Perlu Dihindari! Ketahui Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Bayi
Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama, mengungkapkan sejumlah dampak buruk yang dapat terjadi akibat konsumsi gula yang berlebihan pada bayi. Menurutnya, bayi belum dapat mengenali rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan baik, sehingga paparan gula berlebih dapat mempengaruhi preferensi makanan mereka.
“Pada dasarnya, bayi belum dapat mengenai rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, rasa manis dan asin berlebihan membuat anak jadi picky memilih-milih makan,” kata Ngabila dilansir dari Antara.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa bubur bayi instan yang diklaim memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang, dikatakannya memiliki kandungan yang berbeda jauh dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) alami yang dibuat untuk anak usia enam sampai 24 bulan. Hal ini disebabkan oleh proses produksi yang panjang, memungkinkan kandungan nutrisi di dalamnya menurun dan dapat mengandung pengawet atau perasa buatan.
“Pemberian MPASI alami pada anak 6-24 bulan dan sesudahnya tetap yang terbaik,” katanya.
Ngabila menekankan bahwa pemberian MPASI alami pada bayi usia 6-24 bulan dan seterusnya tetap yang terbaik. Jika ibu ingin memberikan perasa manis pada bayi, madu alami adalah pilihan yang lebih baik, dengan catatan tidak diberikan pada bayi yang baru berusia kurang dari satu tahun.
berita untuk kamu.
Pemberian gula disebutnya boleh dilakukan pada bayi usia di atas enam bulan sesudah lulus ASI eksklusif sebagai bahan MPASI dengan takaran yang sesuai,.
Dampak dari konsumsi gula berlebihan pada bayi tidak hanya terbatas pada preferensi makanan, namun juga dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Salah satu permasalahan utama yang sering terjadi adalah bayi menolak untuk diberikan ASI, yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Ngabila menjelaskan bahwa biasanya bayi memilih untuk mengonsumsi air berasa karena lebih nyaman di mulut setelah mengenali rasa manis. Namun, konsumsi makanan manis secara berlebih terus menerus dapat menyebabkan kerusakan gigi, terutama ketika gigi pertama muncul.
Lebih lanjut, konsumsi gula berlebihan juga berpotensi memicu hiperaktivitas pada bayi dan anak-anak, serta dapat menyebabkan kelesuan dan kelemasan karena peningkatan produksi hormon insulin dalam tubuh.
“Selanjutnya, dapat memicu hiperaktif. Gula dapat diserap ke dalam darah dengan sangat cepat, kadar gula darah yang tinggi meningkatkan adrenalin dan hiperaktif pada bayi, balita serta anak-anak,” ucap Ngabila.
Selain berpotensi terbentuk sikap hiperaktif, ada pula kemungkinan bayi mengalami kelesuan akibat terjadinya peningkatan produksi hormon insulin. Hal tersebut yang menjadi pemicu kelesuan, lemas, dan bayi menjadi tidak aktif.
Ngabila menyarankan agar orang tua lebih memperhatikan asupan gizi yang diberikan kepada bayi mereka, serta membatasi konsumsi gula berlebihan agar dapat mengurangi risiko dampak buruk pada kesehatan bayi.
- Rizky Wahyu Permana
Gorengan adalah makanan yang jadi favorit banyak orang termasuk untuk berbuka puasa. Sayangnya makanan ini sebaiknya dhindari.
Baca SelengkapnyaMenambah berat badan janin bisa dilakukan dengan konsumsi sejumlah makanan sehat berikut.
Baca SelengkapnyaMembatasi konsumsi minuman manis pada anak penting dilakukan oleh orangtua demi cegah masalah di masa mendatang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenalkan makanan padat kepada bayi adalah proses yang memerlukan kesabaran, perhatian, dan adaptasi sesuai dengan kebutuhan individu bayi.
Baca SelengkapnyaSejumlah makanan justru bisa membuat lapar usai dikonsumsi karena kandungannya.
Baca SelengkapnyaSejumlah makanan dan minuman yang kita konsumsi ternyata bisa mengganggu upaya kita untuk berhenti merokok.
Baca SelengkapnyaPada saaat mengalami sakit tenggorokan, penting untuk melakukan berbagai cara agar masalah ini tidak memburuk.
Baca SelengkapnyaMemilih makanan yang tepat untuk anak-anak bukan hanya tentang pertumbuhan fisik mereka; ini juga sangat mempengaruhi perkembangan otak mereka.
Baca SelengkapnyaPemilihan makanan yang tidak tepat bisa meningkatkan risiko komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan gagal jantung.
Baca Selengkapnya