BI tak masalah walau Rupiah dekati Rp 12.000 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah secara perlahan kembali merangkak naik mendekati level Rp 12.000 per dolar AS. Bank Indonesia tetap santai meski Rupiah makin terpuruk. Menurut BI, kondisi Rupiah saat ini sesuai dengan kondisi perekonomian nasional.
Bahkan, BI melihat terpuruknya Rupiah bisa menjadi obat untuk defisit neraca perdagangan dan berjalan yang sudah terlalu lebar. "Level Rp 11.500 sudah cocok untuk membenahi problem neraca pembayaran karena impor akan turun dan mudah-mudahan ekspornya juga kompetitif," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara usai acara "Festival Karawo Gorontalo 2013" di Gorontalo, Minggu (1/12).
"Tapi tahun ini terlihat current accountnya kuartal tiga lebih baik dari kuartal dua. Diprediksi di bawah 3 persen nanti tahun depan ya sekitar 2,5-2,7 persen," jelas dia.
Dia tidak menampik, melemahnya Rupiah berdampak terhadap terkurasnya cadangan devisa. Sebab, BI punya kewajiban menjaga nilai tukar agar tidak terpuruk dan tetap menjaga kenyamanan pelaku bisnis dan ekonomi.
"Cadangan devisa masih baik, kami terus lakukan intervensi, selama ini BI harus masuk ke pasar untuk memberikan juga rasa nyaman," ungkapnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menganggap nilai tukar Rupiah yang terus melemah, hingga menembus Rp 11.977 per USD, bersifat sementara. Itu merupakan fenomena biasa setiap menjelang akhir tahun.
"Indonesia masih baik, Rupiah melemah karena akhir bulan ini dan akhir tahun. Karena banyak investor global yang sudah melakukan banyak ingin cuti dan liburan," ujarnya saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/11).
Dia meminta kepada pelaku pasar untuk tidak panik menghadapi pelemahan rupiah tersebut. Mengingat, pelemahan yang terjadi pada rupiah lebih disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian global.
"Kami minta tetap tenang dan tidak panik, saya harap pasar juga bisa menjalankan kegiatan dengan baik terkait nilai tukar Rupiah yang sampai Rp 12.000 per USD. Ini kan tentu pengaruh dunia dan Indonesia terkena dampaknya," jelasnya
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaMencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca SelengkapnyaIni membuktikan bahwa respons kebijakan kenaikan BI rate maupun kenaikan suku bunga SRBI memang berhasil menarik masuk aliran modal asing.
Baca Selengkapnya