Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap hasil kajian terhadap efek samping vaksin AstraZeneca.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap hasil kajian terhadap efek samping vaksin AstraZeneca.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap hasil kajian terhadap efek samping vaksin AstraZeneca.
Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
BPOM menyebut, ada lima hasil kajian BPOM terhadap vaksin AstraZeneca. Pertama, manfaat pemberian vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risiko efek samping yang ditimbulkan.
Kedua, hingga April 2024, tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin AstraZeneca.
“Ketiga, hasil kajian WHO menunjukkan bahwa kejadian TTS yang berhubungan dengan vaksin Covid-19 AstraZeneca dikategorikan sebagai sangat jarang/very rare (kurang dari 1 kasus dalam 10.000 kejadian),” jelas BPOM melalui keterangan tertulis, Selasa (7/5).
Keempat, kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 sampai dengan 42 hari setelah pemberian dosis vaksin AstraZeneca. Apabila terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Terakhir, pemantauan terhadap keamanan vaksin AstraZeneca masih terus dilaksanakan dalam bentuk surveilans rutin selama penggunaan vaksin ini dalam program imunisasi.
BPOM menyebut, saat ini vaksin AstraZeneca tidak digunakan lagi dalam program vaksinasi atau imunisasi.
Bahkan, berdasarkan hasil pengawasan dan penelusuran BPOM menunjukkan, saat ini vaksin AstraZeneca sudah tidak beredar di Indonesia.
73 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Warga
BPOM mengungkapkan, ada lebih dari 73 juta dosis vaksin AstraZeneca telah digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Vaksin tersebut mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) pada 22 Februari 2021.
Heboh di media sosial vaksin AstraZeneca memicu munculnya trombosis with trombositopenia (TTS). Informasi ini berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Jamie Scott merupakan seorang pria beranak dua yang mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin AstraZeneca pada April 2021. Akibatnya, Jamie tidak dapat bekerja.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
"Enggak mungkin enggak ada. Bisa ada karena statistik menunjukkan seperti itu," kata Dicky melalui pesan elektronik, Jumat (3/5).
Namun, kasus TTS itu bisa terjadi dalam waktu paling lama sebulan setelah vaksinasi AstraZeneca.
Menurut Dicky, kecil kemungkinan TTS akibat AstraZeneca terjadi setelah lebih dari sebulan vaksinasi.
"Sangat amat kecil disebabkan oleh vaksin. Bicara TTS bukan hanya akibat vaksin, ada juga faktor lain," ucapnya.
Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaZN mengaku tidak memberikan obat keras dalam jumlah banyak menggunakan suntikan ke tubuh pasiennya
Baca SelengkapnyaCukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.
Baca SelengkapnyaMenurut Lulu Tobing, dengan cara tersebut dapat memperbaiki sel-sel di dalam tubuhnya.
Baca Selengkapnya