Buntut Rombongan Pesilat Bacok Warga di Lamongan, Para Orang Tua Menangis Sesali Perbuatan Anaknya
Mereka menyerang warga secara acak saat melintas jalan raya
Mereka menyerang warga secara acak saat melintas jalan raya
Saat melintas di Desa Banjarmadu, Kecamatan Karanggeneng, sejumlah pesilat menyabetkan senjata tajam yang dibawanya secara tiba-tiba. Akibatnya, tiga warga yang berada di sekitar lokasi konvoi pun terluka. Mereka kemudian dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.
Mengutip Enam+ Liputan6.com, Bambang, warga Desa Banjarmadu merasa terganggu dan takut dengan adanya konvoi pesilat.
"Warga sedang di jalan bisa kena sabetan (sajam) karena (pesilat) ngawur menyabetnya," ujarnya.
Keesokan harinya, Rabu (28/2/2024), pihak Polres Lamongan memanggil orang tua para pesilat. Polres Lamongan mempertemukan para pesilat dan orang tuanya dalam sebuah ruangan. Pada kesempatan tersebut, para pesilat yang mayoritas terdiri dari usia pelajar diminta untuk meminta maaf kepada orang tuanya.
Mereka juga menyatakan ikrar tidak akan mengulangi perbuatan yang merugikan orang lain dan melanggar hukum. Ikrar itu dinyatakan melalui surat resmi yang ditandatangani orang tua masing-masing.
Pada pertemuan di Mapolres Lamongan itu suasana sontak menjadi penuh haru biru. Para pesilat yang terlibat konvoi dan rusuh di Desa Banjarmadu meminta maaf secara serempak kepada orang tua masing-masing. Mereka bersimpuh di hadapan orang tuanya.
Melihat anak di hadapannya bersimpuh dan meminta maaf, tangis para orang tua khususnya ibu-ibu pun pecah tak terbendung. Mereka menyesali perbuatan anaknya, tetapi juga memaafkan apa yang sudah telanjur dilakukan anak-anaknya.
Api dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca SelengkapnyaDN gelap mata mengetahui mantan istrinya AG (24) akan menikah lagi. Dia menikami wanita itu hingga terluka parah sedangkan calon suaminya FR (30) tewas.
Baca SelengkapnyaBukit lumpur itu sudah berkali-kali meletus dan menelan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaSelama ia merantau 7 tahun lebih, ayah kandungnya ternyata meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPelaku ternyata juga pernah melakukan pembakaran serupa di kampung tetangga.
Baca SelengkapnyaKematian N bermula ketika anaknya tak kunjung kembali ke rumah setelah berpamitan ke rumah majikan tempatnya bekerja.
Baca SelengkapnyaKonon menurut cerita kedua pohon ini berasal dari sepasang pengantin yang bertengkar
Baca SelengkapnyaMasyarakat desa ini punya tujuh pantangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
Baca Selengkapnya