Indonesia-Filipina Sepakat Tingkatkan Nilai Tambah Sektor Mineral
Pertemuan Meja Bundar Indonesia-Filipina sebagai rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.
Pertemuan Meja Bundar Indonesia-Filipina sebagai rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.
Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Arsjad Rasjid menyampaikan, kemitraan strategis di sektor mineral dan nanopreneurship merupakan kerja sama mutakhir yang sangat relevan bagi Indonesia dan Filipina.
Dia menilai, kedua negara ini sama-sama memegang posisi penting di dunia global pasar mineral, terutama ekspor komoditas mineral yang digunakan dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik (Electronic Vehicle).
Merdeka.com
Hal ini mendorong Indonesia untuk mengumpulkan sumber daya dan membangun jaringan baru dalam pemberdayaan pelaku UMKM di akar rumput sebagai landasan perekonomian nasional.
Arsjad secara khusus juga mengajak seluruh stakeholder di kedua negara, termasuk pemimpin perusahaan untuk sama-sama memikul tanggung jawab menghasilkan lingkungan di mana pertumbuhan inklusif bagi semua pihak, dan kerja sama yang melampaui batas.
"Mari kita membangun persahabatan abadi yang dapat mengubah kehidupan sosial kita menjadi lebih baik. Mari kita memulai perjalanan ini, eksplorasi, kerja sama, dan kemajuan bersama," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua ASEAN BAC Filipina, Jose Ma 'Joey' Concepcion III menyebut ada 3 topik utama yang dibahas dalam Pertemuan Meja Bundar Indonesia-Filipina, yaitu Nanopreneurship, Pertanian, dan Pengembangan UMKM
Menurutnya, Indonesia dan Filipina memiliki visi yang sama untuk transformasi kawasan yang sejahtera, yang dapat diwujudkan melalui kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertanian dan UMKM, baik transformasi digital, mineral, maupun nanopreneurship.
Merdeka.com
"Filipina juga akan fokus pada produksi energi terbarukan dan tetap menjadikan pertanian sebagai prioritas nomor satu untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Salah satu rencana pengembangan sektor pertanian adalah dengan memberikan vaksin pada ternak untuk melawan penyakit, memastikan penyediaan pasokan, dan hilirisasi ke energi terbarukan.
Pihaknya sangat mendukung kemitraan dengan Indonesia dan juga ingin meningkatkan posisi di pasar global melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) antara ASEAN dan 5 negara mitra, yakni Australia, Jepang, China, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
"Kunci utamanya adalah selalu menjadikan masyarakat dan kegiatan ekonomi produktif agar mempunyai nilai investasi yang lebih besar. Kami optimis bahwa dengan memperkuat kemitraan regional dan mitra strategis, kita dapat mendukung pertumbuhan ASEAN yang inklusif dan berkelanjutan yang juga berkembang secara global," tutup Ferdinand.
Internasional ASEAN Ministerial Meeting On Transnational Crime (AMMTC) ke-17, di Labuan Bajo pada 18 - 24 Agustus mendatang.
Baca SelengkapnyaMenurut perhitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan nikel di Indonesia masih tersisa antara 10-15 tahun lagi.
Baca SelengkapnyaPada pertemuan kedua ini, perwakilan tiga negara ASEAN di Kalimantan secara resmi mendukung kerja sama.
Baca SelengkapnyaJika pengendalian Vale dipegang pihak nasional, maka tidak menutup kemungkinan diterapkan integrasi antara sektor tambang nikel dengan smelter.
Baca SelengkapnyaPara pengusaha UKM wajib aktif dalam suatu komunitas guna memperlancar ekspor.
Baca SelengkapnyaIndonesia teguh mendorong pendekatan-pendekatan damai, dialog konstruktif, serta kepatuhan pada hukum internasional dalam penyelesaian konflik.
Baca SelengkapnyaBantuan untuk masyarakat terdampak kekeringin itu hanya terhambat cuaca yang berkabut.
Baca Selengkapnya