamakan antara bekerja atau berbisnis. Helmi kemudian memilih untuk fokus menjadi PNS.
Hingga satu waktu, jiwa bisnisnya kembali bergejolak. Helmi ingin kembali berbisnis, kali ini dia mencoba budidaya jamur tiram.Dia pun kemudian mantap untuk mundur sebagai PNS dan fokus mengembangkan bisnisnya.
Di awal terjun merintis budidaya jamur tiram, Helmi mengalami tantangan. Tidak banyak pelaku budidaya jamur yang mau berbagi ilmu tentang bagaimana membudidaya jamur tiram.
Setelah diamati, dia menyadari alasan minimnya informasi tentang budidaya jamur tiram, agar tidak merusak harga jamur di pasaran
Helmi tak patah arang, dia belajar secara otodidak sambil praktik secara langsung. Di awal, dia memulai budidaya jamur tiram dari satu kumbung yang dia sewa.
Kumbung atau disebut sebagai rumah jamur, biasanya berupa sebuah bangunan, yang diisi rak-rak untuk meletakkan baglog (wadah tanam untuk menaruh bibit jamur).
Dari satu kumbung yang disewa, Helmi menggunakan 5.000 baglog. Saat itu, harga 1 baglog sekitar Rp2.000, sehingga modal yang dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram saat itu sekitar Rp10 juta.
Secara bertahap, bisnis jamur tiram Helmi mulai berkembang. Dia mulai menambah jumlah kumbung.Dari awalnya hanya 1 kumbung menjadi 17 kumbung dengan kapasitas baglog sebanyak 20.000.
Semakin hari bisnis budidaya jamur Helmi terus melesat. Helmi kemudian memproduksi beragam olahan turunan jamur yang berdurasi panjang jika dikirim ke luar kota.
Intuisi Helmi mengembangkan bisnis terus dilakukan. Dia kemudian mengambil langkah membudidayakan cacing.
Alasannya, budidaya cacing relatif mudah. Terlebih lagi, dengan membudidayakan cacing, limbah jamur akan terurai, karena bongkol dari jamur dijadikan sebagai pakan cacing.
Cacing hasil budidaya Helmi kemudian didistribusikan untuk kebutuhan farmasi.
Helmi memasang visi bahwa usaha yang diaberi nama Jamur Halwa, dapat menjadi pemimpin pasar se-Asean di tahun 2029 mendatang.