Pasutri Ini Sulap Atap Rumah Jadi Kebun Sayur, Hasilkan Rp5 Juta per Bulan
Merdeka.com - Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, banyak masyarakat perkotaan mulai melakukan kegiatan urban farming. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, kegiatan tersebut juga mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Pasangan suami istri Rudi Berry dan Sutriani Kamal asal Kelurahan Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang juga tak mau ketinggalan untuk melakukan kegiatan ini. Mereka memanfaatkan atap rumah yang terbuat dari dak beton untuk dijadikan lahan perkebunan hidroponik.
Berawal dari Bantuan Kecamatan
https://www.tangerangkota.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Inovasi tersebut kian berkembang setelah mereka mendapat bantuan satu blok wadah hidroponik dari pihak kecamatan.
"Awal mulanya, Oktober tahun lalu dapet bantuan satu blok wadah hidroponik dari kecamatan. Dari situ, saya terus pelajari dan kembangkan hingga saat ini punya 12 blok," ungkap Rudi dilansir dari tangerangkota.go.id.
Dijual dengan Harga Murah
Rudi juga mengungkapkan jika sejauh ini hasil budidaya tanaman hidroponik di rumahnya baru bisa dipasarkan di wilayah tempat tinggalnya. Ia mengaku cukup kewalahan dengan tingginya permintaan dari para pembeli.
"Di lingkungan dekat rumah dan UMKM aja, saya sudah kewalahan ngelayaninnya. Ditambah lahan budi daya saya terbatas. Jadi, belum berani jual ke lokasi lain," katanya.
Rudi dan sang istri menjual hasil panennya dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp4 ribu per ikatnya. Para pelanggan juga bisa memilih atau memanen sayuran yang hendak dibeli layaknya di kebun sendiri.
Mendapat Keuntungan hingga Rp5 Juta per Bulan
Rudi mengaku jika niat yang kuat serta ketelatenan menjadi faktor utama tanaman hidroponiknya bisa berkembang.
Ia juga menjelaskan ada beberapa keuntungan dari bercocok tanam secara hidroponik dibanding dengan cara konvensional.
"Memilih berbisnis hidroponik, buat saya menjanjikan. Selain lebih mudah, bercocok tanam hidroponik itu lebih efisien, hemat biaya, perawatannya gak capek. Dan yang terpenting masa panennya lebih cepat dibanding bercocok tanam konvensional," jelasnya.
Berinovasi
Selain menjual sayur hasil budi daya sendiri, pasutri ini juga mengembangkan bisnis pengolahan sayur menjadi minuman jus yang menyehatkan. Jus tersebut dibuat oleh Sutriani dengan mencampurkan nanas dengan madu.
Sutriani juga berhasil menciptakan varian jus pokcoy tanpa rasa atau aroma sayuran, sehingga bisa disukai oleh banyak kalangan.
"Jus pokcoy yang saya buat baru-baru ini, ternyata banyak yang menggemari. Karena mereka bisa menikmati sayuran dengan sensasi yang berbeda. Sehari saya bisa produksi dan jual 20 hingga 50 botol," kata Sutriani dalam release Humas Kota Tangerang.
Pasangan pasutri tersebut juga tidak pelit untuk berbagi ilmu. Mereka mempersilakan masyarakat yang ingin mempelajari sistem budi daya hidroponik untuk berkunjung ke rumah mereka.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berawal dari kekhawatiran tak berkontribusi baik pada lingkungan, Khomsatun memproduksi sabun alami
Baca SelengkapnyaIdenya berawal saat melihat banyak pepaya terbuang sia-sia.
Baca SelengkapnyaAdit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaSetelah uang donasi terkumpul, Kakek Sugiyono pun menerima bantuan berupa perabotan rumah tangga, sembako, dan sebuah kalung emas untuk istrinya.
Baca SelengkapnyaUsahanya membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi teman-teman ataupun lingkungan sekitar.
Baca SelengkapnyaDulu dipandang sebelah mata, pemuda berusia 26 tahun ini buktikan kesuksesan.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca Selengkapnya