Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ritual mistis warga Ponorogo saat Satu Suro

Ritual mistis warga Ponorogo saat Satu Suro Kirab 1 Suro. ©2013 Merdeka.com/Arie Sunaryo

Merdeka.com - Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur. Kota ini dulunya merupakan kadipaten di bawah pimpinan orang sakti bernama Raden Bathoro Katong.

Tak hanya itu, di Ponorogo juga terkenal banyak jagoan-jagoan sakti yang dikenal dengan sebutan warok. Pujangga kenamakan Kraton Surakarta Ronggo Warsito pun pernah berdiam di kota Reog ini.

Menyambut bulan Suro, sebagai daerah yang kental budaya Jawa banyak ritual yang dilakukan oleh masyarakat Ponorogo. Ritual Grebeg Suro itu dimulai dari seminggu sebelum satu Suro sampai pagi harinya.

Berikut ritual Grebeg Suro di Ponorogo yang dihimpun merdeka.com, Sabtu (25/10):

Begadang semalam suntuk

Malam satu Suro merupakan gerbang menuju bulan sakral bagi masyarakat Ponorogo. Mereka memilih tak tidur semalaman guna menyambut bulan Suro ini."Kalau gini (malam satu Suro) tirakatan, lek-lekan masyarakat Ponorogo. Ada juga yang keliling di alun-alun," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).Han menyatakan alun-alun menjadi pusat masyarakat Ponorogo memperingati malam satu Suro. Mereka menghabiskan malam sembari berbincang dengan sanak-saudara di sekitar alun-alun kota Reog."Kalau di Ponorogo memusatnya di alun-alun. Semua masyarakat yang mau jalan-jalan sampai malam di sana sekuat tenaga lek-lekan," terang dia.Namun, dia menyebutkan kelompok Warok memilih tirakat di rumahnya sendiri. Kelompok orang-orang sakti ini menghindari keramaian masyarakat."Warok-warok biasanya malah di rumah bersama beberapa murid dan warganya. Karena di kota sudah ramai mereka menyepi di rumah dan sanggarnya," pungkas dia.

Jamasan pusaka Raden Bathoro Kathong

Selain tirakat semalam suntuk, masyarakat Ponorogo menjamas pusaka (mencuci senjata) yang dimilikinya menjelang Satu Suro. Mereka membersihkan pusaka itu agar kesaktiannya tidak musnah."Tradisi ini istilahnya ngumbah pusaka dengan bunga tiga warna. Biasanya bunga Kantil, Mawar dan Melati," kata Budayawan Ponorogo Hans Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).Han menyatakan tak sembarangan dalam mencuci pusaka sakti tersebut. Pemilik pusaka biasanya sudah berpuasa sebelum acara jamasan."Mereka ada puasa sebelum menjamas pusaka ini. Sehari atau tiga hari sebelumnya sesuai tradisi mereka," terang dia.Lanjut dia, sore hari sebelum satu Suro, pusaka peninggalan Bathara Kathong pun dikirap dan dijamas. Hal ini sekaligus pengingat perpindahan pusat kota Ponorogo dari kota lama menuju kota baru."Kalau kirab pusaka sore tadi jam 4 sampai jam 5. Tombak peninggalan Adipati Bathoro Kathong yang sebelumnya diarak dari kota lama (makam Bathoro Kathong) sampai alun-alun sekaligus napak tilas perpindahan pusat kota," tandas dia.

Larung kepala kerbau di Telaga Ngebel

Pagi hari tanggal Satu Suro, masyarakat Ponorogo melakukan ritual larung sesaji bersama bupati dan tokoh masyarakat. Ritual tersebut dilakukan di Telaga Ngebel."Paginya, warok-warok bersama bupatinya larung sesaji di Telaga Ngebel. Sekitar jam 7 pagi, kalau dulu kepala kerbau dihanyutkan di tengah telaga sekarang diganti hasil alam," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).Lanjut dia, dulu masyarakat Ponorogo melakukan larung kepala kerbau guna menjinakkan naga yang berada di dasar Telaga Ngebel. Cerita itu sudah turun-temurun diyakini oleh warga kota Reog."Kalau larung kepala kerbau semacam mitos ada naga yang menjadi cikal bakal Telaga Ngebel, kalau dikasih kepala kerbau puas. Itu ceritanya dari mulut ke mulut orang-orang tua," terang dia.

