Rekam jejak Abu Sayyaf, kelompok teroris sandera 10 WNI
Merdeka.com - Indonesia digegerkan dengan penyanderaan sepuluh warga negara Indonesia awak kapal Pandu Brahma 12 oleh kelompok militan Abu Sayyaf di perairan Filipina. Pernyataan resmi ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri melalui juru bicaranya .
"Pada hari Senin, 28 Maret 2016, Kemlu (Kementerian Luar Negeri) menerima informasi awal dari sejumlah pihak mengenai adanya 2 kapal berbendera Indonesia yang dibajak dan 10 WNI awak kapal yang disandera di perairan Filipina. Benar bahwa telah terjadi pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia," kata juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir atau biasa dipanggil Tata kepada merdeka.com melalui pesan singkat, Selasa (29/3).
Kelompok ini bahkan meminta tebusan kepada Indonesia 50 peso setara dengan Rp 15 miliar. Meski belum menyetujui permintaan tersebut, pemerintah segera melakukan koordinasi dengan Filipina terkait hal ini.
Kelompok Abu Sayyaf selama ini dikenal cukup membahayakan. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari National Counter Terrorism Center (NCTC) Amerika Serikat, Abu Sayyaf merupakan kelompok militan Islam yang dibentuk pada 1990-an dengan dana bantuan mantan pemimpin Al-Qaidah Usamah Bin Ladin.
Kelompok ini bermarkas di Mindanao Barat atau Maluku besar, Filipina Selatan dan mendeklarasikan Mindanao Barat sebagai negara islam merdeka. Kelompok ini memang dikenal dengan aksi brutalnya seperti pengeboman, pembunuhan, pemerasan, dan penyanderaan seperti yang dilakukan terhadap 10 WNI yang tengah berlayar di perairan Filipina.
Bahkan pada tahun 2014 pemerintah Filipina pernah menembak mati 12 anggota kelompok Abu Sayyaf di Pulau Basilan, Filipina Selatan sekitar 900 Kilometer di selatan Ibu Kota Manila. Serangan itu terjadi setelah pemerintah Filipina memutuskan melancarkan operasi memburu dua pimpinan kelompok terkait Al-Qaidah itu pada dua hari lalu sebab mereka sudah menculik dan memenggal kepala warga, seperti dilansir SBS, Sabtu (12/4).
"Puruji Indama dan Isnilon Hapilon kini masih diburu," ujar Birgadir Jenderal Carlito Galvez, komandan militer di Basilan, kepada wartawan.
Bahkan Filipina sempat dicekam kekhawatiran dengan banyaknya turis asing yang diculik. April 2000 kelompok militan ini menculik 21 orang, 10 diantaranya warga negara Malaysia, di sebuah penginapan di Filipina Selatan. Tahun 2001 kelompok ini juga membunuh tiga warga negara Amerika dan 17 warga Filipina di Palawan.
Februari 2012, pasukan militer filipina pernah berhasil melumpuhkan kelompok Abu Sayyaf di Pulau Jolo akibat dari operasi ini pemimpin senior kelompok Abu Sayyaf, Gumbahali Jumdail tewas. Kelompok ini juga pernah menyandera salah seorang warga Australia selama 15 bulan.
Meski rekam jejak kelompok ini cukup ganas, pemerintah Indonesia optimis mampu membebaskan 10 WNI yang disandera dengan selamat. Bahkan ketua DPR Ade Komarudin menilai, terlalu rendah harga diri bangsa Indonesia jika memenuhi permintaan tebusan kelompok militan Abu Sayyaf. Oleh karena itu, dia minta kepada pemerintah untuk menolak tebusan tersebut.
"Apalagi ini menghadapi semacam tanda petik pemerasan, masa negara ini harus takut kepada premanisme, kepada terorisme? Enggak boleh, terlalu mahal harga diri bangsa terhadap suatu upaya sedikit kelompok orang yang melakukan upaya itu," kata Ade Komarudin di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/3).
Akom atau biasa disapa itu menegaskan, melindungi setiap warga negara Indonesia adalah perintah Undang-Undang Dasar. Tetapi, kata dia, Bangsa Indonesia tidak boleh takut adanya pemerasan oleh kelompok tertentu lantaran menyandera WNI.
Lebih lanjut, Politisi Golkar itu menjelaskan, Indonesia sudah memiliki banyak pengalaman di dalam menangani penyanderaan. Dia menyebut, bila Indonesia pernah melakukan operasi Woyla ketika pesawat Garuda dibajak oleh kelompok teroris yang menyamar sebagai penumpang.
"Kita dulu berhasil, kenapa dulu ada operasi Woyla, kenapa itu ada operasi ternyata berhasil," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaKapendam Jaya Kolonel Inf Deki Rayusyah Putra mengatakan terduga pelaku pembunuhan berhasil diamankan
Baca SelengkapnyaPengacara mengatakan kepada majelis hakim pemohon telah menyatakan insaf dan bertobat, dan hanya sekali mengajukan banding ke Mahkamah Tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tim SAR gabungan mengevakuasi satu korban meninggal dunia akibat tenggelamnya KM Yuiee Jaya II di Pulau Kayuadi, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sabtu (16/3).
Baca SelengkapnyaSebuah kerajaan berbasis di Kepulauan Sumatera ini disinyalir menjadi kerajaan tertua yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-1 SM.
Baca SelengkapnyaAksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaPangdam mengatakan kejadian itu harusnya tidak perlu terjadi di tengah upaya menyelesaikan konflik di Papua.
Baca SelengkapnyaPerayaan malam tahun baru bertentangan dengan syariat Islam dan mengganggu ketertiban.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan tim identifikasi terhadap keempat jenazah ditemukan adanya tali yang mengikat antar satu korban dengan korban lain.
Baca Selengkapnya