Benarkah BlackBerry sudah jadi perusahaan gagal?

Merdeka.com - Kerugian besar yang diderita BlackBerry di kuartal pertama tahun ini menimbulkan pertanyaan: Benarkah selama ini mereka sudah mengerahkan seluruh tenaganya?

Seperti yang dilansir oleh CrackBerry (28/6), analis Chris Umiastowski menyampaikan beberapa analisisnya mengenai perusahaan Waterloo ini. Disebutkannya, BlackBerry tak lain memang sedang mengalami kesialan tanpa ujung.

Seperti diketahui, kerugian Rp 833,6 miliar dalam tiga bulan adalah angka yang besar bagi perusahaan manapun di dunia. Terlebih, hal ini terjadi ketika sederet langkah revolusioner telah dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan.

Seperti diketahui, pendapatan BlackBerry di kuartal pertama tahun ini tercatat setara Rp 3,1 triliun. Hal ini masih lebih besar dari pendapatannya di kuartal sebelumnya yang hanya mencapai Rp 2,3 triliun saja.

Selain itu, jumlah penjualan perangkat mereka pun juga tidak buruk. Tercatat, ada peningkatan penjualan hingga 6 juta perangkat dalam satu kuartal saja.

Namun, rupanya hal ini tak mampu memperbaiki nasib BlackBerry tahun ini. Terbukti, mereka malah merugi Rp 833,6 miliar.

Namun, pernyataan Heins bahwa ini masih bukan saat yang tepat untuk menilai pekerjaan yang telah dilakukan BlackBerry memang ada benarnya. Masih banyak waktu yang bisa dilakukan oleh BlackBerry untuk memperbaiki keadaan.

"Kami sedang melakukannya, jadi masih terlalu dini untuk dikomentari. Kadang Anda pernah berada dalam posisi terdesak, dan itulah yang sedang terjadi pada kami," tutupnya.

Belum kita lihat bagaimana performa penjualan Q10 dan Q5 di pasaran. Pasalnya, keduanya muncul telat, hampir di akhir-akhir kuartal pertama selesai bergulir.