Puluhan pusaka usia ribuan tahun koleksi museum di Solo dijamas
Merdeka.com - Memperingati usianya yang ke 125 tahun, Museum Radya Pustaka Solo menggelar hajatan jamasan pusaka, Rabu (28/10). Sedikitnya 24 pusaka berupa keris, pedang, dan tombak koleksi museum tertua di Indonesia tersebut dibersihkan oleh ahlinya di depan museum.
Pusaka-pusaka tersebut sudah berumur ratusan tahun, ada yang dari Bali, ada yang dibuat pada zaman Kerajaan Majapahit dan Mataram. Bahkan beberapa di antaranya sudah berumur ribuan tahun, karena dibuat pada zaman Kerajaan Padjajaran atau sekitar abad 14.
Sebelum dijamas, puluhan pusaka yang selama ini disimpan dalam kotak pusaka tersebut didoakan oleh ulama keraton dan sejumlah budayawan. Berbagai sesaji disiapkan sebagai sarana atau uba rampe jamasan.
"Pusaka-pusaka yang kita jamas disesuaikan dengan kondisinya. Belum pernah kita sentuh atau kondisinya memang sudah berkarat, sangat kotor atas pamornya sudah redup. Dengan jamasan ini harapan kami pamornya bisa keluar. Jika auranya sudah kembali bersinar bisa memberikan efek positif bagi lingkungan sekitarnya," ujar Daliman, salah satu Empu yang melakukan jamasan.
Proses jamasan dilakukan dengan cara digosok air kelapa, air buah mengkudu dan jeruk nipis serta deterjen. Setelah bersih, pusaka-pusaka tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari. Selanjutnya direndam dalam air kelapa selama sedikitnya 10 hari.
"Air mengkudu ini untuk membuka pori-porinya, sedangkan air kelapa untuk menghilangkan karat dan air detergen untuk menetralkan asam," jelasnya.
"Nanti setiap 3 hari kita lakukan pengecekan, apa sudah putih apa belum. Kalau belum kita putihkan lagi, dengan cara seperti pencucian awal. Kalau sudah kita lakukan tahap berikutnya, yaitu dibersihkan dengan batu warangan yang sudah ditumbuk halus. Kalau kena warangan, pamor itu bersifat putih, itu nanti bisa sebagai pelapis agar tidak mudah berkarat. Setelah itu diolesi dengan air jeruk nipis Jawa, agar karat semakin terangkat," terang Daliman.
Lebih lanjut Daliman menjelaskan proses selanjutnya pusaka direndam dalam air jeruk dan warangan selama berhari. Sehingga juka pamor sudah selesai akan beraroma jeruk yang menyengat.
"Untuk mengecek pamornya jadi apa enggak, kita pegang pusakanya. Kalau lengket-lengket berarti jadi, kalau enggak dan tidak ya tidak jadi. Kalau tidak hitam berarti kurang warangan, kalau tidak lengket kurang jeruk," jelasnya.
Ketua Komite Radya Pustaka, Poernomo Subagyo mengatakan, kegiatan jamasan tersebut untuk memperingati 125 tahun Museum Radya Pustaka. Kegiatan yang dilakukan setiap bulan sura tersebut, juga akan dimeriahkan dengan kirab pusaka pada malam bulan purnama.
"Koleksi pusaka di sini lebih dari 500 buah, nanti secara bertahap semuanya akan kita bersihkan," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkunjung ke museum yang terletak di Sumatera Selatan ini terdapat ribuan jenis koleksi dari zaman pra-sejarah hingga masa kerajaan.
Baca SelengkapnyaIa mendirikan museum kecil untuk memajang koleksi serangga.
Baca SelengkapnyaLokomotif ini diklaim tertua di Indonesia. Begini kisahnya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lukisan 78 suku bangsa yang dipajang di Museum Nasional itu menyihir mata nyaris setiap pengunjung
Baca SelengkapnyaSetiap bulan suci Ramadan tiba, salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah ngabuburit.
Baca SelengkapnyaMengacu hasil hitung cepat, pasangan Prabowo-GIbran menang dengan perolehan suara lebih dari 50 persen.
Baca SelengkapnyaArtefak ini bakal dipamerkan di museum mulai 1 Februari.
Baca SelengkapnyaMuseum ini dibangun untuk mengenalkan sosok Pak Tino pada pemuda generasi sekarang.
Baca SelengkapnyaDKI Jakarta sendiri merupakan salah satu kota tujuan wisatawan untuk kegiatan liburan.
Baca Selengkapnya