Jadi kota madani, ruang kelas siswa dan siswi SMA di Aceh dipisah
Merdeka.com - Memasuki tahun ajaran baru seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh dipisahkan ruang kelasnya antara laki-laki dan perempuan. Pemisahan ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Banda Aceh model kota madani.
Pantauan merdeka.com di SMA Negeri 4 DKI Jakarta ada 8 kelas mulai dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Pemisahan ini dilakukan dikhususkan untuk kelas 1 pada tahun ajaran baru 2015-2016.
Kepala SMA Negeri 4 DKI Jakarta, Syarifuddin Ibr mengatakan, pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan merupakan arahan dari Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Pendidikan dan Olah Raga (Dispora) Banda Aceh. Sehingga pihaknya langsung melakukan pemisahan pada ajaran baru ini.
"Sebenarnya ini sudah lama sejak tahun 2005 sudah dilakukan dulu di SMU 11 Banda Aceh, kemudian berjalan setahun kembali seperti biasa, sekarang sudah ada arahan lagi untuk dipisahkan, namun belum ada aturan khusus," kata Syarifuddin Ibr, Senin (27/7) di Banda Aceh.
Pemisahan ini, katanya, dikhususkan untuk kelas 1 mulai dipisahkan sejak hari ini memasuki ajaran baru. Pemisahan ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan Banda Aceh model kota madani yang sejak lama diusung oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.
"Ini wujud dukungan Banda Aceh model kota madani, makanya dipisahkan siswa dan siswi," ujarnya.
Syarifuddin Ibr kembali tegaskan dalam pelaksanaan pemisahan ini tidak mengalami kendala yang berarti. Karena untuk tahun ajaran ini jumlah siswa-siswa diterima di SMA Negeri 4 DKI Jakarta sebanyak 8 lokal sesuai 34 siswa per lokal.
"Tidak ada kendala berarti, kebetulan jumlah siswa sama per lokal, untuk tahun depan untuk mengantisipasi kurang siswa dalam lokal, kita akan atur penerimaan sesuai dengan lokal pemisahan laki-laki dan perempuan, karena orang tua siswa pun menyambut baik," imbuhnya.
Sementara itu Wakil Kepala SMA Negeri 4 DKI Jakarta bidang kesiswaan, Muzakkir menjelaskan, untuk tahun ajaran ini pihaknya menerima 256 siswa baru, di antaranya 103 laki-laki dan 153 perempuan.
"Setiap lokal terdapat 34 siswa, memang lebih 2 orang perkelas, seharunya 32 siswa, tetapi tahun depan akan kita sesuaikan," tambah Muzakkir.
Sedangkan seorang siswi kelas 1, Hawaizza Qanita Permana saat diminta tanggapan menyambut baik pemisahan lokal antara laki-laki dan perempuan. Karena dia mengaku akan lebih fokus untuk mengikuti setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
"Saya sangat setuju, karena kami bisa lebih fokus belajar, biasanya kan laki-laki itu suka bikin ribut, jadi kami sekarang bisa lebih fokus, meskipun tidak semua laki-laki seperti itu," jelasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian itu sendiri bermula saat jam kosong pelajaran pada Senin (9/1) lalu.
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Beberapa siswa yang mengalami gejala keracunan ini masih ada yang harus dirawat di beberapa fasilitas kesehatan berbeda.
Baca SelengkapnyaJauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Baca SelengkapnyaDosen memiliki caranya sendiri untuk melatih mahasiswanya agar bisa berpidato dengan lancar.
Baca SelengkapnyaBuah yang dihasilkan dari pohon sagu tersebut kerap dijadikan rujak, asinan, hingga manisan oleh masyarakat Aceh sejak zaman dulu.
Baca SelengkapnyaMahasiswi bernama Alifia Soeryo, tewas tertimpa batang pohon seberat 10 ton
Baca SelengkapnyaDari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas bocah itu diperkirakan meninggal dunia tengah malam
Baca Selengkapnya