Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta di Balik Kandasnya Mimpi Bulog Ekspor Beras

5 Fakta di Balik Kandasnya Mimpi Bulog Ekspor Beras Ekspor Beras Bulog. ©2018 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Merdeka.com - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana melakukan ekspor beras saat panen raya pada bulan April hingga Mei 2019. Langkah ini dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi beras dalam negeri.

Oleh karena itu, Bulog pun telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk merealisasikan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga.

"Masyarakat tidak usah takut bahwa gudang Bulog penuh dan tidak bisa serap. Kita tetap serap nanti akan kita kelola dengan ekspor," ujar Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso.

Namun, beberapa waktu lalu, Budi Waseso harus mengubur rencananya ini. Dia mengakui Indonesia masih sulit mengekspor beras ke luar negeri karena cost produksi (ongkos produksi) beras Indonesia yang terbilang mahal. Sebab, Indonesia masih menggunakan cara konvensional dalam mengelola beras.

"Yang butuh beras kita itu banyak, tapi sayang harganya tidak masuk," tuturnya. Berikut 5 fakta di balik batalnya rencana ekspor beras Bulog yang dirangkum merdeka.com.

Pemerintah Minta Bulog Fokus Urus Dalam Negeri

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menanggapi dingin rencana tersebut. Menurutnya, saat ini yang lebih penting adalah menjaga harga beras tidak naik.

"Sudahlah yang penting kita jaga dulu harga beras tidak naik, tidak perlu turun. Kalau bisa iya," ujar Menko Darmin.

Menurut Menko Darmin, tidak sulit jika melakukan ekspor hanya satu kali. Namun, yang sulit adalah melakukan ekspor secara terus menerus.

"Kalau bisa ekspor itu terus menerus, itu namanya baru bisa ekspor. Kalau cuma sekali, sekali peristiwa dia ekspor begini, sudah lah lupakan," tandasnya.

Ekspor Perlu Karena Gudang Bulog Penuh

Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan, pihaknya akan melakukan ekspor beras jika masa panen raya tiba pada Februari hingga Maret tahun ini. Langkah ini dilakukan untuk menghindari banjir produksi mengingat cadangan beras di gudang masih cukup besar.Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog mencapai 2,1 juta ton. Sementara itu, target penyerapan beras dalam negeri tahun ini sekitar 1,8 juta ton sampai April 2019.Di sisi lain, kapasitas gudang Bulog maksimal hanya mencapai 3,6 juta ton beras. Oleh karena itu, ada potensi kelebihan kapasitas sekitar 300.000 ton saat panen raya.

Sudah Ada Negara Siap Beli

Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan sejumlah negara tetangga, khususnya di kawasan Asia Tenggara siap menyerap beras yang akan diekspor Indonesia pada pertengahan tahun ini.Budi Waseso mengungkapkan sudah berkomunikasi dengan tiga negara tujuan ekspor yang siap melakukan pembelian. Meski demikian, dia belum bisa menjelaskan secara detil total beras yang akan diekspor."Ada beberapa negara yang kita hubungi dan siap untuk membeli karena mereka butuh. Yang jelas ASEAN sudah siap," kata pria yang akrab disapa Buwas.

Beras Indonesia Kalah Murah

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag), Karyanto Suprih, mengatakan rencana ekspor beras masih sulit terealisasi dalam waktu dekat. Faktor penyebabnya karena harga beras Indonesia yang tidak kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen beras lainnya."Logika sederhana kan kita jual dengan harga yang bersaing dong. Kita tidak laku kalau harga kita tidak kompetitif," kata dia.Harga beras Indonesia yang mahal, kata dia, bisa disebabkan karena ongkos produksi yang tinggi. Ongkos produksi tinggi dikarenakan pola produksi yang masih konvensional."Ekspor kan sederhana aja, kalau kita lebih produksinya, maka ekspor saja pertanyaannya kita harus lebih kompetitif baik dari sisi harga maupun kualitas," ujarnya.

Jika Mau Ekspor, Pemerintah Diminta Serius Mempersiapkan

Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. Padahal, harga menjadi pertimbangan penting dalam proses jual beli komoditas, selain kualitas barang.Menurut dia, upaya untuk mengekspor beras harus dilakukan melalui pembenahan infrastruktur dari sisi produksi hingga setelah masa panen usai atau ada industrialisasi dalam bidang pertanian. "Baiknya dibuat 'corporate farming' dulu, jadi ada lahan khusus untuk ekspor ini. Produktivitas nanti bisa meningkat, misalnya sekarang 5-6 ton per hektare jadi 7-8 ton per hektare," katanya.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Bulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya

Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.

Baca Selengkapnya
Bansos Beras Diperpanjang Hingga Maret 2024, Bapanas: Bukan Alat Kampanye
Bansos Beras Diperpanjang Hingga Maret 2024, Bapanas: Bukan Alat Kampanye

Masa panen diprediksi bergeser di bulan Mei hingga Juni.

Baca Selengkapnya
Mendag: Inflasi Tahun 2023 Sebesar 2,61 Persen Terendah Sejak Tahun 1999
Mendag: Inflasi Tahun 2023 Sebesar 2,61 Persen Terendah Sejak Tahun 1999

Kemendag bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menahan inflasi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Harga Beras Melambung Tinggi, Ini Penjelasan Dirut Bulog
Harga Beras Melambung Tinggi, Ini Penjelasan Dirut Bulog

Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.

Baca Selengkapnya
Stok Beras Bulog 1,4 Juta Ton, Aman untuk Libur Natal dan Tahun Baru
Stok Beras Bulog 1,4 Juta Ton, Aman untuk Libur Natal dan Tahun Baru

Pemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras.

Baca Selengkapnya
Beras Bulog Ditempel Stiker Prabowo-Gibran, Wapres Minta Bawaslu Selidiki Dugaan Politisasi
Beras Bulog Ditempel Stiker Prabowo-Gibran, Wapres Minta Bawaslu Selidiki Dugaan Politisasi

Beras dalam kemasan kantong plastik ukuran 5 kilogram itu merupakan cadangan beras pemerintah untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

Baca Selengkapnya
Bulog Kembali Salurkan Bantuan Pangan Beras Usai Masa Tenang Pemilu 2024
Bulog Kembali Salurkan Bantuan Pangan Beras Usai Masa Tenang Pemilu 2024

Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi memantau langsung Penyaluran Bantuan Beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor (15/2).

Baca Selengkapnya
Jelang Hari Pencoblosan Pemerintah Setop Penyaluran Bansos, Ini Alasannya
Jelang Hari Pencoblosan Pemerintah Setop Penyaluran Bansos, Ini Alasannya

Penyaluran bansos beras kemasan 10 kg dihentikan sementara pada 8-14 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Usai Pencoblosan, Bulog Kembali Salurkan Bansos Beras 10 Kg di Bogor
Usai Pencoblosan, Bulog Kembali Salurkan Bansos Beras 10 Kg di Bogor

Penghentian penyaluran bansos beras dilakukan untuk menghindari politisasi terhadap program pemerintah.

Baca Selengkapnya