Pagi antar pemburu syahwat, malam ke musholla
Merdeka.com - Lebih dari setahun setelah lokalisasi Dolly dan Jarak, Surabaya ditutup, masih banyak warga sekitar yang terpuruk, terutama karena surutnya penghasilan sejak bisnis prostitusi di kawasan tersebut menghilang.
Salah satu yang mengalami hal ini adalah Pak Slamet. Pak Slamet adalah tukang becak yang sudah menjalani profesi selama lebih dari 10 tahun di kawasan Dolly-Jarak. Dulu dia kerap mangkal di Gang Lebar (Jalan Putat Jaya Gang Lebar), mengantarkan para tamu yang hendak mengunjungi wisma. Namun sejak Dolly ditutup Pak Slamet harus beralih mencari penumpang di pasar. Pendapatan yang dia hasilkan dalam sehari menurun drastis jika dibandingkan saat lokalisasi masih buka.
"Dulu hampir 50 (penumpang), sekarang nggak ada. Kalau dulu nggak ada sepinya," tuturnya kepada tim Merdeka.com.
Bagi Pak Slamet, kondisi ketika Dolly dan Jarak masih buka jauh lebih menguntungkan baginya. Sebab dia hanya perlu bekerja di siang hari, tak perlu berpanas-panas menanti penumpang selama seharian penuh. Sementara di malam hari dia bisa menghabiskan waktu untuk beribadah.
"Enak dulu. Kulit kuning, pulang bawa uang," ceritanya. "(Kerjanya) siang thok. Kalo malem shalat, ke musholla."
Pak Slamet mengaku kalau dia tak punya keterampilan lain yang bisa diandalkan selain sebagai tukang becak, sehingga dia kebingungan bagaimana harus bertahan hidup.
"Mau kerja apa lagi?" tuturnya pahit.
Hal senada disampaikan oleh Pak Sulistyo yang juga berprofesi sebagai tukang becak. Dia mengaku kesulitan bertahan hidup dengan ditutupnya Dolly dan Jarak, sementara keahlian yang dimiliki hanya mengayuh becak. Pak Sulistyo sempat ditawari menjadi calo, namun dia mengaku 'tidak berbakat' untuk pekerjaan semacam itu.
Menurut Pak Slamet, banyak juga PSK dan bekas calo yang kesulitan melepaskan diri dari bisnis prostitusi. Pasalnya pendapatan dari bisnis haram tersebut memang sangat besar dan mudah didapat. Saat ini kebanyakan dari mereka mengadu untung di lokalisasi lain.
"(Mereka) ke Kembang Kuning," ceritanya.
Sementara itu sebagian lainnya lebih memilih pulang kampung ke Jawa Barat dan Jawa Tengah.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaSaat akan melintas di lokasi kejadian dan melihat beberapa orang berada di rel kereta api, masinis segera membunyikan suling lokomotif berulang-ulang agar orang
Baca SelengkapnyaAda seorang wanita yang sedang menyebrang jalan dari barat menuju timur. Sehingga, korban pun tertabrak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para pelaku kesal dengan tingkah laku Dimas di dalam sel.
Baca SelengkapnyaJakarta dikepung kemacetan panjang jelang Rabu tengah malam.
Baca SelengkapnyaKarena dua hari itu masih sepi sehingga pemudik bisa lebih nyaman menempuh perjalanan pulang.
Baca SelengkapnyaPemudik yang turun di zona drop off terlihat membawa tas dan banyak barang hingga ke area tunggu
Baca SelengkapnyaKhusus di Jalan Jenderal Sudirman - MH Thamrin, penutupan jalan dilakukan mulai hari ini, Minggu (31/12) dari pukul 19.00 Wib sampai Senin (1/1) pukul 01.00 Wib
Baca SelengkapnyaAkmal menjelaskan bahwa TR memang ditempatkan di ruang tahanan isolasi sendiri dan tidak tidak digabung dengan tahanan lainnya.
Baca Selengkapnya