Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil.
Pada abad 17, pedagang Inggris mulai berdatangan ke Hindia Timur atau Nusantara untuk mencari peruntungan..
Namun ketika para pedagang tiba di wilayah Sumatra, tepatnya di sekitar Sungai Batanghari, mereka menyadari bahwa komoditas rempah sudah sepi peminat.
Bagi pedagang lokal, komoditas yang diangkut oleh pedagang Inggris berupa kain wol yang menjadi andalan justru tidak laku.
Para pedagang Nusantara yang memiliki stok rempah melimpah justru lebih tertarik pada produk yang dibawa oleh pedagang Gujarat yaitu kain belacu atau calico dan garam Cina (kalium nitrat).
Kondisi ini membuat Inggris melalui kantor dagangnya, EIC, segera membuat pabrik-pabrik tekstil kelas rendah di beberapa tempat di India.
Melansir dari indonesia.go.id, posisi Inggris dalam dunia perdagangan pada abad ke-17 saat itu menemui banyak kendala, di mana yang paling utama adalah kurangnya modal.
Kendala lainnya adalah adanya wabah yang melanda sehingga situasi perdagangan menjadi berantakan. Maka dari itu, kondisi Inggris dan Belanda sempat mengalami gonjang-ganjing.
Kendala tersebut dibarengi dengan peran raja-raja lokal yang menjadi musuh utama Inggris. Kekuasaan pedagang lokal di Nusantara cukup hebat dalam mengeksploitasi pangsa pasar.
Di Pulau Sumatra, kendala yang dirasakan Inggris adalah kain blacu yang diproduksi di India kualitasnya tidak cukup baik. Bahkan dari segi ukuran hingga warna juga berbeda-beda.
Tingkat kehalusan masing-masing kain juga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasar.
Aktivitas perdagangan Inggris di Nusantara pun mengalami kekacauan mulai dari tubuh perserikatan dagangnya sampai komoditas yang dijual juga tidak ada harganya.
Pada abad 17, Kota Jambi menjadi lokasi Pelabuhan Sungai Batanghari yang letaknya cukup strategis sebagai perantara antara pedagang India dan Cina. Bahkan, sekitar abad ke-7 dan abad ke-9 utusan dari Jambi sudah berkunjung ke sana.
Pada abad ke-13 Kota Jambi sudah terkenal sebagai pelabuhan ekspor tekstil. Biasanya barang yang dibarter dengan kain impor adalah berbagai jenis getah pohon, cengkeh, hingga kapulaga.
Kota Jambi juga sudah menjalin perdagangan dengan India sejak abad ke-7. Kedatagan agama Islam ke Jambi menjadi momentum meningkatnya kebutuhan tekstil yang tinggi.
Pedagang Gujarat menjadi "perantara" dengan negara-negara di bagian Pantai Timur Afrika seperti Yaman dan Mesir. Beberapa kain yang bernilai tinggi pun menjadi aksesoris masyarakat lokal dan menjadi hiasan.
Di samping populernya kain belacu di tanah Sumatra, komoditas lada di Jambi memiliki peran yang cukup penting. Namun, lada sendiri bukan ditanam di Jambi, melainkan diboyong oleh pelancong dari negara India. (Pixabay)
Jambi juga menjadi sumber utama lada, karena didatangkan langsung dari dataran tinggi Minangkabau yang diangkut menggunakan kapal melewati Sungai Batanghari untuk melakukan transaksi dengan pedagang Inggris dan juga Belanda.
Belajar dari pengalaman, Inggris akhirnya berhasil mendirikan pabrik dan gudang untuk menyimpan stok kain yang berharga dan bisa mengolah hasil lada, meski kedudukan perdagangan masih dikuasai seutuhnya oleh Belanda.
Seorang warga Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, Jambi, diserang beruang. Korban sempat bertarung dengan binatang buas itu hingga terluka parah.
Baca SelengkapnyaPerlanja Sira, sosok perantara penting dalam distribusi komoditas perdagangan di Pesisir Timur Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaJadi salah satu perusahaan Bus tertua di Sumatra bahkan di Indonesia, intip sejenak kisah perjalanan perusahaan Bus NPM asal Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaDaerah yang hijau itu salah satunya berada di Kampung Cibogo, Desa Cibogo, Kecamatan Darmaraja.
Baca SelengkapnyaDanau Maninjau menjadi danau terluas kesebelas yang ada di seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaBukti jalur kuno itu ditemukan terpisah-pisah. Tugas berat para peneliti untuk menyusun teka-teki yang tersebar di kawasan pegunungan.
Baca SelengkapnyaKebakaran TPA Sarimukti dilaporkan terjadi sejak Sabtu (19/8). Luas areal TPA Sarimukti ini 28.5 hektare sedangkan area yang hangus terbakar 15 hektare.
Baca SelengkapnyaSungai Pisang di Kota Padang terus alami abrasi setiap tahun. Namun, sisi lain sungai ini menyimpan daya tarik wisata.
Baca SelengkapnyaMelalui pemberlakuan kebijakan WFH ini, Adam berharap jumlah mobilitas orang yang keluar rumah bisa berkurang.
Baca Selengkapnya