Ilmuwan Jelaskan Alasan Mengapa Astronot Tak Boleh Terlalu Lama di Luar Angkasa, Ini Risikonya
Ketika astronot kembali ke Bumi, terkadang kondisinya tidak sebugar saat pertama melakukan perjalanan misi ke luar angkasa.
Sesampainya di Bumi, mereka harus melakukan training atau adaptasi.
Tujuannya agar kondisi badannya kembali terbiasa dengan adanya gravitasi.
Maklum, ruang hampa udara membuat badan astronot seperti tak memiliki beban. Mereka melayang-layang karena tidak adanya gravitasi.
Ternyata tak hanya itu, astronot juga seringnya terkena ruam pada kulitnya atau terserang virus saat berada di stasiun luar angkasa. Hal ini yang kemudian mencoba dianalisis oleh para ilmuwan.
Dilansir dari Science Focus, Rabu (12/7), sebuah studi baru dari Universitas Otawa, Kanada, menunjukkan bahwa perjalanan ruang angkasa benar-benar mengubah cara kerja gen dalam sel darah putih.
Sederhananya, sel darah putih dicegah untuk melakukan fungsi yang biasa dikenali guna memerangi infeksi.
"Kekebalan yang lebih lemah meningkatkan risiko penyakit menular, membatasi kemampuan astronot untuk melakukan misi berat mereka di luar angkasa,"
Guy Trudel seorang profesor kedokteran dan molekuler dari Universitas Ottawa yang juga sebagai peneliti studi itu.
berita untuk kamu.
Studi yang dipublikasikan di Frontiers In Immunology ini menjelaskan bagaimana penurunan cepat kekuatan sistem kekebalan manusia ketika berada luar angkasa. Hal itu kemungkinan besar disebabkan oleh fenomena yang dikenal sebagai 'pergeseran cairan' atau fluid shift. Pergeseran cairan melibatkan plasma darah, yang mengangkut sel darah putih ke seluruh tubuh. Ia bergerak dari tubuh bagian bawah ke tubuh bagian atas karena gayaberat mikro.
"Jika infeksi atau kondisi terkait kekebalan berkembang menjadi kondisi parah yang membutuhkan perawatan medis, astronot saat berada di luar angkasa akan memiliki akses terbatas ke perawatan, pengobatan, atau evakuasi,"
Guy Trudel.
Berita baiknya, keadaan yang terjadi pada tubuh astronot tidak dialami seterusnya. Dalam setahun setelah astronot kembali dari tugas selama enam bulan di ISS, volume sel darah putih astronot kembali normal. Tetapi perlu dicatat, waktu pemulihan setiap masing-masing astronot berbeda-beda. Tergantung dari metabolisme tubuh mereka. Myles Harris, ahli dari University College London (UCL) turut mengomentari studi penelitian yang baru ditemukan ini “Hasil ini merupakan pertimbangan penting terkait risiko terhadap kesehatan selama penerbangan luar angkasa dan eksplorasi luar angkasa,” kata Myles Harris, ahli dari University College London (UCL) .
Langkah selanjutnya adalah merancang cara untuk mencegah penekanan kekebalan selama penerbangan luar angkasa jangka panjang.
“Ini juga akan memberikan kontribusi yang berharga untuk desain obat yang dipersonalisasi di Bumi,” kata Harris.
- Fauzan Jamaludin
Sejauh ini para astronot jika ingin minum menggunakan sedotan.
Baca SelengkapnyaPersoalan ini kerap menjadi masalah bagi para astronot ketika di luar angkasa. Bagaiamana solusinya?
Baca SelengkapnyaIni penyebab mengapa astronot tersebut bereaksi seperti melihat sesuatu yang aneh.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kerinduan kepada keluarga saat bertugas di luar angkasa, tak bisa ditampik para astronot.
Baca SelengkapnyaDian Sastro mengungkapkan jika dirinya sering ketawa-ketawa sendiri. Dian rupanya punya alasan tersendiri.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini belum ada yang bisa menjelaskan suara misterius itu.
Baca SelengkapnyaPenyakit yang diidap oleh Lettu GDW, menyebabkan yang bersangkutan bisa melakukan tindakan yang dia tidak sadari.
Baca Selengkapnya"Jangan mengambil rIsiko terlalu tinggi," kata Mendagri Tito.
Baca SelengkapnyaLama tak ketemu sang ayah yang bertugas di luar negeri, seorang bayi menangis lantaran tak mengenali ayahnya yang merupakan seorang prajurit TNI.
Baca Selengkapnya