Kesulitan bayar sekolah anak, alasan Deni rampok dan bunuh Baety

Merdeka.com - Kenekatan Deni Setiawan (25 tahun) merampok sampai membunuh seorang wartawati lepas, Noer Baety Rofiq (44 tahun), di Depok, Jawa Barat, ternyata bermotif kebutuhan ekonomi. Deni mengaku merampok buat kebutuhan lebaran.

Penuturan baru diungkapkan keluarga mengenai alasan Deni merampok. "Belakangan ini emang ada kebutuhan mendesak," kata Ria, istri Deni, Jumat (24/7).

Deni harus membayar uang masuk sekolah anaknya, Denia (5 tahun). Saat itu Deni baru membayar uang muka Rp 100 ribu ke sekolah madrasah ibtidaiyah (MI). Sedangkan uang masuk ke sekolah itu sebesar Rp 550 ribu.

"Besok senin udah mulai sekolah," ujar Ria.

Penghasilan Deni sebagai kuli bangunan hanya cukup buat makan sehari-hari. Sehari dia mendapat bayaran Rp 75 ribu. Upah kerja biasanya dibayar tiap akhir pekan.

"Seminggu Rp 450 ribu. Dibayar tiap Sabtu. Uangnya langsung dikasih ke istrinya," kata Asep, ayah tiri Deni.

Deni memang memiliki kebiasaan nongkrong bersama temannya. Dia baru pulang ke rumah sekitar pukul 22.00 WIB. "Cuma memang dalam sebulan ada beberapa kali enggak pulang," ujar Asep.

Pada Sabtu (18/7), Deni sempat minta izin ke istrinya. Dia bilang hendak main, tetapi tak menyebutkan tujuannya.

"Enggak tahunya dia ke Bandung. Itu rumah bapak kandungnya," ucap Ria.

Keluarga tak pernah curiga terhadap Deni. Tak ada pula sikap dari pria satu anak itu yang berubah. Keluarga menuturkan, anak pertama dari tiga bersaudara tidak pernah membawa barang berharga apapun.

"Enggak pernah bawa uang lebih. Semua serba pas-pasan," kata Kokom, ibu kandung Deni.

Mendengar anaknya merampok dan membunuh, Kokom sangat terkejut. Tangis histeris pun pecah dari wanita itu ketika ditanya terlalu banyak soal Deni.

"Kalau pulang ya tidur. Saya enggak banyak tanya ke dia, karena kalau saya tanya dia lebih galak. Jadi saya ya diem aja," ucap Kokom.

Deni tinggal bersama keluarga serta istri dan anaknya di sebuah rumah kontrakan di Pondok Jaya RT 003/RW 003, Cipayung, Depok. Rumah itu disekat-sekat agar Deni dan istrinya bisa tidur. Kamar Deni dan istrinya berdekatan dengan bagian dapur dan hanya dibatasi dengan gorden.

Deni hanyalah lulusan sekolah dasar (SD). Kerjanya pun serabutan. Sebelum menjadi kuli bangunan, dia pernah bekerja menjadi pekerja sablon di Pasar Senen. Selama menjadi kuli bangunan di rumah Ningsih, tetangga Almarhumah Baety, Deni biasa berangkat jam 08.00 WIB dan pulang jam 17.00 WIB.

Menurut polisi, Deni merupakan otak pelaku perampokan disertai pembunuhan Baety. Deni beraksi bersama tiga rekannya, yaitu Hafit, Pujono dan Sarifudin. Mereka dijerat dengan pasal 365 juncto 338 KUHPidana, dengan ancaman 15 tahun penjara.