Begini Sensasi Menyeruput Kopi di Bangunan Bekas Vihara, Kini Jadi Kedai Kopi Tionghoa Vitage di Tanah Abang
Pengunjung bisa menikmati sajian lezat di restoran bekas bangunan vihara.
Pengunjung bisa menikmati sajian lezat di restoran bekas bangunan vihara.
Bingung ingin mencari restoran keluarga dengan nuansa Imlek di Jakarta Pusat? Datang saja ke Kapitan Lim di Jalan Haji Fachrudin No.82A, Kampung Bali, Tanah Abang. Tempat ini merupakan resto dengan menu utama Chinese food dan kopi otentik yang lezat.
Tak sekedar di menu, nuansa Tionghoa juga amat terasa di bangunan restoran yang sebelumnya merupakan vihara. Ornamen berwarna merah dan kuning serta pernak pernik khas rumah ibadah tentunya menambah cantik bangunan.
Ragam menu peranakan di Kapitan Lim
Menu di sini banyak disukai pelanggan. Namun kwetiaw goreng serta secangkir kopi hitam harum jadi andalan dan paling banyak dipesan.
Jika ingin menikmati sajian khas datanglah di jam 09:00 sampai 16:00 WIB, mulai Senin sampai dengan Jumat.
Mengutip laman Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, bangunan restoran tersebut memiliki julukan “Rumah Merah”.
Ini karena desain eksterior dan interior bangunan yang didominasi oleh warna merah, sebagai ciri dari kebudayaan Tiongkok.
Bagi penyuka sejarah, bangunan ini benar-benar memanjakan mata lantaran desainnya yang merupakan perpaduan antara gaya kolonial Belanda dan etnis Tionghoa peranakan.
Di dalam bangunan, nuansa klasiknya lebih terasa lagi. Dalam kanal YouTube Blessing Channel 80 diperlihatkan kondisi ruangan restoran dengan batu bata yang tidak dilapisi semen.
Kemudian atapnya juga khas rumah di Chinatown zaman Batavia, juga terasa di bagian lantainya yang dibuat dari ubin. Di salah satu sisinya terdapat susunan dinding berbahan kayu, juga tangga kayu minimalis. Ini benar-benar merepresentasikan ala kampung pecinan puluhan tahun silam.
“Kapitan Lim ini punya julukan Rumah Merah, karena warna bangunannya merah mencolok,” kata kreator video Blessing Channel 80.
Menurut sejarahnya, sebelum dijadikan sebagai vihara, rumah merah ini merupakan rumah dari seorang kapitan di Batavia.
Kapitan sendiri merupakan pemimpin etnis Tionghoa di suatu wilayah, sebagai jembatan dengan pemerintah. Kapitan juga menjembatani komunikasi dan relasi antar etnis Tionghoa di daerah lain.
Sayangnya tidak diketahui secara pasti siapa kapitan sebagai pemilik awal bangunan tersebut. Namun berdasarkan arsip terdapat dua kapitan bermarga Lim, Lim Lak Tjo dan Lim Kin Kwa.
Mengutip laman Kapitan Lim Jakarta, di sana banyak menu yang paling banyak dicari oleh pelanggan. Menu-menu seperti dimsum, spring roll goreng, siomay ayam dan wonton goreng juga dibanderol dengan harga yang ramah di kantong
Terdapat juga makanan berat seperti kwetiaw goreng dengan rasa gurih, sedikit manis dan otentik, ayam asam manis, nasi goreng peranakan, kapitan chicken rice sampai mi Hongkong.
Setelah kenyang dengan sajian lezatnya, secangkir kopi Kapitan jangan sampai terlewat. Ini sebenarnya hanya kopi hitam sederhana di cangkir bergambar ayam kuno. Namun jangan salah karena aromanya harum, dengan rasanya yang lezat.
Menu kopi hitam di Kapitan Lim.
Menyeruput kopi hitam di Kapitan Lim dengan nuansa bangunan vintage akan menambah rasa nikmat, seakan kembali ke zaman Tionghoa peranakan abad ke-20.
“Yuk, cobain Kopi Kapitan. Dijamin kopi hitamnya salah satu yang terbaik di Jakarta!,” tulis keterangan di unggahan akun instagram @kapitanlimjkt.
Walaupun punya potensi wisata, belum banyak dari warga yang tahu bagaimana memanfaatkan potensi itu.
Baca SelengkapnyaDestinasi wisata wajib di Banyuwangi, sayang banget jika dilewatkan begitu saja.
Baca SelengkapnyaBerbagai menu lezat dengan latar tempat yang penuh kisah di Piknik Kopi dijamin akan memberi kesan berbeda saat berkunjung ke “lantai dua” Bandung.
Baca SelengkapnyaBangunan itu mulai digunakan untuk penggorengan maupun penggulingan kopi pada tahun 1928
Baca SelengkapnyaAbadikan momen bukber bersama orang-orang terkasih di kafe romantis ini
Baca SelengkapnyaNgopi di sini benar-benar paket lengkap. Mau coba?
Baca SelengkapnyaBudaya ngopi orang Aceh sendiri sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan bapak-bapak yang duduk di warung kopi.
Baca SelengkapnyaKopi bukan sekadar minuman, melainkan ritual yang menghanyutkan para penikmatnya ke dalam dunia yang penuh aroma dan kehangatan.
Baca SelengkapnyaSensasi menyeruput kopi bacem madu dari dataran tinggi Wonosalam, Jombang.
Baca Selengkapnya