Tragedi Karbala di tanah Madura
Merdeka.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Kiai Haji Abdusshomad Buchori menyatakan penanganan pengungsi Syiah di Gedung Olah Raga Sampang, Madura, sulit. Sebab mereka menolak direlokasi, sedangkan pemerintah provinsi dan kabupaten juga khawatir kekerasan bakal kembali terjadi bila mereka dikembalikan ke kampung.
“Kalau kembali itu rawan, negara ingin aman. Karena mayoritas masyarakat Madura menolak mereka. Karena ditolak itulah kemudian rawan kekerasan, lalu akan timbul friksi-friksi kalau mereka tetap di situ,” kata dia saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Jumat pekan lalu.
MUI beberapa kali dilibatkan dalam pertemuan antara pemerintah dengan pengungsi. Pemerintah ingin menempatkan para pengungsi ke lokasi bermartabat. Caranya, kata Abdusshomad, pengungsi harus direlokasi ke tempat aman agar mereka tidak diganggu lagi. Tapi pemimpin Syiah Sampang menolak dan menuntut dikembalikan ke tempat asal.
Bagi dia, tawaran pemerintah itu sudah manusiawi dan menjadi solusi paling aman bagi masyarakat Sampang. Meski banyak kelompok menilai tawaran relokasi melanggar hak asasi, Abdusshomad berdalih sikap pemerintah tidak menabrak Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.
“Mereka sebenarnya ingin ada penyelesaian apa enggak. Kalau ingin manusiawi harus ditata. Ada baiknya mereka hijrah saja,” kata ketua Dewan Tanfidziyah Nahdhatul Ulama Cabang Jember ini.
Lalu bagaimana dengan fatwa sesat Syiah, dia menegaskan tidak ada rencana mencabut fatwa nomor Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah. Menurut dia, fatwa itu sudah final. Berdasar putusan MUI pusat pada 1984, antara syiah dan sunni memiliki perbedaan-perbedaan pokok, karena itu keberadaan Syiah harus diwaspadai.
Para pengungsi Syiah hingga kini masih berada di GOR Sampang. Karena alasan keamanan, mereka dilarang kembali ke kampung mereka, Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. “Saya tidak tahu apa status kami di sini, apakah kami ini penjahat hingga diperlakukan seperti itu,” kata Iklil Almila, warga Syiah.
Pemerintah provinsi menawarkan relokasi ke tempat lain, tetapi tawaran itu ditolak. "Pemerintah jangan disalahkan dong kalau mereka (pengungsi) menolak dipindah. Pada dasarnya, kami tidak pernah memaksa relokasi, hanya sebatas menawarkan tempat lebih layak dan manusiawi," Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf.
Malang benar nasib para pengungsi Syiah asal Sampang ini. Hidup tanpa kepastian di pengungsian, dilarang pulang ke kampung halaman.
Rasanya tidak berlebihan menyebut tragedi Karbala terjadi di Madura. Seperti kata pemikir Syiah asal Iran, Ali Syariati. "Kulla makan Karbala wa kulla yaum Asyura (Tiap tempat adalah Karbala dan saban hari merupakan Asyura)."
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perang Badar merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan tahun 2 H (13 Maret 624 M) di kota Badar.
Baca SelengkapnyaMasjid itu menjadi saksi bisu pembebasan Irian Barat pada tahun 1960.
Baca SelengkapnyaPria tersebut ditangkap polisi di Lampung usai tragedi pembunuhan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bocah di Muara Baru, Jakarta Utara tewas dibanting sang ayah Usmanto (43).
Baca Selengkapnya"Insya Allah AMIN menang di Madura karena dari dulu harapan Perubahan ada di Anies Muhaimin," kata Cak Imin
Baca SelengkapnyaKajari Jaksel mengatakan Dito Mahendra masih ditahan di Rutan Salemba
Baca SelengkapnyaCak Imin berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPerang Badar merupakan pertempuran besar pertama yang terjadi antara umat Islam melawan kaum musyrik.
Baca SelengkapnyaPada masa kejayaan daun emas Madura, dealer-dealer motor kehabisan stok karena diborong orang Madura.
Baca Selengkapnya