Festival Reog Nasional dan Reog obyokan

Ponorogo identik dengan Tari Reog. Begitu pula menjelang Satu Suro, Reog akan tampil di alun-alun sejak seminggu sebelumnya."Di Ponorogo biasanya ada Festival Reog Nasional satu minggu sebelumnya sudah mulai (menjelang satu Suro). Itu sekalian persebaran orang Ponorogo yang ke luar daerah bisa berkumpul," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).Namun, sebelum ada festival, jelang satu Suro Reog biasa dipentaskan masyarakat Ponorogo di jalanan. Mereka menari di tempat-tempat yang disakralkan oleh warga sekitar."Kalau dulu, Reog di Ponorogo obyokan dari jalan ke jalan. Mereka berhenti di rumah Pak Lurah, pohon keramat dan sumber mata air," terang dia.Masih menurutnya, hal itu masih ada sampai sekarang walaupun di desa-desa. Menurutnya ritual tersebut lebih menunjukkan kebudayaan asli Ponorogo."Kalau di desa-desa pinggiran masih (Reog obyokan). Konteks budayanya lebih baik dulu," pungkas dia.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Digelar Setiap Jelang Tahun Baru Imlek, Begini Serunya Ritual Pao Oen di Kota Solo
Digelar Setiap Jelang Tahun Baru Imlek, Begini Serunya Ritual Pao Oen di Kota Solo

Tradisi itu digelar dengan harapan menyambut tahun baru Imlek dengan jiwa raga yang bersih.

Baca Selengkapnya
Digelar Sepekan, Ritual ‘Seblang Olehsari’ Ramai Dipadati Pengunjung
Digelar Sepekan, Ritual ‘Seblang Olehsari’ Ramai Dipadati Pengunjung

Digelar Selama Depekan, Ritual ‘Seblang Olehsari’ Ramai Dipadati Pengunjung

Baca Selengkapnya
Mengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Mengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
FOTO: H-8 Jelang Imlek 2024, Warga Keturunan Tionghoa Jalani Ritual Memandikan Patung-Patung Dewa di Wihara
FOTO: H-8 Jelang Imlek 2024, Warga Keturunan Tionghoa Jalani Ritual Memandikan Patung-Patung Dewa di Wihara

Warga keturunan Tionghoa sibuk membersihkan patung di Wihara Amurva Bhumi.

Baca Selengkapnya
Melihat Tradisi Ojung di Lumajang, Pemenang  Terbanyak Sabet Lawan dengan Rotan
Melihat Tradisi Ojung di Lumajang, Pemenang Terbanyak Sabet Lawan dengan Rotan

Penduduk Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ojung di sekitar sumber mata air Sumber Winong setiap Muharam atau Suro.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Gegerit, Simbol Spirit Perjuangan Perempuan Lahat dalam Melawan Penjajahan
Mengenal Tari Gegerit, Simbol Spirit Perjuangan Perempuan Lahat dalam Melawan Penjajahan

Kesenian tradisional dari Sumatera Selatan ini mengisahkan tentang perjuangan kaum perempuan dalam melawan penjajahan.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut

Kelezatan kue ka hadir berbarengan dengan dalamnya makna yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Baca Selengkapnya
Mengenal Upacara Martarsik, Ritual Tradisional Pemanggil Hujan Warisan Raja Bius di Tanah Batak
Mengenal Upacara Martarsik, Ritual Tradisional Pemanggil Hujan Warisan Raja Bius di Tanah Batak

Martarsik merupakan salah satu ritual tradisional yang diwariskan secara turun-temurun kepada masyarakat Batak.

Baca Selengkapnya
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya