10 Pengusaha yang Makin Kaya dari Pemanasan Dunia
Merdeka.com - Ternyata berinvestasi pada sektor hijau, tak semata bentuk komitmen cinta lingkungan. Dari hal ini banyak yang mampu meraih tambahan kekayaan.
Empat pemegang saham perusahaan besar pemasok baterai kendaraan listrik di China meraup kekayaan gabungan hingga USD 17 miliar atau Rp255 triliun. Adapula pengusaha Australia yang mengantongi kekayaan bersih USD 7 miliar atau Rp105 triliun dari bisnis daur ulang.
Dengan harta gabungan mencapai USD 61 miliar atau Rp916 triliun pada akhir 2019, para miliarder dalam daftar ini mewakili kemunculan para superkaya yang lahir dari upaya memerangi pemanasan global.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah akan meluncurkan program investasi hijau. Salah satunya di Papua dan Papua Barat. Investasi hijau di Papua pada tahap awal akan menyasar industri pertanian dan perkebunan. Hasil komoditas dua sektor ini menurutnya potensial untuk diekspor.
Awalnya hanya segelintir para orang kaya dunia yang berfokus pada upaya melawan perubahan iklim. Namun pada dekade berikutnya, angka terus naik. Bahkan, popularitas investasi hijau dinilai menjadi salah satu bidang yang tumbuh paling cepat dibandingkan sektor keuangan misalnya.
Mengutip Bloomberg, berikut ini adalah 10 orang terkaya dunia yang menambah kekayaan dari upaya melawan perubahan iklim.
Daftar Pengusaha
1. Elon Musk (Amerika Serikat)
Kekayaan : USD 27,6 miliar atau Rp414 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 14,6 miliar atau Rp219 triliun
Perusahaan : Tesla
2. Zeng Yuqun, Huang Shilin, Pei Zhenhua, Li Ping (China)
Kekayaan: USD 16,7 miliar atau Rp250,5 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 16,7 miliar atau Rp250,5 triliun
Perusahaan : CATL
3. Aloys Webben (Jerman)
Kekayaan : USD 7,3 miliar atau Rp109, 5 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 7,3 miliar atau Rp109,5 triliun
Perusahaan : Enercon
4. Anthony Pratt (Australia)
Kekayaan : USD 6,8 miliar atau Rp102 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 6,8 miliar atau Rp102 triliun
Perusahaan : Pratt Industries
5. Li Zhenguo, Li Chunan, Li Xiyan (China)
Kekayaan : USD 3,4 miliar atau Rp51 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 3,4 miliar atau Rp51 triliun
Perusahaan : Longi
6. Jose Manuel Entrecanales (Spanyol)
Kekayaan : USD 4,9 miliar atau Rp73,5 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 2,9 miliar atau Rp43,5 triliun
Perusahaan : Acciona
7. Lin Jianhua (China)
Kekayaan : USD 2,9 miliar atau Rp43,5 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 2,9 miliar atau Rp43,5 triliun
Perusahaan : Hangzhou First Applied Material
8. Wang Chuanfu (China)
Kekayaan : USD 4,2 miliar atau Rp68 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 2,4 miliar atau Rp39 triliun
Perusahaan : BYD
9. Somphote Ahunai (Thailand)
Kekayaan : USD 2,4 miliar atau Rp36 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 2,4 miliar Rp36 triliun
Perusahaan : Energy Absolute
10. Trevor Milton (Amerika Serikat)
Kekayaan : USD 1,3 miliar atau Rp19,5 triliun
Kekayaan dari bisnis hijau: USD 1,3 miliar atau Rp19,5 triliun
Perusahaan : Nikola Motor
Reporter: Nurmayanti
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari daftar yang tertera, Indonesia menempatkan satu wakil konglomerat paling kaya di Asia.
Baca SelengkapnyaDaftar konglomerat terkaya di Malaysia 2024 berdasarkan data Forbes.
Baca SelengkapnyaMelansir Forbes, orang terkaya Indonesia ini masuk sebagai orang terkaya peringkat enam, se-Asia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Forbes mencatat, hanya ada 26 dari 760 orang di dunia, yang memiliki kekayaan melimpah dari nol dengan kerja keras sendiri.
Baca SelengkapnyaJumlah orang kaya di dunia terus mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaMiliarder ini menyarankan agar para anak muda bisa mencari pekerjaan yang disukainya dibanding harus mencari pekerjaan dengan gaji yang tinggi.
Baca SelengkapnyaPadahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaIndustri penerbangan menjadi salah satu sektor yang kerap jadi incaran.
Baca SelengkapnyaPada tahu 2004 dia mendirikan bisnis ini karena kesulitan berbelanja pakaian sambil merawat bayinya.
Baca Selengkapnya