Hidupnya Prihatin Sejak Kecil, saat Dewasa Sukses Jadi Jenderal Polri yang Kini Bertugas Berantas Korupsi
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia.
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia.
Menempuh jarak belasan kilometer tak menyurutkan bocah kecil itu untuk menempuh pendidikan. Akses tempat dia tinggal, di Lontar, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kala itu sangat minim.
Putra bungsu dari enam bersaudara itu harus menjalani kehidupan pahit manakala sang ayah meninggal dunia, di usia anak-anaknya masih sangat belia.
Sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sosoknya sejak kecil sudah menjalani tempaan hidup memprihatinkan.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia sudah bekerja sebagai penyadap karet untuk membiayai sekolahnya. Hasil menyadap karet tersebut ia tabung untuk dibelikan sepeda.
Semasa SMP, dia sudah terbiasa berjalan ke sekolah sejauh 8 kilometer. Ini karena di sana hanya ada satu SMP di kecamatan tersebut. Pulang dari sekolah ia kemudian membantu ibunya di ladang.
Setelah SMP, dia kemudian pindah ke Palembang untuk melanjutkan sekolahnya.
Sosok ini adalah Firli Bahuri. Selepas SMA di tahun 1982 hingga 1983, Firli mencoba mendaftar seleksi Akpol (dulu AKABRI) tingkat pertama di daerah dan tingkat pusat di Magelang namun tidak lulus.
Kemudian mencoba lagi mendaftar pada tahun 1984 di ABRI dan lulus dengan pangkat Sersan II.
Ia pertama kali ditugaskan di Polres Cibabat, Polda Jawa Barat.
Pada tahun 1990 ia kembali mendaftar Akpol, dan hasilnya dia dinyatakan lulus.
Usai menyelesaikan sekolah kedinasannya di Akpol, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan lulus pada tahun 1997.
merdeka.com
Setelahnya, Firli dipindah tugas menjadi Kapolres Kebumen dan pernah menjadi Kapolres Brebes. Di tahun 2009, Ia kembali ke Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Wakapolres.
Pada tahun 2012, ia dipilih sebagai ajudan pribadi Wakil Presiden Boediono. Dua tahun berikutnya, dia diangkat menjadi Wakapolda Banten.
Pada tahun 2016, ia kemudian pindah posisi sebagai Karo Dalops Sops Polri dan kemudian menjadi Wakapolda Jawa Tengah.
Di tahun 2017, Firli mendapat promosi kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal Polisi dan menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat.
Setahun menjabat sebagai Kapolda NTB, Firli Bahuri pindah tugas ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK.
Meski begitu, sosok Firli Bahuri dikenal memiliki banyak kontroversi. Mulai dari pengangkatannya sebagai Deputi Penindakan KPK.
Kala itu ia menjadi perbincangan karena sebelumnya pernah menjadi ajudan mantan wakil Presiden Boediono yang pernah diperiksa terkait Bank Century.
Kontroversi kedua ketika masih menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK. Firli Bahuri pernah bertemu dengan Tuan Guru Bajang (TGB) sebanyak dua kali dan berbincang-bincang.
Padahal KPK sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi Divestasi Newmont yang menyeret nama Tuan Guru Bajang (TGB).
Selain itu menurut KPK, Firli Bahuri juga pernah mengadakan pertemuan dengan seorang ketua partai dan juga menjemput serta mengajak pejabat BPK yang berstatus sebagai saksi ke ruangannya.
Terkini, beredar foto Firli dengan Mantan Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo bertemu di sebuah arena olahraga.
Foto tersebut muncul ketika Syahrul diduga terlibat dalam kasus korupsi dan suap di Kementerian Pertanian.
Setelah itu, ia kemudian ditarik ke Polri dan mendapat promosi kenaikan pangkat sebagai Inspektur Jenderal Polisi dan menjabat sebagai Kapolda Sumatera Selatan pada tahun 2019.
Ia mengaku lebih suka tinggal di makam karena suka dengan keheningan.
Baca SelengkapnyaPotret besan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, yakni Brigjen Ruslan Aspan ikut turun ke sawah dan semprot padi.
Baca SelengkapnyaKomjen Fadil Imran berikan apresiasi kepada seorang polwan Bhabinkamtibmas.
Baca SelengkapnyaKehadiran Tjipetir sempat menggegerkan dunia. Apa sih sebenarnya benda ini?
Baca SelengkapnyaNanang tersadar, mengakhiri hidup bukanlah solusi terbaik menghadapi masalah yang saat ini sedang mendera.
Baca SelengkapnyaBagas Wicaksono Rahadi Setiawan, si sulung, adalah sosok yang tangguh dan penuh semangat.
Baca SelengkapnyaBasarah menyebut, seharusnya MK menjadi garda terdepan dalam menjaga marwah bangsa soal penegakan hukum dan aturan.
Baca SelengkapnyaHadi Tjahjanto memastikan PTSL berjalan sesuai aturan dan bebas dari pungutan liar (pungli).
Baca SelengkapnyaIa memilih kembali ke desa untuk tujuan yang tak terduga. Ternyata keputusannya benar-benar mengubah nasibnya.
Baca Selengkapnya