Hidup melarat, H Agus Salim tak pernah berpikir soal gaji
Merdeka.com - H Agus Salim menjalankan prinsip leiden is lijden, memimpin adalah menderita. Boro-boro minta naik gaji, berpikir soal gaji pun tidak pernah ada dalam benak H Agus Salim.
Sungguh memprihatinkan ketika sejumlah kepala daerah melapor ke Presiden SBY telah mengemban tugas yang tidak ringan, namun pendapatan yang mereka terima masih kecil. Mereka meminta kepada presiden, agar gaji mereka dapat disesuaikan dengan tugas yang mereka jalani.
"Terus terang, waktu saya mengadakan pertemuan dengan kepala daerah, mereka dengan terus terang dan niat baik berkata pada saya. Pak presiden, kami (kepala daerah) ini mengemban tugas yang tidak ringan, tapi gaji kami kecil," ujar SBY di Istana Negara, Jakarta, Rabu (30/5) kemarin.
Menurut SBY, para kepala daerah ini mulai dari tingkat Gubernur, Walikota dan Bupati meminta adanya penyesuaian.
Tidakkah para pejabat daerah ini berkaca pada apa yang sudah ditunjukkan pahlawan nasional Haji Agus Salim. Dia lahir dengan nama Mashudul Haq atau pembela kebenaran. Dalam pemerintahan RI, dia beberapa kali duduk dalam kabinet, sebagai menteri muda luar negeri Kabinet Sjahrir II (1946), dan kabinet Sjahrir III (1947), menteri luar negeri kabinet Amir (1947), menteri luar negeri kabinet Hatta (1948-1949).
Menurut catatan harian Prof Schermerhorn, pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggajati, Agus Salim adalah orang yang sangat pandai. Seorang jenius dalam bidang bahasa. Mampu bicara dan menulis dengan sempurna sedikitnya dalam sembilan bahasa. Hanya satu kelemahan dari Haji Agus Salim, yaitu hidup melarat.
Dalam catatan M Roem, kehidupan Haji Agus tidak hanya sederhana, bahkan mendekati miskin. Keluarga Haji Agus Salim pernah tinggal di Gang Lontar Satu di Jakarta. Kalau menuju ke Gang Lontar Satu, harus masuk dulu ke Gang Kernolong, kemudian masuk lagi ke gang kecil. Bisa dibayangkan, mana ada pejabat sekarang yang tinggal di "cucu" gang.
Haji Agus Salim tidak pernah berpikir soal rumah mewah dan megah layaknya pejabat sekarang. Dulu setiap enam bulan sekali dia punya kebiasaan, mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur. Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur.
Haji Agus Salim berpendapat dengan berbuat demikian, dia mengubah lingkungan, yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah. Apalagi pergi istirahat ke lain kota atau negeri. Tidak ada dalam pikiran Haji Agus Salim, punya vila seperti para pejabat sekarang.
Mendengar cerita tentang Haji Agus Salim itu, tidakkah para pejabat yang minta naik gaji malu. Haji Agus Salim, salah satu pendiri republik ini, betul-betul menerapkan istilah yang disampaikan Kasman Singodimedjo saat bertamu ke rumahnya, leiden is lijden, memimpin itu menderita. Artinya, memimpin itu tidak untuk foya-foya.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar bilang gaji guru saat ini masih berkisaran di angka Rp300.000 per bulan.
Baca SelengkapnyaBasuki Tjahaja Purnama (Ahok) bocorkan gajinya selama bekerja sebagai Komisaris Utama Pertamina. Berapa angkanya?
Baca SelengkapnyaSuhartoyo meminta semua pihak untuk hadir dan mendengrkan kesaksian dari empat menteri terkait.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaPantas mengatakan, kemungkinan partainya bakal mengumumkan nama bakal calon gubernur pada Mei 2024 mendatang
Baca SelengkapnyaMK bakal menggelar Rapat Permusyawakaratan Hakim untuk membahas posisi Arsul Sani.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menanggapi isu salam empat jari hingga gerakan tak memilih pasangan Capres nomer 2, Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaGus Yahya mengingatkan, istigasah merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta
Baca Selengkapnya